Entri Populer

Kamis, 20 Juni 2013

wacana bahasa indonesia

KAJIAN WACANA BAHASA INDONESIA Sejarah Singkat Kajian Wacana Pada mulanya linguistik merupakan bagian dari filsafat. Linguistik modern, yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji bahasa secara ilmiah. Kajian lingusitik modern pada umumnya terbatas pada masalah unsur-unsur bahasa, seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur makna (semantik). Kajian linguistik rupanya belum memuaskan. Banyak permasalahan bahasa yang belum dapat diselesaikan. Akibatnya, para ahli mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian baru yang disebut analisis wacana. Analisis wacana menginterprestasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks, sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dan konteks etnografii. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atau yang mengikuti sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografi yang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa. Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat bahasa, memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa. Pengertian Wacana dan Analisis Wacana Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atau interaksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Persyaratan Terbentuknya Wacana Penggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipun wacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimat atau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity) dan kepaduan (coherent). Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnya disusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yang diungkapkan. STRUKTUR WACANA BAHASA INDONESIA Elemen-elemen Wacana Elemen-elemen wacana adalah unsur-unsur pembentuk teks wacana. Elemen-elemen itu tertata secara sistematis dan hierarkis. Berdasarkan nilai informasinya ada elemen inti dan elemen luar inti. Elemen inti adalah elemen yang berisi informasi utama, informasi yang paling penting. Elemen luar inti adalah elemen yang berisi informasi tambahan, informasi yang tidak sepenting informasi utama. Berdasarkan sifat kehadirannya, elemen wacana terbagi menjadi dua kategori, yakni elemen wajib dan elemen manasuka. Elemen wajib bersifat wajib hadir, sedangkan elemen manasuka bersifat boleh hadir dan boleh juga tidak hadir bergantung pada kebutuhan komunikasi. Relasi Antarelemen dalam Wacana Ada berbagai relasi antarelemen dalam wacana. Relasi koordinatif adalah relasi antarelemen yang memiliki kedudukan setara. Relasi subordinatif adalah relasi antarelemen yang kedudukannya tidak setara. Dalam relasi subordinatif itu terdapat atasan dan elemen bawahan. Relasi atribut adalah relasi antara elemen inti dengan atribut. Relasi atribut berkaitan dengan relasi subordinatif karena relasi atribut juga berarti relasi antara elemen atasan dengan elemen bawahan. Relasi komplementatif adalah relasi antarelemen yang bersifat saling melengkapi. Dalam relasi itu, masing-masing elemen memiliki kedudukan yang otonom dalam membentuk teks. Dalam jenis ini tidak ada elemen atasan dan bawahan. Struktur Wacana Bahasa Indonesia Struktur wacana adalah bangun konstruksi wacana, yakni organisasi elemen-elemen wacana dalam membentuk wacana. Struktur wacana dapat diperikan berdasarkan peringkat keutamaan atau pentingnya informasi dan pola pertukaran. Berdasarkan peringkat keutamaan informasi ada wacana yang mengikuti pola segitiga tegak dan ada wacana yang mengikuti pola segitiga terbalik. Berdasarkan mekanisme pertukaran dapat dikemukakan pola-pola pertukaran berikut: (1) P-S, (2) T-J, (3) P-T, (4) T-T, (5) Pr-S, dan (6) Pr-T. REFERENSI DAN INFERENSI SERTA KOHESI DAN KOHERENSI WACANA BAHASA INDONESIA Referensi dan Inferensi Wacana Bahasa Indonesia Referensi dalam analisis wacana lebih luas dari telaah referensi dalam kajian sintaksis dan semantik. Istilah referensi dalam analisis wacana adalah ungkapan kebahasaan yang dipakai seorang pembicara/penulis untuk mengacu pada suatu hal yang dibicarakan, baik dalam konteks linguistik maupun dalam konteks nonlinguistik. Dalam menafsirkan acuan perlu diperhatikan, (a) adanya acuan yang bergeser, (b) ungkapan berbeda tetapi acuannya sama, dan (c) ungkapan yang sama mengacu pada hal yang berbeda. Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur). Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia Istilah kohesi mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk koherensi. Oleh sebab itu, dalam sebuah teks koherensi lebih penting dari kohesi. Namun bukan berarti kohesi tidak penting, Jenis alat kohesi ada tiga, yaitu substitusi, konjungsi, dan leksikal. Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana. Kohesi merupakan salah satu cara untuk membentuk koherensi. Cara lain adalah menggunakan bentuk-bentuk yang mempunyai hubungan parataksis dan hipotaksis (parataxis and hypotaxis). Hubungan parataksis itu dapat diciptakan dengan menggunakan pernyataan atau gagasan yang sejajar (coordinative) dan subordinatif. Penataan koordinatif berarti menata ide yang sejajar secara beruntun. JENIS-JENIS WACANA BAHASA INDONESIA Wacana Lisan dan Tulis Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan atas wacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisan cenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarang menggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek-predikat. Wacana Monolog, Dialog, dan Polilog Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog. Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan Narasi Dilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana dekripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan. Aspek kejiwaan yang dapat mencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan memahaminya. Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir. Wacana argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yang mendukung. Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakan segala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. KONTEKS WACANA BAHASA INDONESIA Hakikat Konteks Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebut konteks ekstralinguistik berupa hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan, topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog) Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikan adalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik. Macam-macam Konteks Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif Di samping konteks ada juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan wacana. Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam wacana. Dalam menganalisis wancana sasaran utamanya bukan pada struktur kalimat tetapi pada status dan nilai fungsional kalimat dalam konteks, baik itu konteks linguistik ataupun konteks ekstralinguistik. Tiga manfaat konteks dalam analisis wancana. Penggunaan konteks untuk mencari acuan, yaitu pembentukan acuan berdasarkan konteks linguistik. Penggunaan konteks untuk menentukan maksud tuturan, yaitu bahwa maksud sebuah tuturan ditentukan oleh konteks wancana. Penggunaan konteks untuk mencari bentuk tak terujar yaitu bentuk yang memiliki unsur tak terujar atau bentuk eliptis adalah bentuk yang hanya dapat ditentukan berdasarkan konteks. ANALISIS WACANA Prinsip Interpretasi Lokal dan Prinsip Analisis Dalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan prinsip analogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yang merupakan konteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu, ranah penggunaan wacana, dan partisipan. Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Dengan interpretasi analogi itu, analis sudah dapat memahami wacana dengan konteks yang relevan saja. Hal itu berarti bahwa analis tidak harus memperhitungkan semua konteks wancana. Skemata dalam Analisis Wacana Skemata adalah pengetahuan yang terkemas secara sistematis dalam ingatan manusia. Skemata itu memiliki struktur pengendalian, yakni cara pengaktifan skemata sesuai dengan kebutuhan. Ada dua cara yang disebut pengaktifan dalam struktur itu, yakni (1) cara pengaktifan dari atas ke bawah dan (2) cara pengaktifan dari bawah ke atas. Pengaktifan atas ke bawah adalah proses pengendalian skemata dari konsep ke data atau dari keutuhan ke bagian. Pengaktifan bawah ke atas adalah proses pengendalian skemata dari data ke konsep atau dari bagian ke keutuhan. Skemata berfungsi baik bagi pembaca/pendengar wacana maupun bagi analis wacana. Bagi pendengar/pembaca, skemata berfungsi untuk memahami wacana. Bagi analis wacana, di samping berfungsi untuk memahami wacana, skemata juga berfungsi untuk melakukan analisis berbagai aspek wacana: elemen wacana, struktur wacana, acuan kewacanaan, koherensi dan kohesi wacana, dan lain-lain. Kegagalan pemahaman wacana terjadi karena tiga kemungkinan. Pertama, pendengar/pembaca mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai dengan teks yang dihadapinya. Kedua, pendengar/pembaca mungkin sudah mempunyai skemata yang sesuai, tetapi petunjuk-petunjuk yang disajikan oleb penulis tidak cukup memberikan saran tentang skemata yang dibutuhkan. Ketiga, pembaca, mungkin mendapatkan penafsiran wacana secara tetap sehingga gagal memahami maksud penutur. Analisis Kohesi dan Koherensi Praktik analisis wacana dilaksanakan dengan menerapkan prinsip interpretasi lokal dan prinsip interpretasi analogi. Analisis wacana dapat diarahkan pada: struktur, kohesi, dan koherensi, yang dapat dioperasionalkan antara lain untuk menetapkan hubungan antarelemen wacana dan alat-alat kohesi yang berlaku dalam sebuah teks. Dalam analisis itu diterapkan konteks yang relevan dengan kebutuhan analisis. WACANA BAHASA INDONESIA Sejarah Singkat Kajian WacanaPada mulanya linguistik merupakan bagian dari filsafat. Linguistik modern, yangdipelopori oleh Ferdinand de Saussure pada akhir abad ke-19, mengkaji bahasa secarailmiah. Kajian lingusitik modern pada umumnya terbatas pada masalah unsur-unsur bahasa, seperti bunyi, kata, frase, dan kalimat serta unsur makna (semantik). Kajianlinguistik rupanya belum memuaskan. Banyak permasalahan bahasa yang belum dapatdiselesaikan. Akibatnya, para ahli mencoba untuk mengembangkan disiplin kajian baruyang disebut analisis wacana.Analisis wacana menginterprestasi makna sebuah ujaran dengan memperhatikan konteks,sebab konteks menentukan makna ujaran. Konteks meliputi konteks linguistik dankonteks etnografii. Konteks linguistik berupa rangkaian kata-kata yang mendahului atauyang mengikuti sedangkan konteks etnografi berbentuk serangkaian ciri faktor etnografiyang melingkupinya, misalnya faktor budaya masyarakat pemakai bahasa.Manfaat melakukan kegiatan analisis wacana adalah memahami hakikat bahasa,memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa.Pengertian Wacana dan Analisis WacanaWacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimatatau ujaran. Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis dan dapat bersifat transaksional atauinteraksional. Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacanasebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasisecara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa.Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana. Analisis wacanamerupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secaraalamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.Persyaratan Terbentuknya WacanaPenggunaan bahasa dapat berupa rangkaian kalimat atau rangkaian ujaran (meskipunwacana dapat berupa satu kalimat atau ujaran). Wacana yang berupa rangkaian kalimatatau ujaran harus mempertimbangkan prinsip-prinsip tertentu, prinsip keutuhan (unity)dan kepaduan (coherent).Wacana dikatakan utuh apabila kalimat-kalimat dalam wacana itu mendukung satu topik yang sedang dibicarakan, sedangkan wacana dikatakan padu apabila kalimat-kalimatnyadisusun secara teratur dan sistematis, sehingga menunjukkan keruntututan ide yangdiungkapkan STRUKTUR WACANA BAHASA INDONESIA Elemen-elemen WacanaElemen-elemen wacana adalah unsur-unsur pembentuk teks wacana. Elemen-elemen itutertata secara sistematis dan hierarkis. Berdasarkan nilai informasinya ada elemen inti danelemen luar inti. Elemen inti adalah elemen yang berisi informasi utama, informasi yang paling penting. Elemen luar inti adalah elemen yang berisi informasi tambahan, informasiyang tidak sepenting informasi utama.Berdasarkan sifat kehadirannya, elemen wacana terbagi menjadi dua kategori, yaknielemen wajib dan elemen manasuka. Elemen wajib bersifat wajib hadir, sedangkanelemen manasuka bersifat boleh hadir dan boleh juga tidak hadir bergantung padakebutuhan komunikasi.Relasi Antarelemen dalam WacanaAda berbagai relasi antarelemen dalam wacana. Relasi koordinatif adalah relasiantarelemen yang memiliki kedudukan setara. Relasi subordinatif adalah relasiantarelemen yang kedudukannya tidak setara. Dalam relasi subordinatif itu terdapatatasan dan elemen bawahan. Relasi atribut adalah relasi antara elemen inti dengan atribut.Relasi atribut berkaitan dengan relasi subordinatif karena relasi atribut juga berarti relasiantara elemen atasan dengan elemen bawahan.Relasi komplementatif adalah relasi antarelemen yang bersifat saling melengkapi. Dalamrelasi itu, masing-masing elemen memiliki kedudukan yang otonom dalam membentuk teks. Dalam jenis ini tidak ada elemen atasan dan bawahan.Struktur Wacana Bahasa IndonesiaStruktur wacana adalah bangun konstruksi wacana, yakni organisasi elemen-elemenwacana dalam membentuk wacana. Struktur wacana dapat diperikan berdasarkan peringkat keutamaan atau pentingnya informasi dan pola pertukaran. Berdasarkan peringkat keutamaan informasi ada wacana yang mengikuti pola segitiga tegak dan adawacana yang mengikuti pola segitiga terbalik. Berdasarkan mekanisme pertukaran dapatdikemukakan pola-pola pertukaran berikut: (1) P-S, (2) T-J, (3) P-T, (4) T-T, (5) Pr-S,dan (6) Pr-T.REFERENSI DAN INFERENSI SERTA KOHESI DAN KOHERENSI WACANABAHASA INDONESIA Referensi dan Inferensi Wacana Bahasa IndonesiaReferensi dalam analisis wacana lebih luas dari telaah referensi dalam kajian sintaksisdan semantik. Istilah referensi dalam analisis wacana adalah ungkapan kebahasaan yangdipakai seorang pembicara/penulis untuk mengacu pada suatu hal yang dibicarakan, baik dalam konteks linguistik maupun dalam konteks nonlinguistik. Dalam menafsirkan acuan perlu diperhatikan, (a) adanya acuan yang bergeser, (b) ungkapan berbeda tetapiacuannya sama, dan (c) ungkapan yang sama mengacu pada hal yang berbeda.Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya.Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah maknatidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan(eksplikatur).Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa IndonesiaIstilah kohesi mengacu pada hubungan antarbagian dalam sebuah teks yang ditandai oleh penggunaan unsur bahasa sebagai pengikatnya. Kohesi merupakan salah satu unsur pembentuk koherensi. Oleh sebab itu, dalam sebuah teks koherensi lebih penting darikohesi. Namun bukan berarti kohesi tidak penting, Jenis alat kohesi ada tiga, yaitusubstitusi, konjungsi, dan leksikal.Koherensi adalah kepaduan gagasan antarbagian dalam wacana. Kohesi merupakan salahsatu cara untuk membentuk koherensi. Cara lain adalah menggunakan bentuk-bentuk yang mempunyai hubungan parataksis dan hipotaksis (parataxis and hypotaxis).Hubungan parataksis itu dapat diciptakan dengan menggunakan pernyataan atau gagasanyang sejajar (coordinative) dan subordinatif. Penataan koordinatif berarti menata ide yangsejajar secara beruntun. JENIS-JENIS WACANA BAHASA INDONESIAWacana Lisan dan TulisBerdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dibedakan ataswacana tulis dan wacana lisan. Wacana lisan berbeda dari wacana tulis. Wacana lisancenderung kurang terstruktur (gramatikal), penataan subordinatif lebih sedikit, jarangmenggunakan piranti hubung (alat kohesi), frasa benda tidak panjang, dan berstruktur topik-komen. Sebaliknya wacana tulis cenderung gramatikal, penataan subordinatif lebih banyak, menggunakan piranti hubung, frasa benda panjang, dan berstruktur subjek- predikat.Wacana Monolog, Dialog, dan PolilogBerdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi, ada tiga jeniswacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam suatu komunikasi hanyaada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari peserta yang lain, maka wacanayang dihasilkan disebut monolog. Dengan demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya), maka wacana yangdibentuknya disebut dialog. Jika peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang danterjadi pergantian peran, maka wacana yang dihasilkan disebut polilog.Wacana Deskripsi, Eksposisi, Argumentasi, Persuasi dan NarasiDilihat dari sudut pandang tujuan berkomunikasi, dikenal ada wacana dekripsi, eksposisi,argumentasi, persuasi, dan narasi. Wacana deskripsi bertujuan membentuk suatu citra(imajinasi) tentang sesuatu hal pada penerima pesan. Aspek kejiwaan yang dapatmencerna wacana narasi adalah emosi. Sedangkan wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima agar yang bersangkutan memahaminya.Wacana eksposisi dapat berisi konsep-konsep dan logika yang harus diikuti oleh penerima pesan. Oleh sebab itu, untuk memahami wacana eksposisi diperlukan proses berpikir. Wacana argumentasi bertujuan mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbanganlogika maupun emosional. Untuk mempertahankan argumen diperlukan bukti yangmendukung. Wacana persuasi bertujuan mempengaruhi penerima pesan agar melakukantindakan sesuai yang diharapkan penyampai pesan. Untuk mernpengaruhi ini, digunakansegala upaya yang memungkinkan penerima pesan terpengaruh. Untuk mencapai tujuantersebut, wacana persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Wacananarasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Oleh karena itu, unsur-unsur yang biasa ada dalam narasi adalah unsur waktu, pelaku, dan peristiwa. KONTEKS WACANA BAHASA INDONESIA Hakikat KonteksKonteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atausituasi penggunaan bahasa. Konteks tersebut dapat berupa konteks linguistik dan dapat pula berupa konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik yang juga berupa teks atau bagian teks dan menjadi lingkungan sebuah teks dalam wacana yang sama dapat disebutkonteks ekstralinguistik berupa hal-hal yang bukan unsur bahasa, seperti partisipan,topik, latar atau setting (tempat, waktu, dan peristiwa), saluran (bahasa lisan atau tulis), bentuk komunikasi (dialog, monolog, atau polilog)Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secaratepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasasenantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks yang harus diperhatikanadalah konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik.Macam-macam KonteksKonteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar,konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteksekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan depan, sifat kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif Di samping konteks ada juga koteks. Koteks adalah teks yang berhubungan dengansebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks.Wujudkoteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, pargraf, dan bahkan wacana.Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteksekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka topik, latar,saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi. Saluranadalah ragam bahasa dan sarana yang digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang digunakan dalam wacana.Dalam menganalisis wancana sasaran utamanya bukan pada struktur kalimat tetapi padastatus dan nilai fungsional kalimat dalam konteks, baik itu konteks linguistik ataupunkonteks ekstralinguistik.Tiga manfaat konteks dalam analisis wancana.Penggunaan konteks untuk mencari acuan, yaitu pembentukan acuan berdasarkan kontekslinguistik.Penggunaan konteks untuk menentukan maksud tuturan, yaitu bahwa maksud sebuahtuturan ditentukan oleh konteks wancana.Penggunaan konteks untuk mencari bentuk tak terujar yaitu bentuk yang memiliki unsur tak terujar atau bentuk eliptis adalah bentuk yang hanya dapat ditentukan berdasarkankonteks.ANALISIS WACANAPrinsip Interpretasi Lokal dan Prinsip AnalisisDalam analisis wacana berlaku dua prinsip, yakni prinsip interpretasi lokal dan prinsipanalogi. Prinsip interpretasi lokal adalah prinsip interpretasi berdasarkan konteks, baik konteks linguistik atau koteks maupun konteks nonlinguistik. Konteks nonlinguistik yangmerupakan konteks lokal tidak hanya berupa tempat, tetapi juga dapat berupa waktu,ranah penggunaan wacana, dan partisipan.Prinsip interpretasi analogi adalah prinsip interpretasi suatu wacana berdasarkan pengalaman terdahulu yang sama atau yang sesuai. Dengan interpretasi analogi itu, analissudah dapat memahami wacana dengan konteks yang relevan saja. Hal itu berarti bahwaanalis tidak harus memperhitungkan semua konteks wancana Skemata dalam Analisis WacanaSkemata adalah pengetahuan yang terkemas secara sistematis dalam ingatan manusia.Skemata itu memiliki struktur pengendalian, yakni cara pengaktifan skemata sesuaidengan kebutuhan. Ada dua cara yang disebut pengaktifan dalam struktur itu, yakni (1)cara pengaktifan dari atas ke bawah dan (2) cara pengaktifan dari bawah ke atas. Pengaktifan atas ke bawah adalah proses pengendalian skemata dari konsep ke data ataudari keutuhan ke bagian. Pengaktifan bawah ke atas adalah proses pengendalian skematadari data ke konsep atau dari bagian ke keutuhan.Skemata berfungsi baik bagi pembaca/pendengar wacana maupun bagi analis wacana.Bagi pendengar/pembaca, skemata berfungsi untuk memahami wacana. Bagi analiswacana, di samping berfungsi untuk memahami wacana, skemata juga berfungsi untuk melakukan analisis berbagai aspek wacana: elemen wacana, struktur wacana, acuankewacanaan, koherensi dan kohesi wacana, dan lain-lain.Kegagalan pemahaman wacana terjadi karena tiga kemungkinan. Pertama, pendengar/pembaca mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai dengan teks yangdihadapinya. Kedua, pendengar/pembaca mungkin sudah mempunyai skemata yangsesuai, tetapi petunjuk-petunjuk yang disajikan oleb penulis tidak cukup memberikansaran tentang skemata yang dibutuhkan. Ketiga, pembaca, mungkin mendapatkan penafsiran wacana secara tetap sehingga gagal memahami maksud penutur.Analisis Kohesi dan KoherensiPraktik analisis wacana dilaksanakan dengan menerapkan prinsip interpretasi lokal dan prinsip interpretasi analogi. Analisis wacana dapat diarahkan pada: struktur, kohesi, dankoherensi, yang dapat dioperasionalkan antara lain untuk menetapkan hubunganantarelemen wacana dan alat-alat kohesi yang berlaku dalam sebuah teks. Dalam analisisitu diterapkan konteks yang relevan dengan kebutuhan analisis.Sumber Buku Wacana Bahasa Indonesia, karya Suparno dan Martutik Karangan / Paragraf Eksposisi - Eksposisi merupakan karangan yang bertujuan untuk menginformasikan tentang sesuatu sehingga memperluas pengetahuan pembaca.Karangan eksposisi bersifat ilmiah/nonfiksi. Sumber karangan ini dapat diperoleh darihasil pengamatan, penelitian atau pengalaman.Di sinilah perbedaannya dengan karangan deskripsi. Karangan deskripsi bertujuanmenggambarkan / melukiskan sesuatu sehingga seolah-olah pembaca mengatakannyasendiri. Karangan deskripsi dapat bersifat ilmiah atau nonilmiah. Sumber karangandiperoleh dari hasil pengamatan, penelitian, dan imajinasi. Eksposisi tidak selalu terbagi atas bagian-bagian yang disebut pembukaan, pengembangan, dan penutup. Hal ini sangat tergantung dari sifat karangan dan tujuanyang hendak dicapai.I. Contoh Wacana Eksposisi--------------------------------------------------------------------------------------------------------------Yang Kedua bagi American AirlinesJatuhnya pesawat berkapasitas 266 penumpang airbus A300- 600 merupakan peristiwakedua bagi American Airlines beberapa detik lepas landas dari bandar udara internasionalO’Hare Chicago, tiba-tiba mesin kiri lepas dari dudukannya. Pilot tidak bisamengendalikan pesawat akibat keseimbangan pesawat mendadak berubah dengan jatuhnya mesin berbobot sekitar 5 ton. Pesawat mendarat dan menghujam tempat parkir kendaraan 31 detik kemudian dan 271 penumpang plus awak tewas seketika. Kecelakaanlain menyangkut mesin copot dialami oleh pesawat kargo El-Al milik flag carier Israel, 4Oktober 1992. Mesin nomor empat atau yang paling ujung pada sayap kanan, tiba-tibalepas akibat dua fuse-pin (baut kedudukan mesin) lepas. Disusul kemudian oleh mesinnomor tiga. Mendadak kehilangan dua mesin, pilot tidak dapat mengendalikan pesawatdan menabrak gedung bertingkat di Amsterdam, Belanda. Empat awak tewas berikut 47 penghuni flat yang ditabrak.Sumber: Kompas, 15 November 2001--------------------------------------------------------------------------------------------------------------II. Beberapa Point Penting Karangan / Paragraf EksposisiA. Topik Topik Dalam Karangan Eksposisi1. data faktual, yaitu suatu kondisi yang benar-benar terjadi, ada, dan dapat bersifathistoris tentang bagaimana suatu alat bekerja, bagaimana suatu peristiwa terjadi, dansebagainya;2. suatu analisis atau penafsiran objektif terhadap seperangkat fakta; dan3. fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian.B. Contoh Urutan Analisis Eksposisi1. urutan kronologis/proses, biasanya memaparkan proses, yaitu memberi penjelasantentang bekerjanya sesuatu atau terjadinya suatu peristiwa, http://www.scribd.com/doc/58946375/Wacana-Bahasa-Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar