Entri Populer

Minggu, 06 April 2014



BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Di negara beriklim lembab,penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu diantaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi,terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan.
Toxoplasmosis suatu penyakit yang disebabkan oleh toxoplasma gondii,merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T.gondii tersebar diseluruh dunia,pada hewan berdarah panas, dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis felidae lainnya sebagai hospes definitive).
Infeksi toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis,meskipun panyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasite yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah,tetapi beberapa panelitian yang telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sbagai Negara torpik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa factor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya.
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat(Aquired Toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan(Congonital Toxoplasmosis).Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami penyakit ini.
Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi protozoa dilakukan dengan mendapatkan anti bodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi.


1.2 Rumusan Masalah.
1.      Bagaimana sejarah  Toxoplasma gondi …?
2.      Bagaimana daur hidup dari Toxoplasma gondi …?
3.      Bagaimana cara infeksi dari Toxoplasma gondi …?
4.      Bagaimana patologi,gejala klinis,serta cara pencegahan dari Toxoplasma gondi …?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah  dari Toxoplasma gondi.
2.      Untuk mengetahui siklus hidup dari Toxoplasma gondi.
3.      Untuk mengetahui cara penularan dari Toxoplasma gondi.
4.      Untuk mengetahui patologi,gejala klinis,serta cara pencegahan dari Toxoplasma gondi .












BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Toxoplasma gondi
Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang mengerat, yaitu Ctenodactylus gundi, disuatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di laboratorium Brazil (nicolle & Splendore). Pada tahun 1937 parasit ini ditemukan pada neonates dengan ensefalitis. Walapun transmisi intrauterine secara transprasental sudah diketahui, baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada kucing (Hutchison). Setelah dikembangkan tes seerologi yang sensitive oleh Sabin dan Feldman (1948), zat anti T. gondii ditemukan kosmopolit, terutama didaerah dengan iklim panas dan lembab.
Di negara beriklim lembab,penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu diantaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi,terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan
Toxoplasmosis suatu penyakit yang disebabkan oleh toxoplasma gondii,merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Infeksi yang disebabkan oleh T.gondii tersebar diseluruh dunia,pada hewan berdarah panas, dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis felidae lainnya sebagai hospes definitive.
Infeksi toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis,meskipun panyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasit yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah,tetapi beberapa panelitian yang telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sbagai Negara torpik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae).
2.2. Daur hidup dari Toxoplasma Gondi.
Toxoplasma atau Toxoplasma Gondii adalah sejenis hewan bersel satu yang sering juga disebut protozoa. Toxoplasma merupakan parasit yang dapat menginfeksi hewan dan manusia. Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii. Hampir semua hewan berdarah panas dapat terinfeksi toxoplasma, dan otomatis dapat menjadi hewan yang menularkan toxoplasma. Hewan yang sering berada di sekitar manusia seperti sapi, anjing, hamster, burung, tikus, domba, kuda, kucing, ayam, babi, dsb dapat terinfeksi toxoplasma, otomatis dapat menularkannya. Satwa liar seperti musang, harimau, anjing hutan, dsb juga dapat terinfeksi toxoplasma. 

Semua orang dapat terinfeksi toxoplasma, laki-laki dan perempuan, baik muda ataupun tua dapat terinfeksi toxoplasma. Toxoplasma tersebar luas di seluruh dunia. Setidaknya 1/3 populasi penduduk dunia pernah terinfeksi toxoplasma walaupun tidak menunjukan gejala terinfeksi toxoplasma.  Sekitar 80 % wanita Perancis yang hamil, pernah terinfeksi toxoplasma sebelum kehamilan tersebut terjadi. Tingginya persentase ini berhubungan dengan gaya hidup orang Perancisyang senang mengkonsumsi makanan yang dimasak setengah matang.  Penularan toxoplasma dari ibu ke janin anak, bisa berakibat fatal. Di Jerman, sekitar 2500 anak setiap tahun menderita akibat infeksi toxoplasma ini. Berikut ini adalah frekuensi toxoplasmosis pada beberapa hewan yang pernah diteliti di Hongkong, Taiwan, Jakarta, dan Kalimantan Selatan. Hewan yang terinfeksi atau pernah terinfeksi toxoplasma akan menghasilkan antibodi terhadap toxoplasma tersebut. Berikut ini hasil penelitian antibodi terhadap toxoplasma pada beberapa hewan di Amerika Serikat. 

 Parasit Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii adalah hewan bersel satu yang disebut protozoa. Protozoa ini merupakan parasit pada tubuh hewan dan manusia. Toxoplasmosis dikategorikan sebagai penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. 

Tiga bentuk Toxo yang terdapat dalam siklus hidup toxoplasma, memegang peranan sangat penting dalam proses infeksi dan penyebaran Toxoplasma. Yaitu Ookista (Oocyst), Bradizoit (Bradyzoite) dan Takizoit (Tachyzoite). Sebagian besar Toxoplasma berada dalam ketiga bentuk ini. Bradizoit dan takizoit (keduanya kadang disebut cysts) adalah bentuk toxoplasma yang terdapat dalam tubuh sebagian besar hewan dan manusia. 

Seperti juga sebagian besar protozoa, Toxoplasma bisa berkembang biak melalui dua cara, yaitu cara seksual (gametogoni) dan akseksual (endodyogeni). Aseksual artinya, toxoplasma berkembang biak dengan cara membelah diri. Sedangkan Fase berkembang biak secara seksual hanya terjadi di usus kucing. Toxoplasma yang terdapat dalam usus kucing berkembang dan menghasilkan dua sel kelamin berupa makrogamet dan mikrogamet. Kedua sel gamet tersebut melakukan penggabungan inti sel (pembuahan) dan menghasilkan sporogoni yang kemudian di keluarkan melalui feces kucing. Dalam waktu 24 jam Sporogoni yang berada di lingkungan, berkembang menjadi bentuk infektif Ookista. Ookista bisa tahan hingga 6 - 12 bulan di tanah/lingkungan yang lembab dan terlindung dari sinar matahari.



Ookista yang tertelan oleh hewan seperti anjing, domba, tikus, ayam, kambing, sapi, babi, kucing, dsb, kemudian berkembang menjadi Takizoit atau bradizoit dalam sel/jaringan. Ookista akan segera berkembang 18 hari setelah masuk ke dalam tubuh semua mahluk/hewan berdarah panas (sapi, anjing, ayam, burung, kucing, domba, tikus, babi, dsb) dan manusia.


Hewan pemakan daging dan manusia bisa tertular toxoplasma bila memakan daging yang mengandung Takizoit atau Bradizoit yang masih aktif/hidup.

Bradizoit dan Takizoit hanya bisa dihasilkan oleh toxoplasma yang hidup di jaringan/daging. Takizoit akan mulai berkembang 19 hari setelah manusia/hewan memakan jaringan/daging yang mengandung Takizoit. Sedangkan Bradizoit lebih cepat. Bradizoit mulai berkembang dalam waktu 3-10 hari sejak manusia/hewan memakan jaringan/daging yang mengandung bradizoit.

Pada wanita hamil, tachyzoit bisa menginfeksi janin. Tachyzoit menempati jaringan otot dan sistem syaraf seperti otak, kemudian berubah menjadi bradizoit. Bradizoit dalam daging yang tidak masak, bila termakan kembali berubah menjadi tachyzoit dan memulai siklus memperbanyak diri lagi. 



2.3. Cara infeksi.
Adapun cara penularan ataupun infeksinya:
Cara pertama merupakan penularan terbanyak, yaitu manusia memakan daging yang mengandung toxoplasma hidup.  Yang dimaksud adalah : Manusia tertular toxoplasma akibat memakan daging mentah atau daging setengah matang atau daging yang tidak dimasak dengan sempurna,dimana daging tersebut mengandung Toxoplasma. Untuk mencegah hal ini maka masaklah daging dengan sempurna, minimal dengan suhu 70 derajat celcius.
Cara penularan kedua adalah manusia "tanpa sengaja" menelan/memakan telur/kista toxoplasma. Hal ini dapat terjadi bila manusia memakan buah-buahan atau sayuran tanpa di cuci dengan bersih, dimana pada buah-buahan atau sayuran tersebut menempel telur toxoplasma (biasa disebut kista toxoplasma).  Bisa juga terjadi bila manusia setelah berkebun, tidak mencuci tangannya dengan bersih, kemudian memakan sesuatu. Padahal ditangannya menempel telur/kista toxoplasma, dan toxoplasma tersebut menempel di makanan yang dipegangnya. Penularan seperti ini peluangnya relatif kecil, namun demikian tidak boleh diabaikan. Untuk mencegahnya, tentu saja membiasakan diri untuk mencuci bersih buah-buahan atau sayuran tersebut sebelum dimakan. Kemudian setelah berkebun, jangan lupa untuk mencuci tangan dengan bersih.
Cara penularan ketiga adalah melalui transplantasi organ tubuh manusia. Hal ini dapat terjadi bila organ tubuh yang ditransplantasi terinfeksi parasit toxoplasma dalam keadaan hidup. Namun sangat jarang (bahkan hampir tidak pernah terjadi) penularan yang seperti ini, karena umumnya organ tubuh tersebut telah diperiksa dengan seksama oleh dokter. Walaupun peluangnya nyaris nol (kecil sekali), tetap tidak boleh diabaikan.



























2.4. Patologi,gejala klinis,serta cara pencegahan dari Toxoplasma gondi.
Setelah invasi yang biasanya terjadi diusus, maka parasit memasuki sel berinti atau difagositosis. Sebagian parasit mati setelah difagositosis. Sebagian yang lain berkembangbiak dalam sel, menyebabkan sel hospes pecah dan menyerang sel-sel lain. Dengan adanya parasit didalam makrofag dan limfosit, maka penyebaran secara heterogen dan limfogen keseluruh tubuh mudah terjadi. Parasitemia berlangsung selama beberapa minggu.
T.gondii dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes, kecuali sel darah merah tidak berinti.
Kista jaringan dibentuk bila sudah ada kekebalan dan dapat ditemukan diberbagai alat dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup. Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh, tergantung pada :
1. umur, pada bayi kerusakan lebih berat daripada orang dewasa.
2. virulensi strain Toxoplasma
3. jumlah parasit, dan
4. organ yang diserang.

Lesi pada susunan saraf pusat dan mata biasanya lebih berat dan permanen, oleh Karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan untuk regenerasi. Kelainan pada susunan saraf pusat berupa nekrosis yang disertai dengan klasifikasi. Pada toksoplasmosi kongnital, nekrosis pada pada otak lebih sering di korteks, ganglia basal dan daerah periventrikular. Penyumbatan akuaduktus Sylvii atau foramen Monro oleh karena ependimitis mengakibatkan hidrosefalus pada bayi.
Pada infeksi akut di retina ditemukan reaksi peradangan focal dengan edema dan infitrasi leukosit yang dapat menyebabkan kerusakan total dan pada proses penyembuhan menjadi parut (sikatriks) dengan atrofi retina dan koroid, disertai pigmentasi.
Di otot jantung dan otot bergaris ditemukan T.gondii tanpa menimbulkan peradangan. Di alat tubuh lainnya, seperti limpa dan hati, parasit lebih jarang ditemukan.




*      Toksoplasmosis kongenital.
Gambaran klinis toksomoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam antara lain retardasi pertumbuhan intrauterine, retinokoroiditis, strabismus, kebutaan, retadasi psikomotor, mikrosephalus dan hidrosephalus, kejang, hipotnus, ikterus, anemia dan hepatosplenomegali. Berat infeksi tergantung pada umur janin saat terjadi infeksi : makin muda usia janin, makin besar kerusakan organ tubuh. Infeksi pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus spontan dan kematian janin. Sebaliknya, makin muda usia kehamilan saat terjadi infeksi primer pada kehamilan saat terjadi infeksi primer pada ibunya, makin kecil persentase janin yang terinfeksi. Ada yang tampaknya normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul sampai beberapa minggu bahkan sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri atas hidrosephalus, retinokoroiditis dan perkapuran (kalsifikasi) intrakarnial atau tetrad sabin jika disertai kelainan psikomotorik.
Kelainan susunan saraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sitakriks pada retina, namun dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Retinokoroiditis karena toksoplasmosi pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenita, jarang sekali akibat infeksi akuisita.
Pada anak yang lahir premature gejala klinis lebih berat daripada yang lahir cukup bulan, dapat diserta hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan saraf pusat dan lesi mata.
*      Toksoplasmosis akuista
Infeksi pada orang dewasa biasanya tidak diketahui oleh karena jarang menimbilkan gejala (asimtomatik). Bila seseorang ibu hamil mendapat infeksi primer, maka ia dapat melahiran anak toksomoplasmosis congenital.Manifestasi klinis yang paling sering dijumpai pada toksomoplasmosis akuista akut adalah rasa lelah, demam, nyeri otot, dan rasa sakit kepala. Gejalanya mirip mononucleosis infeksiosa pada toksoplasmosis akuista. Toxoplasma menyebabkan infeksi oportunistik yang disebabkan imunosupresi berhubungan dengan transplantasi organ dan pengobatan keganasan.



*      Cara pencegahan:
Pencegahan  secara umum.
ü  Masak daging dengan sempurna, minimal dengan suhu 70 oC.
ü  Cuci tangan, dan peralatan yang berhubungan dengan pengolahan daging dengan sabun
ü  Cuci buah-buahan dan sayuran dengan bersih
ü  Gunakan sarung tangan pada saat berkebun atau kontak dengan tanah. Tanah yang terkontaminasi toxoplasma melalui feces kucing adalah sumber infeksi yang potensial.
Pencegahan pada Ibu hamil.
ü  kucing atau binatang piaraan yang ada di rumah segera bawa ke dokter hewan, untuk mengetahui apakah binatang peliharaan terinfeksi parasit toksoplasma secara aktif atau tidak.
ü  Apabila kucing atau binatang piaraan tersebut terlihat sakit mungkin masih dalam masa penularan selama kurun 6 minggu sebaiknya dititipkan ketempat penitipan bintang.
ü  Jangan biarkan bintatang peliharaan anda memburu mangsanya sendiri diluar rumah ,dan jangan berikan makanan daging mentah.
ü  Jangan mengadakan kontak langsung, baik dengan kandang maupun kotoran hewan piaraan. Mintalah orang lain untuk membersihkannya. Jika terpaksa harus membersihkan sendiri, pakailah sarung tangan, dan cucilah tangan Anda sampai bersih. Jangan lupa untuk member-sihkan kandang kucing setiap hari.
ü  Hindari mengkonsumsi daging mentah, setengah matang atau minum susu yang belum disterilkan.
ü  Cuci sampai bersih sayuran dan buah-buahan sebelum Anda konsumsi.
Segeralah konsultasikan ke dokter bila  Anda kemungkinan terinfeksi parasit toksoplasma  akibat binatang peliharaan dirumah.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang dapat menyebabkan penyakit toxoplasmosis konginetal dan toksoplasmosis akuista. Hospes Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan burung.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar