Entri Populer

Minggu, 06 April 2014

Musca domestica



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar  Belakang
Hidup sehat dan memiliki umur yang panjang merupakan impian semua orang. Namun lingkungan sekitar sudah semakin tercemar oleh berbagai vector penyakit yang dapat menimbulkan berbagai penyakit bagi manusia yang sudah terkontaminasioleh mikroba atau mikroorganisme. Akibatnya banyak racun atau penyakit yang terserap kedalam tubuh dan mengganggu kesehatan.
Saat ini, keperluan pangan seperti air, udara dan makanan telah banyak tercemar oleh racun dan mikroba, sehingga apabila melakukan aktifitas makan dan bernafas sebenarnya sedang memasukkan racun kedalam tubuh. Sehingga akan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Lalat  rumah  (M.  domestica)  merupakan  salah satu vector penyakit karena lalat Musca domestica  yang  paling  umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. Selain dapat mengganggu ketentraman dalam rumah, lalat rumah dapat  membawa  sekitar 100 jenis  bakteri  patogen  yang  dapat mengakibatkan  penyakit  pada  manusia.  Diantaranya adalah  tipoid, paratipoid,  kolera,  disentri,  tuberkulosis,  dan  kecacingan.  Penyakit patogen  biasanya  terbawa  oleh  lalat  dari  berbagai  sumber  seperti  sisa-sisa  kotoran,  tempat  pembuangan  sampah, tempat  pembuangan  kotoran manusia,  dan  sumber-sumber  kotoran  yang  lain,  kemudian  patogen-patogen  yang  melekat pada  mulut  dan bagian tubuh lainnya dipindahkan ke  makanan  manusia. Bakteri  patogen  yang  disebarkan oleh  lalat  adalah  antara  lain  Salmonella  typhi,  Shigella  disentry, Clostridium perfringens, Vibrio cholera.
Mengingat akan pentingnya kesehatan, maka kami menyarankan agar selalu melakukan hidup sehat agar orang – orang yang ada disekitar anda selalu terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan


1.2  Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Apa hospes dan nama penyakit yang ditimbulkan oleh Musca domestica?
2.      Bagaimana morfologi parasitnya?
3.      Bagaimana siklus hidup parasitnya?
4.      Bagaimana patologi dan gejala klinis ?
5.      Bagaimana pengendalian / pencegahan dari penyakit lalat rumah ?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang terurai di atas:
1.      Untuk mengetahui hospes dan nama penyakit yang ditimbulkan oleh Musca domestica.
2.      Untuk mengetahui morfologi parasit.
3.      Untuk mengetahui siklus hidup parasit Musca domestica.
4.      Untuk mengetahui patologi dan gejala klinis.
5.      Untuk mengetahui cara pengendalian/ pencegahan penyakit lalat rumah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Hospes Dan Nama Penyakit Yang Ditimbulkan
Berikut adalah beberapa hospes dari penyakit yang dapat dirtimbulkan oleh lalat rumah (musca domestica). Diantaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan.
1.      Usus kecil manusia adalah hospes bagi penyakit demam Tifoid
2.      Saluran pencernaan manusia adalah hospes bagi penyakit kolera.
3.      Saluran pencernaan khususnya usus manusia adalah hospes bagi penyakit disentri.
4.      Saluran pernapasan manusia adalah hospes bagi penyakit TBC (tuberculossis).
5.      Manusia dan hewan adalah hospes bagi penyakit cacingan.
2.2  Morfologi Musca domestica
 
Gambar 2.1 Morfologi Lalat Rumah (sumber : labparasitologi.blogspot.com)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqQvaWcNMTxnU76sdRVYsIjn0WfGV2_5wpihwe37DI5WzK0477zcRZwpfAlNNtzPR8KBIKyf4VdrGUE7iDVGcLUt_yezxs7OKiX3_rKrXin6A8bEHcsEvntHOFjAAw0UPhgeADCR2ENdc/s320/cat+s.jpg
Gambar 2.2 Morfologi Lalat Rumah ( Sumber : labparasitologi.blogspot.com )
Keterangan Gambar :
A.    Tarsus
B.     Antena
C.     Torax
D.    Mata
E.     Sayap
Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah Bagian mulut atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor lainnya.
Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang). Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya. Meskipun demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan berkembangnya lalat.
Lalat juga dilengkapi dengan sistem penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Model penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik. Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia. Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.
Klasifikasi Lalat Rumah ( Musca domestica ) :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthoropoda
Kelas               : Hexapoda
Ordo                : Diptera
Family             : Muscidae
Genus              : Musca
Spesies            : Musca domestica.
2.3  Siklus Hidup atau Daur Hidup Musca domestica

http://info.medion.co.id/images/stories/infomedion/penyakit/artikel_im_penyakit_pengendalian%20lalat_au%20maret%202008_html_m5516943f.gif
Gambar 2.3 siklus atau daur hidup lalat rumah ( sumber : http://www.google.co.id/imgres )
Siklus hidup semua lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab (basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa. Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1 siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25 hari.
Sumber lain juga mengatakan hal yang sama bahwa siklus hidup dari lalat rumah itu ada 4 fase, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEig-nb2pvApL1B4kVzuCCDElO3PDas9FkzwhnRYJs4QcnIZkbEN4ueLl_nrH7oYwJxjLrkHj8FTmyeWl5wSI8LYyMgPwoQk3fdD7vkc6woPQmVzWAIxf0gJHGsnaq3g8cWfrzVyM_CxaoE/s320/img_fly_life_cycle1.jpg
Gambar 2.4 daur hidup lalat rumah ( sumber : http://www.google.co.id/imgres )
Daur hidup ada 4 stadium: telur, larva (belatung), pupa dan dewasa. Tergantung pada temperature. Lama pertumbuhan (telur-dewasa) 6-42 hari. Longevity (lama kehidupan lalat) 2-3 minggu, pada kondisi dingin hidup sampai 3 bulan. Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya, Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1 kilometer.
2.4  Patologi dan Gejala Klinis
Penyakit Akibat lalat sangat beragam. Lalat tidak menghasilkan penyakit sendiri, tetapi lalat sebagai vector (penghantar) penyakit. Melalui lalat, beberapa penyakit mudah tersebar, apalagi pada daerah-daerah yang kumuh dan kotor.
Penyakit akibat lalat sebenarnya bisa di hindari, jika saja perilaku hidup sehat dan lingkungan bersih dari sampah-sampah organik. Serangga lalat merupakan hewan yang hidup dan berkembang biak di tempat-tempat kotor dan berbau busuk. Serangga kecil ini sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup, mata majemuknya terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Saat ini, ditemukan tidak kurang dari 60.000 – 100.000 spesies lalat di dunia.
Jenis lalat yang perlu diwaspadai di antaranya lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilla seritica), lalat biru (Calliphora vornituria), dan lalat latirine (Fannia canicularis). Dari keempat jenis tersebut, lalat rumah adalah yang paling dikenal sebagai pembawa penyakit dan banyak dijumpai di tempat-tempat yang terdapat sampah basah hasil buangan rumah tangga, terutama yang kaya zat-zat organik yang sedang membusuk.
Bermacam-macam mikroorganisme penyebab penyakit menempel di kaki lalat dan rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat biasanya berhubungan dengan saluran pencernaan. karena perpindahan kuman dan mikroorganisme dari lalat ke dalam tubuh manusia terjadi secara mekanis. Lalat dari tempat kotor dan busuk kemudian hinggap di makanan sehingga makanan terkontaminasi. Mikroorganisme akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan itu.
Penyakit-penyakit yang biasanya ditularkan melalui lalat antara lain:
1.      Estamoeba dysenteriae ( Disentri )
Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca domestica (lalat rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor. Gejala yang dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya sedikit-sedikit dengan lendir dan darah, dan biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut), dan biasanya tidak demam.
Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan, dan pencegahan kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan cara pembuangan kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi.
2.      Diare.
penyakit diare
Gambar 2.5 penderita diare ( sumber : http://www.google.co.id/imgres )
Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus.
Gejala dari diare, yaitu :
a         bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b        tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c         warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d        anusnya lecet
e         gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f         muntah sebelum atau sesudah diare
g        dehidrasi (kekurangan cairan)
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :
a.       Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
b.      Penyedikan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih
c.       Sanitas air yang bersih
d.      kebersihan perorangan
e.       Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare ialah mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.
2.      Typhoid.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus.
Proses patogenesis / masuknya penyakit ini ialah dengan proses masuknya organisme S. typhi  masuk dalam tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan lympoid plak peyeri di ileum terminalis yang hypertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai jaringan limfe mesenterial, dam masuk aliran darah melalui duktus torasikus. S. typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S. typhi bersarang di plak peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin S. typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak. S. typhi dan endotoksiknya merangsang sinstesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.
Gejala-gejala yang timbul berfariasi. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif, lidah tifoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma, sedangkan roseolae jarang ditemukan pada orang indonesia.
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi maka  ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
3.      Kolera ( Vibrio cholera )
Penyakit kolera (cholera) adalah penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Gejala dari kolera :
a.       Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
b.      Feaces atau kotoran (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
c.       Feaces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
d.      Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak.
e.       Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
f.       Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
g.      Banyaknya cairan yang keluar akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti ; detak jantung cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat mengakibatkan kematian.
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera mandapatkan penaganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh yang hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin, Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48 jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
4.      Tuberculosis ( TBC )
Kuman Tubercullosis penyebab penyakit paru yang merebak setelah maraknya penularan HIV/AIDS, menurut beberapa peneliti juga dapat disebarluaskan oleh lalat rumah. Menurut Lambor yang bekerja di Nyasaland menemukan kuman tuberculosa bisa bertahan hidup di dalam tubuh lalat sampai 1 minggu, kuman tuberculosa menempel pada kaki lalat sewaktu hinggap pada dahak penderita TBC dan bercampur debu dan terhisap bersama udara pernafasan dan kuman pindah ke tubuh orang sehat dengan cara memakan makanan yang sudah terkontaminasi.
5.      Cacingan
Salah satunya disebabkan oleh cacing pita ( Taenia sp ) bentuknya panjang pipih menyerupai pita, kepalanya kecil dan mempunyai kait untuk melekatkan diri pada dinding usus. Cacing pita mempunyai banyak jenis, tetapi ada tiga yang biasa dikenal yaitu cacing pita daging, cacing pita ikan dan cacing pita babi. Jenis cacingan ini disebabkan pengkonsumsian daging (terutama sapi dan babi) yang mengandung cacing pita dan memasaknya kurang matang.
Gejala atau tanda terinfeksi cacing pita antara lain : perut terasa mulas dan mual, kadang perih dan tajam menusuk-nusuk tetapi akan hilang sesudah makan. Selain itu muka pucat, pusing, kurang nafsu makan, dan feses berlendir.
2.5  Pengendalian / pencegahan penyakit Lalat Rumah
1        Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan.
Perbaikan Hygiene dan sanitasi lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha menganggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan
a)      Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat.
1)      Kandang ternak
a         Kandang harus dapat dibersihkan
b        Lantai kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari
c         Terdapat saluran air limbah yang baik.
2)      Kandang ayam dan burung
a         Bila burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
b        Kotoran burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval (disarankan setiap hari) dibersihkan
3)      Timbunan kotoran ternak.
Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya pengendalian, kotoran sebaiknya diletakkan pada permukaan yang keras/semen yang dikelilingi selokan agar lalat dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya. Pola penumpukan kotoran sacara menggunung dapat dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan kotoran sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan dapat membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan kotoran akibat proses fermentasi.
4)      Kotoran Manusia
Jamban yang memenuhi syarat kesehatan sangat diperlukan guna mencegah perkembangbiakan lalat pada tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya menggunakan model leher angsa dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank
5)      Sampah basah dan sampah organic
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa hanya dalam waktu 3 –4 hari.
6)      Tanah yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, septic tank dan rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor. Tempat berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik, Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan pengasinan ikan, lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan.
b)      Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Mengurangi sumber yang menarik lalat dapat dilakukan dengan:
1.      Menjaga kebersihan lingkungan
2.      Membuat saluran air limbah (SPAL)
3.      Menutup tempat sampah
4.      Industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat pembuang bau.
c)      Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik dan orang yang sakit mata. Cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, dapat dilakukan dengan:
1.      Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak dengan kotoran.
2.      Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan penderita sakit mata.
3.      Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan bangkai binatang.
2.      Dengan cara kontak langsung
a.       Metode fisik
b.      Metode kimia
c.       Metode biologi


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.      Hospes adalah tempat hidup atau perkembangbiakkan suatu penyakit atau parasit. Beberapa hospes dari penyakit yang dapat dirtimbulkan oleh lalat rumah (musca domestica). Diantaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan.
2.      Lalat rumah berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
3.      Daur hidup lalat rumah ada 4 stadium: telur, larva (belatung), pupa dan dewasa.
4.      Ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh lalat rumah ini yaitu tipoid, kolera, disentri, tuberculosis, dan cacingan
5.      Pengendalian atau pencegahan dari penyakit lalat itu adalah dengan pola hidup sehat dan memperbaiki sanitasi lingkungan.
3.2 Sarsan
Melalui makalah ini penulis sangat mengharapkan kepada pembaca ataupun masyarakat agar selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya karena segala penyakit itu  sebagian besar penyebabnya adalah kurang terjaganya salinitas maupun sanitasi lingkungan. Tentunya kita tidak ingin ada orang – orang tersayang yang terkena penyakit yang bisa saja mematikan.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan penulisan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M.D., 1987. : parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press, Jakarta.
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/.
Gambar-morfologi-lalat-rumah-musca: http.pancarahmat ( 30 mei 2012 )
Lalat-dan-pengendaliannya : http.kesmas-unsoed.info ( 04 april 2011 )
Morfologi-musca-domestica : http. Fejournal.litbang.depkes
penyakit-akibat-lalat : http. Psychologymania ( 08 juni 2012 )
Penyebab-disentri : http. Kesehatan123  
Penyakit-kolera : http.adaaradisini ( oktober 2010 )
Siklus-hidup-lalat : http.id.shvoong ( 13 januari 2013 )
Wuchereria – bancrofti : http.vitaayu ( 02 april 2012 )
http://d5d.org/klasifikasi-lalat#.UWfiaNnHSpE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar