Entri Populer
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat me...
-
I. Pengertian Makna Menurut Para Ahli (minimal 3 ahli) dan Letak Kesamaan dan Perbedaannya……?? Pengertian Makna Menurut 3 Ahli Yaitu : a...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasciola sp merupakan suatu parasit cacing pipih dari kelas Trematoda, filum Platyhelmi...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang kompl...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat dan memiliki umur yang panjang merupakan impian semua orang . Namun li ng...
-
Penutup tubuh Pada tubuh semua jenis hewan memiliki penutup untuk menahan protoplasma di dalamnya, untuk memberikan perlindungan fisik, dan ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah (pembelahan sel) , pertambahan ukuran (pemb...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat me...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaring...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang...
Jumat, 28 Desember 2012
perencanaan pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran di kelas perlu dirancang dengan baik sehingga tujuan dalam bentuk kompetensi dapat tercapai. Dengan demikian, perencanaan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dan siswa dalam mengkreasi, menata, dan mengorganisasi pembelajaran tersebut. Agar efektif pelaksanaannya, diperlukan model pembelajaran untuk memandu proses pembelajaran tersebut. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang dituju.
Perencanaan pembelajaran berasal dari dua kata, yakni kata perencanaan dan kata pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur sebagai berikut:
1. Adanya tujuan yang harus dicapai
2. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
3. Sumber daya yang dapat mendukung
4. Implementasi setiap keputusan
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk daya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Dari kedua makna tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal di atas, sehingga selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai proses penerjemahan kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah kehidupan di dunia nyata.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Untuk memahami lebih jauh tentang teori dan aplikasi desain pembelajaran, pada bagian ini akan dipelajari tentang: Pengertian teori dan model; Teori dasar behavioris, kognitif, dan konstruktif; Model pembelajaran; Taksonomi Bloom; Perbaikan taksonomi Bloom; Model kondisi belajar Robert Gagne; serta Model pemrosesan informasi.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis dapat membuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian dari Perencanaan Pembelajaran?
2. Bagaimana Hakekat Perencanaan Pembelajaran?
3. Bagaimana Perencanaan yang Dilakukan Oleh Guru:
a. Seperti Apa perspektif tentang Terencanaan Pembelajaran?
b. Apa Sajakah Pokok-Pokok Perencanaan?
c. Seperti Apakah Perencanaan Waktu dan Ruang itu?
4. Bagaimana Cara Pengembangan Kompetensi dan Indikator kompetensi?
5. Seperti apakah Pengembangan Materi itu?
6. Bagaimana Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Gagne Dan Briggs?
7. Bagaimana Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Bella H Banathy?
8. Bagaimana Model Perencanaan Pembelajaran Menurut PPSI?
9. Bagaimana Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Gerlach Dan Ely?
10. Bagaimana Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Jerols E. Kemp?
11. Bagaimana Model Perencanaan Pembelajaran Menurut IDI?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari pembuatan portofolio ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami materi perencanaan pembelajaran secara lengkap.
2. Sebagai referensi untuk mahasiswa-mahasiswa di masa yang akan datang.
3. Untuk memenuhi sala satu tugas mata kuliah perencanaan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB 1
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Definisi Perencanaan Pembelajaran
1. Perencanaan adalah pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan (Sanjaya, 2011). Sementara Ely (1979) perencanaan adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.
2. Pembelajaran adalah sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memfaatkan segala potensi dan sumber yang ada. Degeng (2008) pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa.
Dari kedua makna konsep di atas perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan prilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
B. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
1. Fungsi kreatif, artinya perencanaan yang matang akan dapat memberikan umpan balik dalam meningkatkan dan memperbaiki program terhadap kelemahan yang di rencanakan.
2. Fungsi inovatif, artinya kesenjangan dan harapan akan selalu muncul dalam pembelajaran, kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis.
3. Fungsi selektif, melalui proses perencanaan kita dapat menyeleksi strategi mana yang kita anggap efektif dan efesien untuk dikembangkan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4. Fungsi komunikatif, artinya perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah, bahkan kepada pihak eksternal (orang tua dan masyarakat).
5. Fungsi prediktif, artinya perencanaan yang disusun secara benar dan akurat dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun.
6. Fungsi akurasi, artinya guru dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu.
7. Fungsi pencapaian tujuan, artinya mengajar bukanlah sekadar menyampaikan materi akan tetapi membentuk manusia secara utuh bukan melalui aspek intelektual saja melainkan dalam aspek sikap dan keterampilan.
8. Fungsi kontrol, artinya melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi telah dapat diserap oleh siswa, materi mana yang sudah dan materi mana yang belum dipahami oleh siswa.
C. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
1. Melalui proses perencanaan yang matang kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan, artinya dengan perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi seberapa besar yang akan dapat dicapai.
2. Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Artinya seorang perencana yang baik akan dapat memprediksi kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam materi tertentu.
3. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat, artinya melalui perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.
4. Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis, artinya proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi berlangsung secara terarah dan terorganisir.
D. Prinsip-Prinsip Perencanaan Pembelajaran
1. Dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten. Untuk merencanakan perlu tenaga yang sesuai dengan keahlian bidang studi, dan apabila memerlukan ahli dalam bidang lain maka harus ada kolaborasi antara bidang studi dengan tenaga ahli tersebut.
2. Memiliki Visibilitas. Harus diperhitungkan bagaimana pelaksanaan tersebut dilaksanakan serta kemampuan dalam menyediakan sumber daya
3. Beracuan pada masa yang akan datang. Perencanaan yang dibuat adalah apa yang akan diupayakan untuk dapat dicapai pada kurun waktu yang akan datang
4. Berpijak pada fakta. Perencanaan yang dibuat memperhitungkan berbagai realitas dan kondisi yang ada di sekolah, umumnya berkaitan dengan kemampuan siswa sebagai stakeholder dan kemampuan sekolah menyediakan sumber daya.
E. Kritik Terhadap Perencanaan Pembelajaran
1. Perencanaan akan membuat sesuatu menjadi detail dan kaku. Perencanaan pembelajaran akan “mengunci” sekolah pada tujuan pembelajaran tertentu, sehingga sekolah akan terfokus pada tujuan pembelajaran itu saja
2. Rencana tidak dapat dikembangkan dalam lingkungan yang dinamis. Perubahan dalam bidang IPTEK mempengaruhi hampir setiap bagian kehidupan manusia, sehingga seringkali juga mempengaruhi kebijakan dalam dunia pendidikan
3. Perencanaan tidak akan dapat menggantikan intuisi dan kreativitas. Perencanaan yang baik, seringkali masih kalah dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang memiliki intuisi dan kreativitas yang tinggi
4. Perencanaan sering memfokuskan guru pada persaingan pada saat ini, bukan untuk berkembang pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 16 Maret 2012
Pengampu : Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perencanaan Pembelajaran”
Judul : “Perencanaan Pembelajaran”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Rahmiwati
Apa yang dimaksud dengan perencanaan dan pembelajaran?
Jawaban:
a. Perencanaan adalah pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan (Sanjaya, 2011). Sementara Ely (1979) perencanaan adalah suatu proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan.
b. Pembelajaran adalah sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memfaatkan segala potensi dan sumber yang ada. Degeng (2008) pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa.
2. Joni Nadi
Perencanaan akan membuat sesuatu menjadi detail dan kaku, maksudnya seperti apa?
Jawaban:
Jadi, apabila sebuah sekolah telah membuat yang namanya rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP. Maka mau atau tidak sekolah tersebut harus terfokus pada tujuan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Sebab apabila menyimpang dari tujuan semula, maka sekolah tersebut tidak akan bisa mencapai yang namanya tujuan yang diinginkan.
3. Mbak Helmi
Apa manfaat dari perencanaan Pembelajaran?
Jawaban:
a. Melalui proses perencanaan yang matang kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan, artinya dengan perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi seberapa besar yang akan dapat dicapai.
b. Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Artinya seorang perencana yang baik akan dapat memprediksi kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam materi tertentu.
c. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat, artinya melalui perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran.
Analisis Refleksi:
Berangkat dari pengertian perencanaan dan pembelajaran dan akhirnya dari kedua makna konsep tersebut perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan prilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada.
Perencanaan pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai proses penerjemahan kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.
Selain itu, adapun fungsi-fungsi dari perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
1. Fungsi kreatif, artinya perencanaan yang dibuat secara tepat akan dapat memberikan semacam umpan balik, baik dalam hal meningkatkan dan memperbaiki program terhadap kelemahan yang telah di rencanakan.
2. Fungsi inovatif, artinya harapan akan selalu muncul dalam pembelajaran, dan kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap manakala kita mampu untuk memahami proses yang akan dilaksanakan secara sistematis.
3. Fungsi selektif, melalui proses perencanaan ini, maka kita akan mampu memilih strategi mana yang kita anggap efektif dan efesien untuk dikembangkan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tekah kita buat.
4. Fungsi komunikatif, artinya perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik kepada guru, pada siswa, kepala sekolah, bahkan kepada pihak eksternal (orang tua dan masyarakat). Serta fungsi-fungsi lainnya.
Selanjutnya, setalah kita membahas fungsi-fungsi perencanaan ada yang namanya manfaat perencanaan, yang di mana dikatakan bahwa melalui proses perencanaan yang matang kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan, artinya dengan perencanaan yang matang dan akurat, kita akan mampu memprediksi seberapa besar yang akan dapat dicapai.
Adapun sala satu prinsip di dalam sebuah perencanaan yaitu harus dilakukan oleh SDM yang tepat dan kompeten. Untuk merencanakan perlu tenaga yang sesuai dengan keahlian bidang studi, dan apabila memerlukan ahli dalam bidang lain maka harus ada kolaborasi antara bidang studi dengan tenaga ahli tersebut.
KESIMPULAN:
Dari hasil pemaparan di atas, kita dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa di dalam membuat sebuah perencanaan ada beberapa aspek yang harus kita ketahui. Baik dari segi manfaat, tujuan, prinsip dan lain sebagainya, agar perencanaan yang akan kita buat sesuai dengan tujuan yang diharapkan demi meningkatkan angka keberhasilan di dalam belajar. Untuk siswa, guru maupun lenbaga-lembaga pendidikan pada umumnya.
BAB 2
HAKIKAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Perencanaan dan Pembelajaran
1. Perencanaan adalah proses yang bertujuan: sesederhana apa pun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
2. Pembelajaran adalah proses kerjasama: proses pembelajaran minimal akan melibatkan gurun dan siswa. Guru tidak mungkin berdiri sendiri tanpa keterlibatan siswa.
3. Pembelajaran adalah proses yang kompleks: pembelajaran bukan sekedar menyampaikan materi, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa karena manusia adalah unik.
4. Proses pembelajaran akan efektif manakalah memanfaatkan berbagai sumber sarana dan prasarana yang tersedia: pengelolaan pembelajaran harus memanfaatkan sarana dan prasaran yang ada (seperti laptop, OHP, LCD, video film, gambar, dll)
B. Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
1. Signifikan, artinya perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar proses pembelajaran berjalan efektif dan efesien.
2. Relevan, artinya perencanaan yang kita susun memiliki nilai kesesuaian baik internal (kurikulum yang berlaku) maupun eksternal (sesuai dengan kebutuhan siswa).
3. Kepastian, artinya dalam perencanaan pembelajaran yang berfungsi sebagai pedoman, tidak lagi membuat alternatif-alternatif yang bisa dipilih, akan tetapi berisi langkah-langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis.
4. Adaptabilitas, artinya perencanaan disusun hendaknya bersifat lentur dan tidak kaku.
5. Kesederhanaan artinya, mudah diterjemahkan dan mudah diimplementasikan.
6. Prediktif, artinya perencanaan pembelajaran yang baik harus memiliki daya ramal yang kuat.
C. Langkah-Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
1. Merumuskan tujuan khusus
a. Domain kognitif, berkaitan dengan pengembangan aspek intelektual siswa melalui penguasaan pengetahuan dan informasi, seperti fakta, data, konsep, generalisasi dan prinsip.
b. Sikap dan apresiasi, berhubungan dengan perkembangan mental yang ada dalam diri seseorang, sehingga yang muncul dalam aspek perilaku belum tentu menggambarkan sikap seseorang.
c. Ketrampilan dan penampilan, menggambarkan kemampuan atau keterampilan (skill) seseorang yang dapat dilihat dari unjuk kerja (performance).
Keterampilan ini dibagi menjadi fisik dan non fisik. Fisik artinya kecenderungan siswa mengerjakan sesuatu dengan menggunakan otot, sedangkan nonfisik kecenderungan siswa menggunakan otak sebagai alat utama dalam mengerjakan dan memecahkan suatu persoalan.
2. Pengalaman belajar: Pengalaman belajar bukan sekedar mencatat atau menghafal melainkan siswa didorong untuk menemukan sendiri melalui observasi, wawancara bahkan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan simulasi atau dramatisasi.
3. Menentukan kegiatan belajar mengajar: pembelajaran dirancang melalui pendekatan kelompok atau pendekatan individual.
4. Orang-orang yang terlibat: orang yang akan terlibat dalam proses pembelajaran khususnya yang berperan sebagai sumber belajar yakni instruktur, guru, dan juga tenaga profesional lainnya.
5. Bahan dan alat: penyeleksian bahan dan alat merupakan bagian dari sistem perencanaan pembelajaran.
6. Fasilitas fisik: merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran seperti, ruangan kelas, pusat media, lab, dll.
7. Perencanaan evaluasi dan pengembangan: melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan pengelolaan pembelajaran dan keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
D. Evaluasi hasil belajar siswa akan memberikan informasi tentang:
1. Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran, yakni mengenai isi pembelajaran, prosedur pembelajaran, dan juga bahan pelajaran yang digunakan
2. Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar
3. Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus.
4. Kelemahan-kelemahan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 23 Maret 2012
Pengampu : Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perencanaan Pembelajaran”
Judul : “ Hakekat Perencanaan Pembelajaran”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Joni Nadi
Apakah seorang guru perlu melakukan perencanaan?
Jawaban:
Kalau menurut saya perlu, karena dengan adanya perencanaan maka guru akan bisa terfokus pada tujuan atau perencanaan yang telah di buat pada saat awal sebelum proses belajar mengajar berlangsung.
2. Rahmiwati
Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan?
Jawaban:
Karena di setiap proses pembelajaran memerlukan yang namanya perencanaaan, agar di dalam proses pembelajaran akan dapat menentukan tujuan serta hasil yang akan di peroleh memuaskan.
3. Lili Sri Astuti
Bagaimana perencanaan yang disusun itu dapat berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan?
Jawaban:
Harus memenuhi beberapa faktor berikut:
1. Signifikan,
2. Relevan,
3. Kepastian,
4. adaptabilitas,
5. Kesederhanaan dan
6. Prediktif
Analisis Refleksi:
Dalam dunia pembejaran banyak sekali dijumpai berbagai macam konsep pembelajaran yang dipakai dalam pengembangan pembelajaran disekolah. Berbagai definisi perencanaan pembelajaran banyak didapatkan dalam berbagai macam teori yang berkembang saat ini. Sebelum kita membahas lebih jauh tentang perencanaan pembelajaran alangkah baiknya kita perjelas dulu apa yang dimaksud dengan perencanaan dan pembelajaran itu sendiri.
Berbagai definisi tentang perencanaan saling berbeda antara satu dengan yang lainnya misalnya, Cunningham mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualiasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Dari pengertian ini menekankan pada usaha menyeleksi dan menggabungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
Pada hakekatnya perencanaan dapat kita rumuskan yakni suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat bejalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya, agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran, perlunya perencanan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.
KESIMPULAN:
Desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang itu belajar; Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya, Hal ini biasanya muncul pendekatan yang bersifat intuitif yang rancangan pembejalajarannya banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya, dan pendekan perancangan yang bersifat ilmiah yakni diwarnai dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan pembelajaran.
Jika pembuatan rancangan pembelajaran dibuat bersifat intuitif ilmiah yang merupakan perpaduan antara keduanya, dapat menghasilkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran yang dikembangkan dengan teori-teori yang relavan. Pendekanatan inilah yang akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
BAB 3a
PERENCANAAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU
A. Perpesktif Tentang Perencanaan Pembelajaran
Pentingnya perencanaan dapat diilustrasikan oleh Arends, L. (2008: 96) bahwa banyaknya peran pekerjaan khusus (profesional) yang diciptakan oleh para kader di antaranya; perencanaan pemanfaatan lahan profesional, spesialis pemasaran, analis sistem, dan perencana strategis, yang bekerja purna waktu.
Dengan tujuan menyatukan rencana-rencana jangka panjang terperinci untuk memengaruhi dan mengarahkan perekonomian, serta untuk memastikan upaya militer secara tepat.
B. Teori dan Praktik
1. Teori
Perencanaan yang baik melibatkan kegiatan mengalokasikan penggunaan waktu, memilih metode pembelajaran yang tepat guna, menciptakan minat siswa, dan membangun lingkungan belajar yang produktif.
2. Praktik
Proses belajar mengajar dideskripsikan oleh sebagian orang sebagai proses bagi calon guru dalam belajar memutuskan isi kurikulum yang penting untuk dipelajari siswa dan cara penerapan kurikulum itu dalam lingkup (setting) kelas melalui berbagai kegiatan dan peristiwa belajar (Doyle, 1990; Stronge, 2002).
C. Ada 3 Perspektif perencanaan
1. Perencanaan; Pandangan Tradisional
Pendekatan perencanaan linier-rasional difokuskan pada menetapkan sasaran kemudian memilih strategi tertentu untuk mencapai tujuan.
Rational-Linier Planning Model
b. Perspektif
Perspektif ini meletakkan fokus pada sasaran dan tujuan sebagai langkah pertama dalam sebuah proses sekuens. Cara bertindak dan kegiatan tertentu kemudian diseleksi dari berbagai alternatif yang ada untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
c. Asumsi
Model ini mengasumsikan adanya hubungan yang erat antara mereka yang menetapkan sasaran dan tujuan dengan mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
d. Landasan Teori
1) Konsep dasar biasanya dikaitkan dengan perencana dan teoretisi lebih awal. Perencana pendidikan yang baik ditandai oleh tujuan instruksional yang ditetapkan dengan cermat (yang biasanya dinyatakan dalam istilah behavioral), tindakan dan strategi pembelajaran yang dirancang untuk menentukan tujuan, dan pengukuran hasil yang diteliti, khususnya prestasi siswa.
2) Para ahli: Ralph Tyler (1950), Mager (1962, 1997), Gagne, Briggs & Wager (1992), Gronlund (2004), dan Eby (1992).
4. Perencanaan; Perspektif Alternatif
Perencana dimulai dengan bertindak terlebih dahulu kemudian melekatkan sasaran/tujuan.
Nonlinier Planning Model
a. Perspektif
Perencanaan mulai dengan tindakan yang akan membuahkan hasil, dan terakhir merangkum dan menjelaskan tindakannya dengan melekatkan tujuan. Meskipun mereka menetapkan tujuan dan berusaha mendapatkan pengertian tentang arah tujuan bagi dirinya sendiri dan siswa-siswanya, tetapi proses perencanaan guru berjalan secara linier siklikal, bukan linier dan lurus, dengan banyak trial and error.
b. Asumsi
Perencanaan belum tentu berfungsi sebagai pedoman untuk bertindak tetapi sebagai simbol, advertensi/iklan, dan justifikasi untuk apa yang sudah dilakukan orang. Model ini mendiskripsikan cara yang digunakan banyak guru berpengalaman dalam mendekati beberapa aspek-aspek perencanaan.
5. Perencanaan Mental; Pemikiran Reflektif
Perencanaan ini merefleksikan kembali tentang apa yang dilakukan guru ditahun-tahun sebelumnya ketika memikirkan unit yang serupa atau memikirkan tentang ide-ide baru yang diperolehnya dari membaca, meneliti, atau mengikuti lokakarya pengembangan profesi (McCutcheon, 1980; McCutcheon & Milner, 2002).
Perencanaan ini berkaitan dengan:
a. Imaging (membayangkan). Ini berkaitan dengan melakukan latihan mental sebelum mempresentasikan pelajaran.
b. In Flight Plans (rencana spontan). Ini berkaitan dengan perencanaan yang dibuat guru selama pelajaran, ketika merespons kejadian dan situasi tertentu dikelas. Perencanaan mental berlangsung dalam pikiran, rencana spontan tidak dapat diobservasi secara langsung.
D. Dukungan Teoritis Dan Empiris
1. Konsekuensi Perencanaan
a. Teori
Perencanaan yang saksama oleh guru dapat menghasilkan kelas yang berjalan dengan lancar. Perencanaan juga dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, yakni menyebabkan guru tidak sensitif terhadap kebutuhan dan ide-ide siswa.
c. Hasil Penelitian
1) Duchastel & Brown (1974) tertarik dengan efek tujuan pembelajaran pada siswa. 24 tujuan ditulis oleh guru, 12 tujuan di berikan ke siswa kelas eksprimen, sementara kelas kontrol tidak diberikan tujuan pembelajaran tetapi dibertahukan sebanyak mungkin bahan-bahan tentang jamur.
Kelas eksprimen mendapat skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Sebaliknya kelas kontrol mendapat skor lebih tinggi pada soal yang berhungan dengan ke 12 tujuan lain (yang tidak diberikan kelas eksprimen).
Kesimpulan
Tujuan belajar memiliki efek memfokuskan pada siswa, yang memunculkan rekomendasi bahwa gur sebaiknya memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa. Di lain pihak, para guru memperingatkan bahwa guru berhati-hati karena studi itu juga mengilustrasikan bagaimana terlalu banyak memfokuskan pada tujuan dapat membatasi pembelajaran penting lainnya.
2) John Zahorik (1970)
Meneliti tentang perencanaan yang dilakukan oleh guru dengan perencanaan yang tidak dilakukan oleh guru.
Guru yang merencanakan kurang sensitif terhadap ide-ide siswa dan tampak mengejar tujuan-tujuannya sendiri tanpa memedulikan apa yang dipikirkan atau dikatakan siswa. Sebaliknya, guru yang belum merencanakan menunjukkan jumlah prilaku verbal yang lebih tinggi, yang bersifat mendorong dan mengembangkan ide-ide siswa.
c. Perencanaan dan Guru Pemula
Teori
Keterampilan merencanakan kadang-kadang sulit dipelajari oleh guru-guru pemula karena prosesnya sendiri tidak dapat diobservasi secara langsung.
d. Hasil Penelitian
a. Housner & Griffey (1985). Membandingkan perbedaan dalam merencanakan dan pengambilan keputusan oleh guru berpengalaman dan belum berpengalaman.
b. Hal akan dilihat dari segi: Keputusan kegiatan, keputusan strategi,dan isyarat.
Isyarat Berpengalaman Belum Berpengalaman
Performa siswa 30,1 % 19,0 %
Keterlibatan siswa 27,4 % 22,6 %
Ketertarikan siswa 11,8 % 27,3 %
Permintaan siswa 3,2 % 7,7 %
Suasana hati/perasaan siswa 3,2 % 6,5 %
Suasana hati/perasaan guru 5,3 % 1,7 %
Lain-lain 19,0 % 15,2 %
E. Ranah-Ranah Perencanaan
Memahami proses perencanaan dan menguasai hal-hal yang spesifik dalam perencanaan adalah keterampilan yang penting bagi guru-guru pemula.
1. Perencanaan dan siklus instruksional
Perencanaan bukan hanya berupa rencana pelajaran yang diciptakan guru untuk keesokan harinya, tetapi juga in-flight adjustment (penyesuaian spontan di tengah mengajar) yang dibuat selama mereka mengajar maupun perencanaan yang dilakukan setelah pembelajaran sebagai hasil asesmen.
c. Keputusan yang dibuat disetiap fase siklus dapat dilihat sebagai berikut:
Sebelum Pembelajaran Selama Pembelajaran Setelah Pembelajaran
Memilih isi Mempresentasikan Mencek pemahaman
Memilih pendekatan Melontarkan pertanyaan Memberi umpan balik
Mengalokasikan waktu dan ruang Membantu Memberi pujian dan kritik
Menentukan struktur Memberi latihan Menguji
Menetapkan motivasi Melakukan transisi Memberi nilai
Mengelola dan mendisiplinkan Melaporkan
2. Jangka waktu perencanaan
a. Guru membuat rencana untuk jangka waktu yang berbeda;
b. Perencanaan tentang apa yang dilakukan besok jauh berbeda dengan perencanaan untuk satu tahun ke depan;
c. Rencana yang dilaksanakan di hari tertentu dipengaruhi oleh apa yang terjadi sebelumnya dan pada gilirannya akan mempengaruhi rencana untuk hari/minggu berikutnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Yinger (1980) mengidentifikasi lima jangka waktu yang menandai perencanaan guru.
1. Perencanaan harian
2. Perencanaan mingguan
3. Perencanaan unit
4. Perencanaan triwulan
5. Perencanaan tahunan
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 30 Maret 2012
Pengampu : Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perencanaan Pembelajaran”
Judul : “Perencanaan yang Dilakukan Oleh Guru (a) ”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Joni Nadi
Dari ketiga perspektif perencanaan yang ada, manakah yang paling pas digunakan?
Jawaban:
Perspektif Alternatif, sebab pada perspektif ini lebih mengutamakan tindakan terhadap apa yang menjadi tujuan dan apabila dari tindakan tersebut sudah mendapatkan hasil, kemudian menentukan sasaran yang menjadi tujuan dari pada pembelajaran tersebut.
2. Rahmiwati
Guru membuat rencana untuk jangka waktu yang berbeda, maksudnya seperti apa?
Jawaban:
Maksudnya seperti ini, biasanya dikhawatirkan akan adanya pergantian kurikulum dan lain sebagainya, serta menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan lain-lainnya.
3. Nurul Handayani
Apakah setiap guru atau tenaga pendidik itu sudah menjalankan RPP yang dibuatnya dengan baik?
Jawaban:
Walaupun belum secara keseluruhan tenaga pendidik berpatokan kepada RPP yang dibuatnya, tetapi paling tidak mereka telah mempunyai yang namanya pegangan. Maksudnya disini, mereka sudah mempunyai pedoman dalam melakukan proses belajar mengajar atau pembelajaran.
Analisis Refleksi:
Pada bab ini, dalam pembahasan perencanaan yang dilakukan oleh guru. Perencanaan pendidikan yang baik ditandai oleh tujuan instruksional yang ditetapkan dengan cermat (yang biasanya dinyatakan dalam istilah behavioral), tindakan dan strategi pembelajaran yang dirancang untuk menentukan tujuan, dan pengukuran hasil yang diteliti, khususnya prestasi siswa. Sehingga apa yang menjadi tujuan daripada perencanaan yang telah dibuat mencapai hasila yang memuaskan.
Perencanaan mulai dengan tindakan yang akan membuahkan hasil, dan terakhir merangkum dan menjelaskan tindakannya dengan melekatkan tujuan. Meskipun mereka menetapkan tujuan dan berusaha mendapatkan pengertian tentang arah tujuan bagi dirinya sendiri dan siswa-siswanya, tetapi proses perencanaan guru berjalan secara linier siklikal, bukan linier dan lurus, dengan banyak trial and error.
Terkadang dalam kenyataannya perencanaan belum tentu berfungsi sebagai pedoman untuk bertindak tetapi sebagai simbol, advertensi/iklan, dan justifikasi untuk apa yang sudah dilakukan orang. Model ini mendiskripsikan cara yang digunakan banyak guru berpengalaman dalam mendekati beberapa aspek-aspek perencanaan.
Adapun tujuan belajar memiliki efek memfokuskan pada siswa, yang memunculkan rekomendasi bahwa gur sebaiknya memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa. Di lain pihak, para guru memperingatkan bahwa guru berhati-hati karena studi itu juga mengilustrasikan bagaimana terlalu banyak memfokuskan pada tujuan dapat membatasi pembelajaran penting lainnya.
Apalagi kebanyakan diantara guru-guru yang merencanakan kurang sensitif terhadap ide-ide siswa dan tampak mengejar tujuan-tujuannya sendiri tanpa memedulikan apa yang dipikirkan atau dikatakan siswa. Sebaliknya, guru yang belum merencanakan menunjukkan jumlah prilaku verbal yang lebih tinggi, yang bersifat mendorong dan mengembangkan ide-ide siswa.
Peran penting perencanaan pembelajaran dapat terlihat ketika mengamati keadaan yang mungkin terjadi ketika diterapkannya perencanaan pembelajaran oleh seorang guru atau sebaliknya.
Kemungkinan yang akan terjadi dalam proses belajar mengajar ketika seorang guru melakukan perencanaan pembelajaran dengan benar di antaranya:
1. Guru akan mempunyai tujuan pembelajaran yang jelas, sehingga memungkinkan target penyampaian materi yang berdasarkan Standar Kompetensi akan tercapai secara optimal, bahkan memungkinkan siswa lulus ujian dengan skor yang terbaik.
2. Guru akan menguasai materi yang akan disampaikan dengan baik dan cara penyampaiannya,
3. Guru akan mempunyai metode yang tepat dalam pengajarannya, sehingga materi akan mudah dipahami oleh siswa.
4. Guru akan memiliki pemilihan media yang tepat, sehingga memungkinkan siswa sangat tertarik terhadap materi yang disampaikan.
5. Guru akan memiliki standar jelas dalam memberikan evaluasi kepada siswa, bahkan memungkinkan para siswa dapat menjawab semua soal dengan tepat.
Berdasarkan lima kemungkinan positif di atas, secara sederhana dapat dinyatakan bahwa proses belajar mengajar dengan perencanaan pembelajaran yang baik akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Keberhasilan ini akan mendorong siswa dan guru untuk mengembangkan prestasinya di bidang pendidikan lebih baik lagi.
KESIMPULAN:
Pentingnya perencanaan dapat diilustrasikan oleh Arends, L. (2008: 96) bahwa banyaknya peran pekerjaan khusus (profesional) yang diciptakan oleh para kader di antaranya; perencanaan pemanfaatan lahan profesional, spesialis pemasaran, analis sistem, dan perencana strategis, yang bekerja purna waktu.
Dengan tujuan menyatukan rencana-rencana jangka panjang terperinci untuk memengaruhi dan mengarahkan perekonomian, serta untuk memastikan upaya militer secara tepat.
Proses belajar mengajar dideskripsikan oleh sebagian orang sebagai proses bagi calon guru dalam belajar memutuskan isi kurikulum yang penting untuk dipelajari siswa dan cara penerapan kurikulum itu dalam lingkup (setting) kelas melalui berbagai kegiatan dan peristiwa belajar
Konsep dasar biasanya dikaitkan dengan perencana dan teoretisi lebih awal. Perencana pendidikan yang baik ditandai oleh tujuan instruksional yang ditetapkan dengan cermat (yang biasanya dinyatakan dalam istilah behavioral), tindakan dan strategi pembelajaran yang dirancang untuk menentukan tujuan, dan pengukuran hasil yang diteliti, khususnya prestasi siswa.
BAB 3b
PERENCANAAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU
A. Pokok-Pokok Perencanaan
1. Memilih isi kurikulum dan keterampilan yang akan diajarkan
Kurikulum di kebanyakan sekolah dasar dan menengah saat ini diorganisasikan di seputar disiplin akademik-sejarah, biologi, matematika, dan lain-lain yang digunakan oleh para ahli untuk mengorganisasikan informasi tentang dunia sosial maupun fisik. Keputusan tentang apa yang akan diajarkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang diantaranya:
Penjelasan:
a. Peran standar dari nilai-nilai masyarakat: waktu itu masih menggunakan istilah sasaran (goals) dan tujuan (objectives) tentang apa yang akan dipelajari siswa. Namun sekarang istilah standar memberikan kesan bahwa tentang apa yang seharusnya diketahui siswa dan apa yang mereka lakukan. Standar biasanya ditulis di tingkat abstraksi sehingga bukan hanya akan dapat diterima oleh sejumlah besar stakeholder pendidikan tetapi juga dapat dirancang dengan lebih tepat menjadi istilah-istilah yang dapat diukur.
b. Standar masyarakat terpelajar. Biasanya kurikulum yang diambil dari berbagai disiplin akademik yang dianggap sentral bagi pendidikan individu yakni; bahasa Inggris, sejarah, geografi, bahasa asing, matematika, dan sains. Isi subjek ini diberikan secara berurutan selama 12 tahun masa sekolah, dan penyelesaian setiap subjek disyaratkan untuk dapat lulus SMA.
c. Standar kurikulum negara bagian. Sebagian besar negara memiliki curriculum framework (kerangka kerja kurikulum) dan standar yang menetapkan apa yang seharusnya diketahui dan yang seharusnya dapat dikerjakan oleh siswa ketika mereka melalui tingkat sekolah tertentu. Contoh kurikulum KTSP yang memberikan beberapa kompetensi.
d. Kerangka kerja dan kurikulum lokal. Kurikulum lokal yang dikembangkan akan disesuaikan dengan kurikulum nasional (KTSP). Contoh bahasa daerah, budaya, dan sastra.
e. Kesepakatan kurikulum tingkat sekolah. Artinya kurikulum memiliki nilai keunikan yang harus dikembangkan untuk membedakan antara kurikulum sekolah yang satu dengan kurikulum sekolah yang lain. Contoh SMAN 3 dengan keunikan kurikulum bidang kesenian.
2. Alat untuk memilih isi kurikulum
a. Menggunakan konsep ekonomi dan kekuatan. Menurut Brunner (1962) guru seharusnya berusaha ekonomis dalam mengajarnya. Penggunaan yang ekonomis berarti sangat berhati-hati tentang berapa banyak informasi dan konsep yang disajikan dalam satu pelajaran atau satu unit kerja.
Prinsip ekonomi mengatakan untuk mengambil sebuah konsep yang sulit dan membuatnya menjadi sederhana dan mudah bagi siswa, bukan mengambil sebuah konsep yang mudah dan membuatnya menjadi sulit.
Hal ini berarti membantu siswa menelaah beberapa ide kritis secara mendalam dan bukan membombardir mereka dengan fakta-fakta yang tidak berkaitan dan hanya memiliki peluang kecil untuk berdampak pada pembelajaran.
Prinsip kekuatan seharusnya diterapkan ketika menyeleksi isi kurikulum. Pelajaran atau unit kerja yang dibuat adalah yang di dalamnya berbagai konsep dasar dari pelajaran itu disajikan secara sederhana, tidak rumit, dan logis. Melalui organisasi yang logis, siswa akan dapat melihat hubungan di antara berbagai fakta dan di antara berbagai konsep penting dalam sebuah topik.
b. Memerhatikan struktur pengetahuan dan pertanyaan-pertanyaan esensial
Guru harus memilih isi berdasarkan ide-ide dasar dan struktur pengetahuan untuk bidang tertentu, dengan memerhatikan pengetahuan dan kemampuan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa.
c. Pemetaan kurikulum (curriculum mapping)
Meskipun para guru bekerja bersama-sama di sekolah yang sama, mereka sering kali kurang memiliki pengetahuan yang lengkap tentang segala yang mereka kerjakan. Jacobs (1997) dalam Arends (2008: 112) menawarkan ide tentang “curriculum maps” sebagai cara bagi guru di sekolah tertentu untuk memetakan apa yang sedang mereka kerjakan dan membantu memastikan bahwa tidak ada kesenjangan pada keterampilan-keterampilan yang penting dan tidak terlalu banyak terjadi tumpang tindih atau pengulangan.
3. Tujuan instruksional (pembelajaran)
Tujuan instruksional mendeskripsikan intensi guru tentang apa yang seharusnya dipelajari oleh siswa.
a. Format Mager untuk Tujuan Perilaku. Agar tujuan instruksional benar-benar ada artinya, tujuan itu harus mengkomunikasikan maksud instruksional guru dan ditetapkan dengan sangat spesifik.
Tujuan yang ditulis dalam format Mager dikenal sebagai behavioral objective (tujuan perilaku) dan membutuhkan tiga bagian.
1) Student behavior (perilaku siswa). Apa yang akan dilakukan siswa atau jenis perilaku yang akan diterima guru sebagai bukti bahwa tujuannya telah dicapai.
2) Testing situation (situasi pengujian). Kondisi dimana perilaku akan diobservasi atau diharapkan akan terjadi.
3) Performnace criteria (kriteria kinerja). Standar atai tingkat kinerja yang ditetapkan sebagai standar atau tingkat kinerja yang dapat diterima.
b. Pendekatan yang lebih umum
Pendekatan ini dikemukakan oleh Gronlund (1999, 2004), tujuan pertama-tama ditulis dalam istilah yang lebih umum, hal-hal spesifik yang sesuai nanti akan ditambahkan untuk klarifikasi. Klarifikasi ini tuangkan dalam bentuk sub-sub bagian yang akan dipelajari siswa.
Contoh format Gronlund
Format Contoh
Tujuan umum Memahami dan menghargai keanekaragaman orang-orang yang menjadi bagian masyarakat di Amerika
Sub tujuan 1 Dapat mendefinisikan keanekaraganam dengan kata-kata orang lain maupun dengan kata-katanya sendiri
Sub tujuan 2 Dapat memberikan contoh-contoh bagaimana orang-orang atau kelompok-kelompok yang beragam telah memperkaya kehidupan kultural di Amerika
Sub tujuan 3 Dapat menganalisis dalam bentuk tulisan bagaimana menghargai keanekaragaman adalah tujuan yang rapuh dan sulit dicapai.
4. Taksonomi untuk memilih tujuan instruksional
Taxonomi adalah alat yang mengklasifikasikan dan menunjukkan hubungan di antara berbagai hal. Taxonomi ini dikembangkan oleh Benyamin S Bloom (1962) dan direvisi oleh muridnya yaitu David R. Kratwohl (2001) karena pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi serta berkembangnya tuntutan komunitas pendidikan.
a. Pengetahuan ditarik secara tersendiri menjadi 4 aspek pengetahuan yakni:
1) Pengetahuan tentang fakta (factual knowledge)
Pengetahuan Faktual Elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa, yang dipelajari dengan sebuah disiplin atau dengan menyelesaikan masalah yang ada di dalamnya.
Pengetahuan tentang terminologi Perbendaharaan kata teknis, simbol-simbol musik
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik Sumber-sumber alam utama, sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya.
2) Pengetahuan tentang konsep (conceptual knowledge)
Pengetahuan Konseptual Saling keterkaitan di antara elemen-elemen dasar dalam struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersama-sama
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori Priode-priode waktu geologis, bentuk-bentuk kepemilikan usaha/bisnis
Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi Dalil pythagoras, hukum supply and demand
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur Teori evolusi, struktur kongres
3) Pengetahuan prosedur (procedural knowledge)
Pengetahuan Prosedural Bagaimana cara melakukan sesuatu, metode penyelidikan, dan kriteria untuk menggunakan berbagai keterampilan, algoritma, teknik, dan metode
Penggunaan tentang berbagai keterampilan spesifik-subjek dan algoritma Berbagai keterampilan yang digunakan dalam menggambar dengan cat air, algoritma pembagian bilangan bulat
Pengetahuan tentang berbagai teknik dan metode spesifik-subjek Teknik-teknik wawancara, metode olmiah
Penggunaan tentang kriteria untuk menentukan kapan menggunakan prosedur yang tepat Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan menerapkan prosedur yang melibatkan hukum kedua Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai fisibilitas penggunaan metode tertentu untuk mengestimasikan biaya usaha
4) Pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge)
Pengetahuan Metakognitif Pengetahuan tentang kognisi secara umum maupun kesadaran dan pengetahuan tentang kognisinya sendiri
Penggunaan strategis Pengetahuan tentang membuat ikhtisar sebagai cara menangkap struktur sebagai unit subjek dalam sebuah teksbook, pengetahuan tentang penggunaan heuristik
Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang tepat Pengetahuan tentang tipe-tipe tes yang diadministrasikan guru-guru tertentu, pengetahuan tentang tuntutan kognitif berbagai tugas
Pengetahuan tentang diri sendiri Pengetahuan bahwa mengkritik esai adalah kekuatan personal, sedangkan menulis esai adalah kelemahan personal; kesadaran tentang tingkat pengetahuannya sendiri.
B. Ranah Kognitif
1. Mengingat: mengambil informasi yang relevan dari ingatan jangka panjang
2. Memahami: mengonstruksikan makna dari berbagai pesan pembelajaran
3. Menerapkan: melaksanakan atau menggunakan suatu prosedur
4. Menganalisis: menguraikan materi menjadi bagian-bagian konstituen dan menentukan bagaimana hubungan bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
5. Mengevaluasi/menciptakan: membuat jugment berdasarkan kriteria dan menyatukan berbagai elemen untuk membentuk suatu pola atau sturktur baru.
C. Ranah Afektif
1. Receiving (menerima): siswa menyadari atau memerhatikan sesuatu di lingkungan
2. Responding (merespons): siswa memperlihatkan prilaku baru tertentu sebagai hasil pengalaman dan respons terhadap pengalaman
3. Valuing (menghargai): siswa memperlihatkan keterlibatan mutlak atau komitmen terhadap pengalaman tertentu
4. Organization (organisasi): siswa telah mengintegrasikan sebuah nilai baru ke dalam nilai-nilai umumnya dan memberinya tempat yang layak dalam sistem prioritas
5. Characterization by value (karakterisasi menurut nilai): siswa bertindak secara konsisten menurut nilainya dan memiliki komitmen yang kuat terhadap pengalaman itu.
D. Ranah Psikomotorik
1. Gerakan refleks: tindakan siswa dapat terjadi di luar kehendak sebagai respons terhadap stimulus tertentu
2. Gerakan fundamental dasar: siswa memiliki pola gerakan bawaan yang terbentuk dari kombinasi berbagai gerakan refleks
3. Kemampuan perseptual: siswa dapat mentranslasikan stimuli yang diterima melalui indera menjadi gerakan yang tepat seperti yang diinginkan
4. Gerakan yang terampil: siswa telah mengembangkan gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang membutuhkan derajat efesiensi tertentu
5. Komunikasi nondiskursif: siswa memiliki kemampuan untuk berkomunikasi melalui gerakan tubuh.
5. Lesson plans (rencana pelajaran) dan unit plans (rencana unit)
a. Rencana harian:
Rencana pelajaran harian biasanya mengiktisarkan garis besar isi yang akan diajarkan, teknik motivasional yang akan digunakan, bahan-bahan yang dibuthkan, langkah-langkah dan kegiatan khusus yang akan dilakukan, dan prosedur evaluasinya.
b. Perencanaan mingguan dan perencanaan unit
1) Perencanaan harian berkaitan dengan sepenggal isi dan keterampilan yang dipersepsi pas satu sama lain secara logis.
2) Perencanaan unit berkaitan dengan tujuan, isi, dan kegiatan yang ada dibenak guru. Rencana itu menentukan seluruh aliran serangkaian pelajaran selama beberapa hari, minggu, bahkan beberapa bulan.
c. Rencana Tahunan
Rencana tahunan juga sangat penting, tetapi karena ketidakpastian dan kompleksitas di kebanyakan sekolah, tidak dapat dilakukan dengan presisi setinggi rencana harian dan rencan unit.
6. Mengindividualisasikan pembelajaran melalui perencanaan
a. Memastikan bahwa tujuan belajar sama untuk semua siswa.
b. Variasi waktu
c. Menyesuaikan bahan
d. Menggunakan kegiatan belajar yang berbeda
e. Variasi tujuan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 6 April 2012
Pengampu : Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perencanaan Pembelajaran”
Judul : “Perencanaan Yang Dilakukan Oleh Guru (b)”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Joni Nadi
Bagaimana cara untuk memilih isi kurikulum yang ada?
Jawaban:
Menggunakan konsep ekonomi dan kekuatan. Menurut Brunner (1962) guru seharusnya berusaha ekonomis dalam mengajarnya. Penggunaan yang ekonomis berarti sangat berhati-hati tentang berapa banyak informasi dan konsep yang disajikan dalam satu pelajaran atau satu unit kerja.
2. Lely
Apa yang dimaksud dengan Taxonomi?
Jawaban:
Taxonomi adalah alat yang mengklasifikasikan dan menunjukkan hubungan di antara berbagai hal. Taxonomi ini dikembangkan oleh Benyamin S Bloom (1962) dan direvisi oleh muridnya yaitu David R. Kratwohl (2001) karena pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi serta berkembangnya tuntutan komunitas pendidikan.
Analisis Refleksi:
Pada tahap awal pembuatan rencana pembelajaran yaitu memilih isi kurikulum dan keterampilan yang akan diajarkan kurikulum di kebanyakan sekolah dasar dan menengah saat ini diorganisasikan di seputar disiplin akademik-sejarah, biologi, matematika, dan lain-lain yang digunakan oleh para ahli untuk mengorganisasikan informasi tentang dunia sosial maupun fisik.
Sebab bila kita kaji secara dalam hampir sebagian besar negara memiliki curriculum framework (kerangka kerja kurikulum) dan standar yang menetapkan apa yang seharusnya diketahui dan yang seharusnya dapat dikerjakan oleh siswa ketika mereka melalui tingkat sekolah tertentu. Contoh kurikulum KTSP yang memberikan beberapa kompetensi.
Selain itu, di dalam prinsip ekonomipun mengatakan bahwa untuk mengambil sebuah konsep yang sulit dan membuatnya menjadi sederhana dan mudah bagi siswa, bukan mengambil sebuah konsep yang mudah dan membuatnya menjadi sulit.
Oleh sebab itu, hal ini berarti membantu siswa menelaah beberapa ide kritis secara mendalam dan bukan membombardir mereka dengan fakta-fakta yang tidak berkaitan dan hanya memiliki peluang kecil untuk berdampak pada pembelajaran. Dalam kasus ini yang lebih ditekankan yaitu guru harus memilih isi berdasarkan ide-ide dasar dan struktur pengetahuan untuk bidang tertentu, dengan memerhatikan pengetahuan dan kemampuan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa.
Dalam melakukan perencanaan juga, guru harus memperhatikan silabus (kerangka pelajaran), berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. Dengan memperhatikan SK dan KD, guru memiliki batas yang jelas dalam mengorganisasi pembelajaran. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar akan mengantarkan guru pada batas dibutuhkan atau tidaknya suatu uraian konsep dalam proses pembelajaran, ia juga akan berkontribusi pada pemetaan materi ajar yang sesungguhnya. Materi mana yang perlu didahulukan dan mana yang bisa ditunda. Dengan demikian guru melakukan proses sesuai dengan patokan yang dibuat sebelumnya dengan pertimbangan terpenuhinya SK dan KD tersebut.
KESIMPULAN:
Meskipun para guru bekerja bersama-sama di sekolah yang sama, mereka sering kali kurang memiliki pengetahuan yang lengkap tentang segala yang mereka kerjakan. Jacobs (1997) dalam Arends (2008: 112) menawarkan ide tentang “curriculum maps” sebagai cara bagi guru di sekolah tertentu untuk memetakan apa yang sedang mereka kerjakan dan membantu memastikan bahwa tidak ada kesenjangan pada keterampilan-keterampilan yang penting dan tidak terlalu banyak terjadi tumpang tindih atau pengulangan.
Adapun Pendekatan yang lebih umum, pendekatan ini dikemukakan oleh Gronlund (1999, 2004), tujuan pertama-tama ditulis dalam istilah yang lebih umum, hal-hal spesifik yang sesuai nanti akan ditambahkan untuk klarifikasi. Klarifikasi ini tuangkan dalam bentuk sub-sub bagian yang akan dipelajari siswa.
BAB 3c
PERENCANAAN YANG DILAKUKAN OLEH GURU
A. Pengertian Waktu dan Ruang
1. Waktu
1. Total time: total waktu yang dihabiskan siswa di sekolah. Contoh negara bagian Amerika, waktu yang diwajibkan 180 hari sekolah per tahun
2. Attented time: banyaknya waktu yang sebenarnya digunakan siswa untuk hadir disekolah. Contoh sakit, libur nasional, dll
3. Available time: sebagian waktu sekolah digunakan untuk makan siang, istirahat, rapat, dan kegiatan ekstrakurikuler lain
4. Planned academic time: ketika guru mengisi buku rencana, mereka menyisihkan sejumlah waktu untuk berbagai subjek dan kegiatan
5. Actual academic time: banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan guru untuk berbagai tugas dan kegiatan akademik. Istilah ini juga disebut Opportunity to learn (kesempatan untuk belajar) dan diukur dari banyaknya waktu yang diperintahkan kepada siswa oleh guru untuk tugas akademik tertentu
6. Engaged time: banyaknya waktu yang sebenarnya dihabiskan siswa untuk kegiatan atau tugas belajar disebut engaged time (waktu keterlibatan) atau time on task (waktu yang dihabiskan untuk tugas). Tipe waktu ini diukur berdasarkan perilaku on task (mengerjakan tugas) dan off task (tidak mengerjakan tugas).
7. Academic learning time: banyaknya waktu yang dihabiskan siswa untuk terlibat dalam tugas akademik hingga ia dapat meraih kesuksesan.
2. Ruang
1. Penataan ruang kelas sangat penting karena bisa mempengaruhi para partisipan (siswa) di kelas saling berhubungan dan apa yang dipelajari siswa.
2. Penataan siswa, meja, dan tempat duduk dapat membantu menentukan pola komunikasi dan hubungan interpersonal di kelas
3. Penataa ruang bisa mempengaruhi berbagai keputusan sehari-hari yang harus dibuat guru tentang manajemen dan penggunaan sumber daya yang langka.
Hasil penelitian
Weimer (2002) memberi penekanan pada praktik di kelas. Pembelajaran siswa, dan bukan pengajaranlah yang seharusnya menjadi fokus di kelas. Agar pemusatan pada pelajar MENDOMINASI, ada 5 (lima praktik pembelajaran penting yang harus dirubah
1. Keseimbangan kekuasaan harus dipindahkan dari guru ke siswa
2. Isi harus berubah dari sesuatu yang harus dikuasai menjadi alat untuk mengembangkan keterampilan belajar
3. Paradigma harus berubah dari paradigma bahwa guru melakukan semua tugas perencanaan dan melakukan pedagogi yang baik menjadi paradigma bahwa guru adalah penuntun dan fasilitator
4. Tanggungjawab untuk pembelajaran harus pindah dari tangan guru ke siswa dengan maksud membantu siswa agar dapat menjadi pelajar yang otonom/mandiri
5. Evaluasi harus digunakan untuk memberikan umpan balik dan untuk menghasilkan pembelajaran dengan penekanan yang kuat pada partisipasi siswa dalam evaluasi diri.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 13 April 2012
Pengampu : Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perencanaan Pembelajaran”
Judul : “Perencanaan yang Dilakukan Oleh Guru (c)”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Helmi Kurnia
Kenapa dalam setiap pertemuan, terkadang siswa diberikan sebuah pertanyaan sebelum proses pembelajaran dimulai?
Jawaban:
Evaluasi harus digunakan untuk memberikan umpan balik dan untuk menghasilkan pembelajaran dengan penekanan yang kuat pada partisipasi siswa dalam evaluasi diri.
2. Fitri
Di sini ada yang namanya ruang, nah apa peranan dari penataan ruang itu sendiri?
Jawaban:
Penataan ruang kelas sangat penting karena bisa mempengaruhi para partisipan (siswa) di kelas saling berhubungan dan apa yang dipelajari siswa.
Analisis Refleksi:
Di dalam bab ini dijelaskan bahwa penataan ruang kelas sangat penting karena bisa mempengaruhi para partisipan (siswa) di kelas saling berhubungan dan apa yang dipelajari siswa. Sebab dengan adanya penataan siswa, meja, dan tempat duduk dapat membantu menentukan pola komunikasi dan hubungan interpersonal di kelas. Selain itu, penataan ruang bisa mempengaruhi berbagai keputusan sehari-hari yang harus dibuat guru tentang manajemen dan penggunaan sumber daya yang langka.
Menurut hasil penelitian "Weimer (2002)” memberi penekanan pada praktik di kelas. Pembelajaran siswa, dan bukan pengajaranlah yang seharusnya menjadi fokus di kelas. Agar pemusatan pada pelajar mendominasi, ada 5 (lima) praktik pembelajaran penting yang harus dirubah:
1. Keseimbangan kekuasaan harus dipindahkan dari guru ke siswa,
2. Isi harus berubah dari sesuatu yang harus dikuasai menjadi alat untuk mengembangkan keterampilan belajar,
3. Paradigma harus berubah dari paradigma bahwa guru melakukan semua tugas perencanaan dan melakukan pedagogi yang baik menjadi paradigma bahwa guru adalah penuntun dan fasilitator,
4. Tanggungjawab untuk pembelajaran harus pindah dari tangan guru ke siswa dengan maksud membantu siswa agar dapat menjadi pelajar yang otonom/mandiri,
5. Evaluasi harus digunakan untuk memberikan umpan balik dan untuk menghasilkan pembelajaran dengan penekanan yang kuat pada partisipasi siswa dalam evaluasi diri.
Selain itu, dalam melakukan perencanaan pembelajaran, guru harus memahami kurikulum. Setelah itu dapatlah guru menentukan mata pelajaran yang akan disampaikan, urutan-urutan mengajarkan mata pelajaran tersebut, batas-batas bahan pelajaran tersebut, jumlah jam yang tersedia, metode dan media yang mungkin digunakan, alat bantu pelajaran yang menunjang dan sebagainya. setelah semuanya di analisis maka dapatlah itu mulai diterapkan dalam proses pembelajaran.
KESIMPULAN:
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi.
BAB 4
MENGEMBANGKAN KOMPETENSI
DAN
INDIKATOR KOMPETENSI
A. Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran
Dalam KTSP mata pelajaran sekolah dikelompokkan ke dalam 5 kelompok mata pelajaran yaitu:
1. Agama dan akhlak mulia
2. Kewarganegaraan dan keperibadian
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Estetika, dan
5. Jasmani, olah raga dan kesehatan
Jika menilik dari KTSP, maka kompetensi kelompok mata pelajaran ini dikembangkan dengan mendasarkan pada tujuan, cakupan muatan, dan atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran.
Untuk menjadikan anak bertakwa kepada TYME serta berakhlak mulia, tidak hanya menjadi tanggung jawab mata pelajaran “Pendidikan Agama” tetapi juga tanggung jawab dari pelajaran PKn dan Keperibadian; IPTEK; Estetika; Jasmani, Olah raga dan Kesehatan
a. Dari tujuan itulah kemudian dijabarkan dalam kompetensi kelompok mata pelajaran.
b. Jika dilihat dari Permendiknas, Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran dari kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia pada tingkat SMP/MTs adalah:
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.
2. Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan.
3. Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan gologan sosial ekonomi
4. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
5. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang sesuai dengan tuntunan agama
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab
7. Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama.
c. Dari standar kompetensi kelompok mata pelajaran kemudian dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran.
d. Pengembangan ini didasarkan pada: (a) sumber daya yang tersedia di sekolah, dan (b) kualitas intake siswa.
e. Standar kompetensi mata pelajaran dari Permendiknas, terlihat masih adanya peluang untuk dilakukan peningkatan sesuai dengan dua kondisi di sekolah tersebut.
B. Membuat (SKL-MP) Lebih Tinggi Dibandingkan dengan SKL-MP yang Ada dalam Permendiknas
SKL-MP PERMENDIKNAS NO.23/2006 UPAYA PENGEMBANGAN SKL-MP
1. Bagi SMP/MTs yang berada di bawah standar atau berada sama/sejajar dengan standar, atau berusaha memenuhi dan/atau meningkatkan kualitas pencapaian standar
2. Bagi SMP/MTs yang berada di atas stnadar berusaha meningkatkannya dengan standar yang lebih tinggi.
Al-Quran Hadist CONTOH PENINGKATAN STANDAR
1. Menerapkan tata cara membaca Alquran menurut tajwid, mulai dari cara membaca Al-Syamsiyah dan Al-Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf a. Al-Quran Hadist
1) Menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Alquran
2) Memahami ayat-ayat alquran tentang akhlak terhadap ibu-bapak, sesama manusia, dan perintah bertaqwa, persatuan dan persaudaraan, syaitan sebagai musuh manusia, berlaku dermawan, semangat keilmuan, makanan yang halal dan baik, sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan, sikap konsekuen dan jujur.
3) Memahami hadist tentang akhlak terhadap orang tua, cinta kepada Allah dan Rasul
Aqidah dan Akhlak b. Aqidah-Akhlak
2. Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai pada iman qadha dan qadar serta Asmaul Husna 1) Meyakini sifat-sifat wajib dan mustahil Allah yang nafsiyah dan salbiyah
2) Meyakini dan mengamalkan sifat-sifat wajib dan mustahil Allah yang Ma’ani / Ma’nawiyah serta sifat jaiz bagi Allah
Fiqih c. Fiqih
3. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan sholat munfarid dn jamaah baik sholat wajib maupun sholat sunnat 1) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan informasi tentang cara thaharah, pelaksanaan sholat serta mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari
2) Kemampuan membiasakan untuk mencari, menyerap, menyampaikan dan menggunakan informasi tentang sujud, zhikir, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban, aqiqah serta mampu mengamalkannya.
C. Membuat (SK) Lebih Tinggi Dibandingkan dengan SK yang Ada dalam Permendiknas
SK PADA PERMENDIKNAS UPAYA PENGEMBANGAN SK
Alquran
Menerapkan hukum bacaan Al-Syamsiyah dan Al-Qomariyah Menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan
Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan min mati Memahami ayat alquran dan hadist tentang akhlak terhadap ibu-bapak dan sesama manusia serta perintah bertaqwa.
Memahami ayat alquran dan hadist tentang perintah bertaqwa dan berakhlak sesama manusia
Menerapkan ilmu tajwid.
Menerapkan hukum bacaan Qalqalah dan Ra Memahami sejarah turunnya alquran
Memahami arti hadist dan macam-macamnya
Memahami ayat alquran tentang persatuan dan persaudaraan
Memahami hadist tentang meyakini kebenaran Islam dan Istiqomah
Menerapkan ilmu tajwid dalam bacaan alquran
Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf Memahami ayat alquran tentang syaitan sebagai musuh manusia
Memahami ayat alquran tentang berlaku dermawan
Menerapkan ilmu tajwid dalam bacaan alquran
Mengamalkan hadist tentang cinta kepada Allah dan Rasul
D. Membuat (KD) Lebih Tinggi Dibandingkan dengan KD yang Ada dalam Permendiknas
KD PADA PERMENDIKNAS UPAYA PENGEMBANGAN KD
Menjelaskan hukum bacaan Al-Syamsiyah dan Al-Qomariyah
Membedakan hukum bacaan Al-symasiyah dan Al-qomariyah
Menerapkan bacaan al-syamsiyah dan al-qomariyah dalam bacaan alquran dengan benar dan tepat. Menjelaskan makhrijul huruf, alif lam syamsiyah dan qomariyah, nun sukun dan tanwin
Membedakan makhrijul huruf, alif lam syamsiyah dan qomariyah, nun sukun dan tanwin
Mendemonstrasikan alif lam syamsiyah dan qomariyah, nun sukun dan tanwin dalam bacaan alquran.
E. Taksonomi Bloom
3. Aspek kognitif; (a) pengetahuan, (b) pemahaman, (c) penerapan, (d) menganalisis, (e) memadukan, (f) evaluasi.
4. Aspek afektif; (a) penerimaan, (b) partisipasi, (c) penilaian/penentuan sikap, (d) organisasi, (e) pembentukan pola hidup.
5. Aspek psikomotor; (a) persepsi, (b) kesiapan, (c) gerakan terbimbing, (d) gerakan terbiasa, (e) gerakan kompleks, (f) penyesuaian pola gerakan, dan (g) kreativitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 20 April 2012
Pengampu : Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perencanaan Pembelajaran”
Judul : “Mengembangkan Kompetensi Dan Indikator Kompetensi”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Rahmiwati
Mata Pelajaran yang mana yang termasuk ke dalam kelompok mata pelajran itu?
Jawaban:
1. Agama dan akhlak mulia
2. Kewarganegaraan dan keperibadian
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Estetika, dan
5. Jasmani, olah raga dan kesehatan
2. Nizma Andita Rizky
Indikator itu, hasil pngembangan dari mana?
Jawaban:
Indikator bisa di buat ketika sudah ada yang namanya Standar Kompetensi, selanjutnya di buatlah Kompetensi dasarnya, yaitu hasil dari penjabaran SK td, sehingga akan melahirkan yang namanya Indikator atau tujuan daripada pembelajaran itu sendiri.
Analisis Refleksi:
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.
Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional.
Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator.
Di dalam bab ini juga, yang lebih ditekankan adalah bagaimana cara kita untuk dapat membuat SK ataukah KD yang ada, melebihi ketentuan yang ada atau yang telah dikeluarkan oleh permendiknas.
Terkadang guru-guru sekarang tidak bisa mengembangkannya, biasanya apa yang telah ada atau tersedia, hanaya berpatokan kepada satu tujuan itu saja tanpa melihat kebutuhan-kebutuhan daripada siswa-siswanya.
Dari standar kompetensi kelompok mata pelajaran kemudian dijabarkan ke dalam Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Pengembangan ini didasarkan pada: (a) sumber daya yang tersedia di sekolah, dan (b) kualitas intake siswa. Standar kompetensi mata pelajaran dari Permendiknas, terlihat masih adanya peluang untuk dilakukan peningkatan sesuai dengan dua kondisi di sekolah tersebut.
Jika menilik dari KTSP, maka kompetensi kelompok mata pelajaran ini dikembangkan dengan mendasarkan pada tujuan, cakupan muatan, dan atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran.
KESIMPULAN:
Dari penjelasan di atas, maka kita dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa di dalam pembeuatan Rencana pembelajaran itu banyak hal yang harus diperhatikan. Sebab terkadang ada tuntutan-tuntutan yang terkadang kita tidak paham.
Oleh karena itu, dalam setiap langkah-langkah yang telah ditentukan di dalam pembuatan rencana pembelajaran guru harus lebih berkreatif dalam menentukan tujuan pemeblajaran, agar lebih aktif, efektif dan menyenangkan.
BAB 5
MENGEMBANGKAN MATERI
A. Dalam pengembangan materi hal-hal yang perlu dijadikan acuan adalah
1. Tingkat perkembangan
Jean Piaget (dalam Prabowo, S.L., & Nurmaliyah, F. 2010: 52) mengemukakan 4 tahap perkembangan kognitif dari setiap individu meliputi: 1) tahap sensori motor, 2) tahap pra operasional, 3) tahap operasional konkrit, dan 4) tahap operasional formal.
Tabel karakteristik perkembangan kognitif dari Piaget
TAHAP USIA KARAKTERISTIK
Sensorimotor 0 – 2 tahun Menggunakan imitasi, ingatan, dan berpikir
Mengenali obyek yang menghilang sebagai benar-benar terjadi
Perubahan dari refleks ke prilaku menuju goal
Pra operasional 2 – 7 tahun Bahasa mulai berkembang dan mulai mampu berpikir dalam bentuk simbolik
Operasi konkrit 7 – 11 tahun Mampu menyelesaikan masalah konkrit secara logis
Memahami konservasi, klasifikasi, dan mengurutkan.
Memahami reversibilitas
Operasional formal 11 tahun ke atas Mampu menyelesaikan masalah abstrak dengan logis
Lebih ilmiah dalam berpikir
Mulai memikirkan masalah sosial dan identitas
2. Potensi peserta didik
Potensi peserta didik sangat mempengaruhi pengembangan materi. Potensi ini dalam bentuk yang lebih mudah ditunjukkan oleh hasil tes masuk yang biasa disebut dengan intake.
Sekolah dengan anak yang memiliki in take yang tinggi tentu memiliki perbedaan dengan sekolah yang memiliki intake rendah dalam kaitan dengan materi yang diajarkan.
Berkaitan dengan karakteristik peserta didik Kemp (1985) mengelompokkan komponen sebagai berikut:
1) Karakteristik umum
Karakteristik umum berkaitan dengan umur dan tingkat pengetahuan yang dikuasai. Untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai tersebut biasanya dilakukan dengan tes. Itulah sebabnya sebelum memasuki sekolah pada level tertentu seringkali harus melalui tes terlebih dahulu.
2) Kompetensi Khusus
Dalam kompetensi khusus akan diketahui potensi peserta didik yang berkaitan dengan kemampuan dalam memahami informasi abstrak. Informasi abstrak ini akan menunjukkan kemampuan seseorang dalam kecepatan dan penguasaan terhadap suatu materi.
3) Orientasi Konteks (analisis kontekstual)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pembelajar bersekolah ke sekolah tersebut. Tujuan yang berbeda tentu akan menghasilkan jenis materi yang berbeda
4) Pembelajaran Konteks (analisis instruksional)
Analisis ini lebih banyak berkaitan dengan lingkungan, misalnya pencahayaan, suhu, tempat duduk, akomodasi, peralatan dan tranfortasi.
5) Transfer Konteks (analisis transfer)
Analisis bertujuan untuk mengetahui kemungkinan dan keterkaitan antara materi pelatihan dan kesempatan implementasinya dalam pekerjaan. Analisis ini berkaitan dengan kebermaknaan bagi peserta didik.
3. Relevansi dengan karakteristik daerah
Karaktersitik daerah yang sangat luas dan memiliki berbagai ciri khas baik dari fisik maupun non fisik, maka proses pendidikan khususnya dalam pembelajaran harus mampu mengadopsi berbagai karakteristik unggul dan luhur dari masing-masing daerah.
Pengembangan materi walaupun berpatokan pada kompetensi yang mungkin sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, tetapi harus memperhatikan keragaman-keragaman dari masing-masing daerah. Umpama dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tentu akan sangat tepat jika mengambil materi-materi bahkan contoh-contoh yang berkaitan dengan karaktersitik daerah, sehingga siswa mengenal betul tentang apa yang disajikan dalam materi tersebut dan mampu memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula dengan materi-materi pada bidang studi yang lain.
4. Struktur keilmuan
Struktur keilmuan akan menyangkut bagian-bagian penting dari suatu bidang studi. Bagian mana yang menjadi dasar dan bagian mana yang akan didasari. Dengan mengetahui struktur keilmuan dari suatu bidang studi, maka pemilihan pokok bahasan yang penting bagi siswa dalam suatu jenjang akan dapat dilakukan dengan tepat.
Dengan mengetahui struktur keilmuan juga akan diketahui batas-batas ilmu, sehingga akan diketahui secara jelas pokok bahasan mana yang termasuk dalam satu bidang studi dan bahasan mana yang termasuk dalam bidang ilmu yang lain. Kondisi ini penting sekali untuk diketahui, karena batas-batas satu keilmuan yang lain seringkali sangat berimpit.
5. Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi
a. Aktualitas
Aktualitas bermakna sebagai tingkat keunggulan materi. Ilmu pengetahuan selalu mengalami perbaruan melalui proses observasi, penelitian dan penalaran logis. Proses pengembangan ilmu pengetahuan tersebut bersifat siklis, dan akan terus mengalami perkembangan.
Penemuan dalam satu bidang ilmu akan memicu penemuan-penemuan dalam bidang ilmu yang lain.
Peserta didik sedapat mungkin mendapatkan ilmu yang terbaru dari hasil temuan yang terbaru. Disinilah kemudian letak pentingnya seorang guru harus selalu mengakses informasi tentang ilmu pengetahuan yang ditekuninya.
b. Kedalaman dan Keluasan
Kedalaman dan keluasan bermakna banyaknya ilmu pengetahuan yang harus dipelajari siswa. Selain itu juga mengindikasi urutan-urutan (sequence) materi yang harus dipelajari siswa. Sesuai dengan tingkat perkembangan siswa maka guru harus mampu menentukan tingkat kedalaman dan keluasan materi yang harus dipelajari oleh siswa.
Demikian pula guru juga harus menyajikan materi tersebut dengan urutan yang benar. Kemampuan untuk menentukan tingkat kedalaman dan keluasan materi tersebut tentu sangat dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi yang diajarkan.
Proses pengembangan materi dan hubungannya dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai akan tergambar:
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 27 April 2012
Pengampu : Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perencanaan Pembelajaran”
Judul : “Mengembangkan Materi”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Joni Nadi
Apa tujuan dari kompetensi khusus?
Jawaban:
Dalam kompetensi khusus akan diketahui potensi peserta didik yang berkaitan dengan kemampuan dalam memahami informasi abstrak. Informasi abstrak ini akan menunjukkan kemampuan seseorang dalam kecepatan dan penguasaan terhadap suatu materi.
2. Rahmiwati
Apa tujuan dari dari dibuatnya analisis?
Jawaban:
Analisis bertujuan untuk mengetahui kemungkinan dan keterkaitan antara materi pelatihan dan kesempatan implementasinya dalam pekerjaan. Analisis ini berkaitan dengan kebermaknaan bagi peserta didik.
Analisis Refleksi:
Pada bab ini, kita membahas tentang bagaimana cara kita mengembangkan sebuah materi pembelajaran yang telah kita buat. Tetapi di sisi lain ada hal-hal yang harus diperhatikan, oleh karena pengembangan materi walaupun berpatokan pada kompetensi yang mungkin sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, tetapi harus memperhatikan keragaman-keragaman dari masing-masing daerah. Umpama dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tentu akan sangat tepat jika mengambil materi-materi bahkan contoh-contoh yang berkaitan dengan karaktersitik daerah, sehingga siswa mengenal betul tentang apa yang disajikan dalam materi tersebut dan mampu memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula dengan materi-materi pada bidang studi yang lain.
Selain itu, dalam mengembangkan materi ada hal yang harus diperhatikan oleh seorang pengajar yaitu mengenai karakter tiap-tiap daerah. Karaktersitik daerah yang sangat luas dan memiliki berbagai ciri khas baik dari fisik maupun non fisik, maka proses pendidikan khususnya dalam pembelajaran harus mampu mengadopsi berbagai karakteristik unggul dan luhur dari masing-masing daerah.
Perencanaan yang dilakukan guru sebelum memasuki proses pembelajaran yang sesungguhnya, dapat dilakukan dengan melihat kriteria materi yang akan disajikan, tujuan yang ingin dicapai, dan hasil belajar secara keseluruhan. Materi ajar atau materi pelajaran, apabila diperhatikan ternyata memiliki sifat dan kriteria yang berbeda satu sama lain, sehingga memerlukan perhatian dan perlakuan yang berbeda pula dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, pola materi ini seyogyanya menjadi suatu bahan pertimbangan guru sebelum proses pembelajaran dilakukan. Pertimbangan yang dilakukan guru ini nantinya akan membantu menentukan pola apa, metode apa, media yang mana yang akan digunakan dalam pembelajaran. Disinilah sebenarnya perencanaan itu dilakukan.
KESIMPULAN:
Potensi peserta didik sangat mempengaruhi pengembangan materi. Potensi ini dalam bentuk yang lebih mudah ditunjukkan oleh hasil tes masuk yang biasa disebut dengan intake.
Sekolah dengan anak yang memiliki in take yang tinggi tentu memiliki perbedaan dengan sekolah yang memiliki intake rendah dalam kaitan dengan materi yang diajarkan.
Karakteristik umum berkaitan dengan umur dan tingkat pengetahuan yang dikuasai. Untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai tersebut biasanya dilakukan dengan tes. Itulah sebabnya sebelum memasuki sekolah pada level tertentu seringkali harus melalui tes terlebih dahulu.
Pengembangan materi walaupun berpatokan pada kompetensi yang mungkin sama antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, tetapi harus memperhatikan keragaman-keragaman dari masing-masing daerah. Umpama dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tentu akan sangat tepat jika mengambil materi-materi bahkan contoh-contoh yang berkaitan dengan karaktersitik daerah, sehingga siswa mengenal betul tentang apa yang disajikan dalam materi tersebut dan mampu memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB 6
Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Gagne Dan Briggs
A. Model perencanaan pembelajaran menurut gagne dan briggs
Desain pembelajaran dengan sembilan langkah pengajaran Gagne
Desain pengajaran sebagai suatu proses merupakan sistematika pengembangan spesifikasi pengajaran yang menggunakan teori belajar mengajar guna menjamin mutu pengajaran. Desain pengajaran mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip desain pembelajaran yang telah menjadi standar model desain pembelajaran adalah sembilan langkah pengajaran yang pertama kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965. Adapun sembilan langkah yang dimaksud adalah:
1. Mendapatkan perhatian (Gain attention):
Langkah ini menyediakan stimulus untuk menarik perhatian dan melibatkan pebelajar serta memotivasi. Langkah ini dimulai dengan mengemukakan masalah, menyajikan situasi baru, menggunakan multimedia, mengajukan pertanyaan.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (inform about the goal and objektif):
Langkah ini menjelaskan apa yang akan dapat dilakukan dan bagaimana pelajar dapat menggunakan pengetahuan mereka yang akan dipelajari sebagai hasil pembelajraran.
3. Stimulus untuk menghasilkan pengetahuan sebelumnya(simulate recal of prior knowledge):
Langkah ini mengingatkan kembali pebelajar atas pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui apa yang belum mereka ketahui baik berupa fakta, aturan, prosedur atau ketrampilan.Langkah ini juga akan mengambarkan bagaimana pengetahuan saling berkaitan. Sebaiknya langkah ini dilakukan dengan kerangka yang membantu pembelajaran dan ingatan.
4. Menyajikan materi yang dipelajari (present the material to be learned):
Langkah ini menyediakan dan menampilkan isi pembelajaran yang baru dalam bentuk teks, grafis, bagan, dan gambar.
5. Menyediakan bantuan pembelajaran(provide learning guidance):
Langkah ini mengorganisasikan pembelajaran dengan meletakkannya ke dalam konteks, perlu diketahui bahwa presentase isi berbeda dari petunjuk atau instruksi tentang bagaimana belajar.
6. Memancing kegiatan pebelajar (elicit performance):
Pada langkah ini pembelajar perlu mendemonstrasikan pengetahuan, ketrampilan atau perilaku yang baru diketahui.
7. Berikan tanggapan balik (provide feedback):
Pada langkah ini pembelajar perlu diberitahu tentang performance belajarnya dan menunjukkan hal-hal yang dilakukan dengan benar, tingkah laku pebelajar dianalisis, atau menunjukkan solusi atas kesulitan atau masalah.
8. Mengukur performan (assess performance):
Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan performans pebelajar secaraumum.
9. Meningkatkan retensi atau transfer(enhance retention and transfer):
Tahap terakhir ini memberikan kesempatan kepada pebelajar mengkonsolidasi pembelajarnya. Tahap ini juga di perlukan mengimformasikan situasi-situasi masalah yang serupa, menyediakan latihan-latihan tambahan, dan mengupayakan agar mereka dapat mengungkapkan kembali atau mengemukakan hasil pembelajaran.
B. Desain intruksional model Briggs
Pengembangan desain intruksional model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang bekerja sebagai perancang atau desainer kegiatan intruksional maupun tim pengembang intruksional yang anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang intruksional.
Model pengembangan intruksional Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara: a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya. Langkah pengembangan dimaksud dirumuskan kedalam 10 langkah pengembangannya yaitu :
1. Identifikasi kebutuhan/penentuan tujuan
2. Penyusunan garis besar kurikulum/rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut pengujiannya harus dirinci, disusun dan diorganisasi menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
3. Perumusan tujuan
4. Analisis tugas/tujuan
5. Penyiapan evaluasi hasil belajar
6. Menentukan jenjang belajar
7. Penentuan kegiatan belajar.
8. Pemantauan bersama
9. Evaluasi formatif
10. Evaluasi sumatif
Model yang di kembangkan oleh Briggs ini berorientasi pada rancangan system dan rancangan system dengan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional yang susunan anggotanya meliputi antara lain dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang instruksional.
Sesuai dengan kerangka tiang pancang tersebut, urutan langkah kgiatan dalm model Briggs adalah sebagai berikut :
Mau kemana ?
1. Identifikasi masalah/tujuan
2. Rumusan tujuan dalam perilaku belajar
3. Penyusunan materi/silabus
4. Analisis tujuan
Dengan apa?
5. Analisis tujuan
6. Jenjang belajar dan strategi instruksional
7. Rancangan instruksional (dosen)
8. Strategi instruksional (tim pengembang instruksional)
Bilamana sampai?
9. Penyusunan tes (evaluasi belajar)
10. Evaluasi formatif
11. Evaluasi sumatif
Jadi, pertanyaan “mau kemana” terjawab bila tujuan belajar sudah terinci.selanjutnya pertanyaan “dengan apa” terjawab bila materi, media, dan kegiatan yang akan di ambil telah di temukan. Kemudian, pertanyaan “bila mana sampai” terjawab juga bila dipergunakan alat pengukur yang sesuai, yaitu yang memang secara khusus di rancang untuk keperluan tersebut.
Bagan Model Perencanaan Briggs
C. Model Pengembangan Pembelajaran Briggs
Model yang dikembangkan oleh Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan pembelajaran yang susunan anggotanya meliputi: guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang pembelajaran.
D. Kelebihan dan Kelebihan model pembelajaran Briggs :
1. Kelebihan:
a. Bersifat supra sistem,
b. Meliputi kondisi organisasi, karakteristik pengguna, serta tempat desain pembelajaran itu diterapkan,
c. Komponen relatif banyak, lebih lengkap,
d. Anggota tim kerja banyak, lebih lengkap ditinjau dari ketenagaan dan disiplin ilmu,
e. Menghasilkan suatu kurikulum.
2. Kelemahan
a. Kegiatan penunan disain pembelajaran model ini memakan waktu yang lama, tim kerja yang besar, serta anggaran yang banyak,
b. Tim kerja banyak, tidak ada penjelasan siapa dan bidang apa saja yang telibat di dalamnya,
c. Tidak semua lembaga atau organisasi pendidikan mampu menyelenggarakan penerapan model ini untuk merancang kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Bettymarlina. 2011. Model Pembelajaran. Tersedia pada. http:/.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2012.
Ftaman. 2010. Pengembangan-Desain-Pembelajaran. Tersedia pada. http:// wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2012.
Akharil. 2009. Model-Model Perencanaan Pengajaran. Tersedia pada. http://blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 22 Juni 2012
Penyaji : Kelompok 1 ( tidak presentasi )
: Haryati, Fitria, Anti Wulandari, Devi Safitri, dan Furbatha Efendi.
Judul : “Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Gagne and Briggs”
Rekaman Informasi
Analisis Refleksi:
Sama halnya dengan model perencanaan- perencanaan yang lainnya. Model yang dikembangkan oleh Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan pembelajaran yang susunan anggotanya meliputi: guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang pembelajaran.
Desain pengajaran sebagai suatu proses merupakan sistematika pengembangan spesifikasi pengajaran yang menggunakan teori belajar mengajar guna menjamin mutu pengajaran. Desain pengajaran mencakup keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran dan pengembangan sistem penyajian dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip desain pembelajaran yang telah menjadi standar model desain pembelajaran adalah sembilan langkah pengajaran yang pertama kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965.
KESIMPULAN:
Beberapa langkah pengajaran yang pertama kali dikemukakan oleh Gagne tahun 1965. adapun langkah dimaksud adalah:
1. Mendapatkan perhatian (gain attention):
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (Inform about the goal and objective):
3. Stimulasi untuk menghadirkan pengetahuan sebelumnya (Simulate recal of prior knowledge).
4. Menyajikan materi yang dipelajari (Present the material to be learned).
Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.`
Tujuan pembelajaran dengan modul adalah;
a. Memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk belajar menurut kecepatan masing – masing.
b. Setiap pebelajar atau warga belajar memiliki kecepatan belajar tersendiri. Kecepatan belajar ini tegantung kepada self regulasi (Reigeluth, 1983) dimana pebelajar yang high dapat bergerak lebih cepat dari pebelajar lainnya.
c. Memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk belajar menurut cara masing – masing.
BAB 7
Model Perencanaan Pembelajaran Menurut
Bela H. Banathy
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
B. Pengertian Model Pembelajaran Bela H. Banathy
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran.
C. Langkah-langkah Pengembangan Model Pembelajaran Bela H. Banathy
Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pengembangan system pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan. Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam system.
Komponen-komponen tersebut menjadi dan merupakan acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajara (analyzing learning task)
4. Mendesain system pembelajaran (design system)
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve)
Komponen-komponen/ langkah-langkah pengemabangan tersebut diuraikan lebih lanjut di bawah ini :
Langkah-langkah Pengembangan Desain
Pengembangan desain pembelajaran dilakukan melalui 6 langkah pengembangan sebagai berikut :
Langkah 1 : Merumuskan tujuan
Pada langkah ini pengembang merumuskan tujuan pembelajaran, yang merupakan pernyataan tentang hal-hal yang diharapkan untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan, dan sebagainya oleh peserta didik atau siswa sebagai hasil pengalaman belajarnya.
Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan diarahkan pada salah satu kawasan pada taksonomi. Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl ( 1964 ) meilih taksonomi menjadi 3 kawasan yakni:
1. Kawasan Kognitif
Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tuuan pembelajaran berkenaan pada proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi
2. Kawasan afektif ( sikap dan perilaku)
Kawasan afekti adalah satu domainyang berkaitan dengan sikap, nilai, inters, apresiasi atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial
3. Kawasan psikomotor
Doamin psikomotor mencangkup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan atau skill yang bersikap manual atau motorik
Untuk menuliskan tujuan pembelajaran tata bahasa merupakan unsur yang penting untuk diperhatikan, menurut mager tujuan pembelajaran sebaikknya mencangkup tiga ellemen utama yakni :
1. Menetapkan apa yang seharusnya dapat dikerjakan siswa selama belajar dan kemampuan apa yang seharusnya dikuasai pada akhir pelajaran.
2. Perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat mendemonstrasikan perilaku tersebut.
3. Perlu ada petunjuk yang jelas tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Berdasarkan pada uraian dan elemen tersebut, tujuan pembelajaran sebauknya dinyatakan dalam bentuk ABCD fomat artinya:
1. A = Audience ( petatatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainya).
2. B = behavior ( perilaku yang dapat diamati sebagai hasil belajar)
3. C = Condition ( persyaaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai
4. D = Degree ( tingkat penampilan yang dapat diterima )
Selanjutnya dalam menuangkan behavior yang akan diukur, perlu dihindarai kata-kata kerja yang tidak opoerasilonal .
Langkah 2 : Mengembangkan tes
Pada langkah ini dikembangkan suatu tes sebagai alat evaluasi, yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar, atau ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik/siswa. Penyusunan tes berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada langkah sebelumnya. Ujian dapat berfungsi sebagai alat evaluasi efektivitas siswa dalam belajar , sebagai instrumen pengukuran dan penilaian kemampuan siswa dalam dalam mencapai sasaran belajar yang ditetapkan suatu ujian dikatakan bermutu apabila ada ujian tersebut ;
1. Menguji apa yang hendak diuji . dengan perkataan lain rancangan harus relevan dengan fungsi evaluasi mana yang diinginkan.
2. Terdiri atas serangkain soal ujian yang baik. Soal yang baik adalah soal yang valid, relevan, spesifik, representatif, dan seimbang.
Dalam membuat soal ujian dan mengevaluasi hasil belajar , perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut antara lain:
1. Memberikan ukuran yang dipakai: seperti bagaimana mengukur, menilai dan mengevaluasi sebagai kata-kata kunci yang sering diinginkan dalam diskusi materi evaluasi hasil belajar.
2. Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang hal-hal apa saja yang dapat dinilai melalui pelaksanaan suatu ujian, apakah sekedar memberi nilai untuk menentukan lulus tidaknya siswa dari ujian tersebut ataukah ada tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai melalui ujian tersebut.
3. Melaksanakan standar penilaian ujian. Ini berarti untuk melakukan penilaian yang baik, dibutuhkan mutu ujian yang baik pula. Dalam praktik pengajaran ujian dilaksanakan dengan memberikan serangkaian soal. Ujian akan sangat tergantung pada mutu ujian. Semakin bermutu soal yang diberikan, semakin terandalkan pula penilaian yang diperoleh.
4. Merancang soal-soal ujian dalam struktur soal sedemikian rupa sehinnga jumlah maupun drajat kesukaran soal tetap relevan dengan pencapaian sasaran belajar ( sasbel ) yang telah ditetapkan dalam rancangan kegiatan belajar mengajar ( RKBM ).
5. Mengingat drajat kesukaran soal dapat berbeda satu dengan lainnya, tiap-tiap soal perlu mendapat bobot soal menurut relevansinya dengan sasaran belajar.
6. Sesudah proses membuat menstrukturkan, dan meenetukan bobot soal soal-soal tersebut dapatlah disajikan melalui ujian. Setelah itu dapat dilakukan pengukuran dan penilaian hasil ujian.
7. Langkah terakhir sudah barang tentu adalah pengambilan keputusan atas hasil evaluasi ujian.
Langkah 3 : Menganalisis tugas belajar
Pada langkah ini dirumuskan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik/siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, yakni perubahan tingkah laku yang diharapkan. Pada langkah ini, perilaku awal peserta didik/siswa perlu dinilai dan dianalisis. Berdasarkan gambar tentang perilaku awal tersebut dapat dirancang materi pelajaran dan tugas-tugas belajar yang sesuai, sehingga mereka tidak perlu mempelajari hal-hal yang telah diketahui atau telah dikuasai sebelumnya.
Pelaksanaan proses belajar mengajar, merupakan kejadian atau peristiwa interaksi antara pendidik dan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten. Inti dari proses belajar mengajar adalah efektivitasnya.
Tingkat efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Perilaku pendidik yang efektif, antara lain mengajarnya jelas, menggunakan variasi metode pembelajaran, menggunakan variasi media/alat peraga pendidikan, antusiasme, memberdayakan peserta didik, menggunakan konteks sebagai sarana pembelajaran (contextual-teaching and learning), menggunakan jenis pertanyaan yang membangkitkan, dan lain sebagainya. Sedang perilaku peserta didik, antara lain motivasi atau semangat belajar, keseriusan,perhatian, karajinan, kedisiplinan, keingintahuan, pencatatan, pertanyaan, senang melakukan latihan soal, dan sikap belajar yang positif.
Langkah 4 : Mendesain Sistem Pembelajaran
Pada langkah ini dikembangkan berbagai alternative dan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan pembelajaran, baik yang harus dilakukan oleh siswa/peserta didik maupun kegiatan-kegiatan guru/tenaga pengajar. Langkah ini dikembangkan sedemikian rupa yang menjamin agar peserta didik melaksanakan dan menguasai tugas-tugas yang telah dianalisis pada langkah 3. Desain system juga meliputi penentuan siswa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan oleh karena perlu disediakan alternative kegiatan tertentu yang cocok. Selain dari itu, dalam desain system supaya ditentukan waktu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Ketiga hal tersebut merupakan rangkaian utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam mendesain pembelajaran. Persiapan belajar mengajar merupakan penyiapan satuan acara pelajaran (SAP) yang meliputi antara lain standar kompetensi dan kompetensi dasar, alat evaluasi, bahan ajar, metode pembelajaran, media/alat peraga pendidikan, fasilitas, waktu, tempat, dana, harapan-harapan, dan perangkat informasi yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar. Kesiapan siswa, baik fisik maupun mental, juga merupakan hal penting untuk mendesain sistem pembelajaran.
Langkah 5 : Melaksanakan Kegiatan dan mengetes hasil
System yang sudah di desain selanjutnya dilaksanakan dalam bentuk uji coba di lapangan (sekolah) dan di tes hasilnya. Hal-hal yang telah dilaksanakan dan dicapai oleh peserta didik merupakan output dari implementasi system, yang harus dinilai supaya dapat diketahui hingga mereka dapat mempertunjukan atau menguasai tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Untuk mengembangkan tes pengukur keberhasilan atau tes yang didisusun untuk penilaian acuan patokan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan;
1. Item tes diturunkan dari indikator hasil belajar. Artinya, setiap item dirumuskan untuk meliht keberhasilan siswa mencapai indikator hasil belajar. Dengan demikian item tes tidak dikembangkan dari materi pelajaran yang harus dikuasai. Hal ini sangat penting untuk dipahami, sebab banyak guru ketika menyusun tes yang menjadi acuan adalah bahan pelajaran yang diambil dari buku tertentu saja.
2. Item tes harus berorientasi pada hasil belajar. Artinya, item-item tes harus mampu mengukur apakah siswa telah berhasil menyelesaikan tugas tertentu. Hasil belajar hendaknya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dapat diukur, sehingga melalui tingkah laku yang terukur itulah siswa dapat menunjukkan sebagai pertanda ia telah mencapai keberhasilan pembelajarannya.
3. Item tes perlu menjelaskan dalam kondisi yang bagaimana hasil belajar itu dapat ditunjukkan. Misalnya, bolehkah siswa mengerjakan tes matematika dengan menggunakan kalkulator?
4. Setiap indikator hasil belajar sebaiknya disusun lebih dri satu item tes. Hal ini dimaksudkan untuk menyakinkan guru bahwa siswa benar-benar telah menguasai indikator hasil belajar atau belum. Jangan-jangan kemampuan siswa mengerjakan item tes itu karena kebetulan.
5. Sebaiknya tes disusun dalam berbagai tipe item, misAlnya tes benar-salah, pilihan ganda,memasangkan dan lain sebagainya. Tipe-tipe tes yang digunakan disesuaikan dengan bentuk tingkah laku yang harus dikuasai sesuai dengan indikator hasil belajar.
Langkah 6 : Melakukan Perubahan untuk Perbaikan
Pada langkah ini ditentukan, bahwa hasil –hasil yang diperoleh dari evaluasi digunakan sebagai umpan balik bagi system keseluruhan dan bagi kompinen-komponen system, yang pada gilirannya menjadi dasar untuk mengadakan perubahan untuk perbaikan system pemealajaran.
Evaluasi program pembelajaran merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi tentang hasil pembelajaran. Dengan demikian fokus evaluasi pembelajaran adalah pada hasil, baik hasil yang berupa proses maupun produk. Informasi hasil pembelajaran ini kemudian dibandingkan dengan hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika hasil nyata pembelajaran sesuai dengan hasil yang ditetapkan, maka pembelajaran dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, jika hasil nyata pembelajaran tidak sesuai dengan hasil pembelajaran yang ditetapkan, maka pembelajaran dikatakan kurang efektif. Pendidik menggunakan berbagai alat evaluasi sesuai karakteristik kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan system pembelajaran model ini memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengembanagan suatu system menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah, administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan dalam system sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. R.L. 2008. Learning to Teach: Belajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Degeng. I.N.S. 1989b. Teori Pembelajaran 2: Taksonomi Variabel Pengajaran Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Terbuka. Malang.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 29 Juni 2012
Penyaji : Kelompok 2
: Lely Supiani, Mardiatin, Susmita, Sista Andra Novita, dan Rahmaniar.
Judul : “Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Bela H. Banathy”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Devi
Menurut anda, bagaimana cara mengukur kemampuan seorang siswa dengan metode yang ada di dalam model Bellah Banathy?
Jawaban:
Menurut kami, cara yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan semacam pre test kepada semua siswa secara umum tentang materi yang telah dibahas sebelumnya. Dengan cara seperti itu, maka kita akan mampu mengetahui sebatas mana ia memahami apa yang telah disampaikan oleh gurunya.
2. Diana
Apa yang dimaksud dengan Garis Umpan Balik?
Jawaban:
Garis Umpan Balik merupakan proses perlakuan atas tujuan yang dimana dijadikan sebagai proses umpan balik. Tidak lain bahwa, di dalam proses ini adanya tekhnik pengulangan tes, serta betujuan mengukur tujuan yang telah dibuat apakah sudah sesuai atau tidak dengan tujuan yang telah dilakukan.
Analisis Refleksi:
Pada pembahasan kali ini, kita membahas Model Pembelajaran yang kedua yaitu Model Banathy. Pertama kali model ini dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Model pengembangan system pembelajaran ini berorientasi pada tujuan pembelajaran.
Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan system (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Model ini tampaknya hanya diperuntukan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan dalam sistem.
Pelaksanaan proses belajar mengajar, merupakan kejadian atau peristiwa interaksi antara pendidik dan peserta didik yang diharapkan menghasilkan perubahan pada peserta didik, dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten. Inti dari proses belajar mengajar adalah efektivitasnya.
Tingkat efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Perilaku pendidik yang efektif, antara lain mengajarnya jelas, menggunakan variasi metode pembelajaran, menggunakan variasi media/alat peraga pendidikan, antusiasme, memberdayakan peserta didik, menggunakan konteks sebagai sarana pembelajaran (contextual-teaching and learning), menggunakan jenis pertanyaan yang membangkitkan, dan lain sebagainya. Sedang perilaku peserta didik, antara lain motivasi atau semangat belajar, keseriusan, perhatian, karajinan, kedisiplinan, keingintahuan, pencatatan, pertanyaan, senang melakukan latihan soal, dan sikap belajar yang positif.
KESIMPULAN:
Dari hasil uraian di atas tentang pembahasan model pembelajaran Bela H. Banathy, maka saya dapat diambil beberapa kesimpulan yakni bahwa model Banathy yang dikembangkan oleh Bela H. Banathy pada tahun 1968 adalah model pembelajaran yang dikembangkan dengan berorientasi pada hasil pembelajran dengan menggunakan pendekatan sistem. Adapun langkah yang digunakan dengan menggunakan metode ini adalah:
1. Merumuskan tujuan (formulate objectives)
2. Mengembangkan tes (develop test)
3. Menganalisis tugas belajara (analyzing learning task)
4. Mendesain system pembelajaran (design system)
5. Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
6. Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve)
BAB 8
Model Perencanaan Pembelajaran Menurut PPSI
A. Pengertian PPSI
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan progam pengajaran secara sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Model pengembangan PPSI biasa digunakan sebagai pola pengembangan pengajaran dalam rangka kurikulum untuk SD, SMP, SMA, dan kurikulum untuk sekolah–sekolah kejuruan. PPSI sebagaimana pola pengembangan pengajaran lainnya yang menggunakan pendekatan sistem, yakni mengutamakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Istilah ”Sistem Instruksional” dalam PPSI menunjukkan pada pengertian sebagaisuatu kesatuan pengajaran yang terorganisasi yang terdiri atas sejumlah komponen, antaralain: materi, metode, alat, serta evaluasi, dimana semuanya berinteraksi antara satu denganyang lainnya untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
PPSI merupakan langkah–langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif (Basyiruddin, 2002:83-84).
B. Dasar Sistem Instruksional
Sistem instruksional yang bersifat mendasar dan sederhana terdiri atas komponen-komponen tujuan instruksional, perilaku awal siswa, prosedur instruksional, dan penilaian. Sistem tersebut disajikan dalam bentuk:
Bagan 1.
C. Pola Sistem Instruksional
Barry Morris mengemukakan empat pola sistem instruksional sebagai berikut:
1. Pola instruksional tradisional, yaitu bentuk tatap muka antara guru dan siswa. Guru berperan sebagai sumber tunggal dalam proses belajar mengajar. Pola tersebut disajikandalam bagan sebagai berikut.
Bagan2.
Pola Instruksional Tradisional Guru Saja
2. Pola instruksional tradisional (plus), yaitu bentuk tatap muka antara guru dan siswayang mana guru masih merupakan komponen utama dalam proses belajar mengajar, namun dibantu oleh alat bantu audiovisual. Pola ini disajikan dalam bagan sebagai berikut.
Bagan 3.
Pola Instruksional Tradisional Guru+AVA
3. Pola instruksional bermedia, yaitu guru terlibat langsung dalam merancang, menilai,dan menyeleksi serta berperan dalam memanfaatkan media. Pelaksanaan proses belajar mengajar melalui tatap muka antara guru dan siswa serta melalui media pembelajaran, yaituantara media dengan siswa. Pola ini digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
Bagan 4.
4. Pola instruksional bermedia, yaitu suatu sistem instruksional yang mengombinasikan bahan, alat, dan teknik dan yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Guru tidak melakukan tatap muka langsung dengan siswa, tetapi siswa sendiri belajar melalui mediayang dirancang dan telh disediakan oleh guru. Pola ini digunakan dengan bagan sebagai berikut:
Bagan 5.
Pola Instruksi Bermedia
Pola instruksional kombinasi. Keempat pola instruksional tersebut dapat dikombinasikan dan digambarkan dengan bagan sebagai berikut:
Bagan 6.
Balikan Pola Instruksional Kombinasi
D. Langkah – Langkah Model PPSI
Ada lima langkah pokok untuk menyusun desain pengajaran menurut konsep PPSIyang mesti diperhatikan guru sebelum mengajar, yakni sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa.
Ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
Dalam buku pengelolaan pengajaran yang ditulis oleh Ahmad Rohani, merumuskan tujuan ada 2 macam, yakni merumuskan tujuan khusus pengajaran (TKP) atau TIK dengan beranjak dari tujuan umum pengajaran (TUP) atau TIU yang sudah ada dalam GBPP. TUP/TIU ini biasanya pada setiap topik/ pokok bahasan hanya satu.
2. Setelah guru merumuskan TKP/ TIK menurut kriteria yang benar, guru diharuskan segera mengontrol rumusan TKP/ TIK nya apakah sudah benar kriteria perumusannya ( bersifat operasional, spesifik, tidak bisa disalah tafsirkan, hanya berbentuk satu kemampuan setiap TIK, dapat diukur), yaitu dengan jalan mengembangkan alatevaluasi, baik mengenai prosedur, jenis, dan bentuk evaluasinya. Dalam pelaksanaannya, evaluasi merupakan langkah terakhir dari kegiatan pengajaran. Akan tetapi, perumusannya harus dilakukan sesuai rumusan TKP yang dibuat. Hal ini dimaksudkan agar segera mengetahui baik tidaknya, atau sesat tidaknya rumusan TKP.
3. Menetapkan kegiatan pengajaran (belajar mengajar) apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai rumusan TKP yang sudah disusun, kemampuan apa yang harus dihasilkan dalam kegiatan belajar, apa yang mesti diperankan guru dalam pengajaran. Dalam langkah ini hendaknya juga diperhatikan tentang kegiatan yang tidak diperlukan lagi karena sudah dikuasai peserta didik, yaitu dengan mengadakan Input Competence Test ( suatu test tentang kemampuan yang dimiliki peserta didik sehubungan dengan kegiatan pengajaran yang perlu ditempuh).
4. Merancang program kegiatan yang meliputi, sebagai berikut:
a. Materi yang akan diajarkan.
b. Metode.
c. Alat,
d. Sumber, dan
e. jadwal/ waktu pelaksanaan pengajaran beberapa jam pertemuan.
5. Pelaksanaan program itu sendiri melalui empat sub langkah pelaksanaan pre test (instrumennya sebagai yang dirumuskan langkah kedua, pre test oleh para guru jarang dilaksanakan kecuali mereka calon guru/ praktikan.
Hal ini dikarenakan para guru sudah terbiasa menghadapi peserta didiknya). Kemudian pelaksanaan pengajaran atau penyajian materi pelajaran. Yang ketiga adalah mengadakan evaluasi atau post test, (baik pre test maupun post test supaya lebih efisien, cukup dilaksanakan pada setiap akhir topik/ pokok bahasan). Antara instrumen pre test dan post test hendaknya sama tetapi keduanya memiliki fungsi yang berbeda.
Pre test berfungsi menjajaki kemampuan yang akan diajarkan, sedangkan post test berfungsi mengukur/mengetahui taraf penguasaan materi yang telah dipelajari. Hasil dari keduanya hendaknya diperbandingkan, apakah terdapat kemajuan dan keberhasilan bagi peserta didik setelah mengikuti proses kegiatan pengajaran. Model mana atau gabungan model mana yang akan dipilih, biasanya ditentukandinas/departemen atau lembaga atau perguruan tinggi yang bersangkutan. Maksudnya adalahsupaya ada kesamaan pola dan pemahaman sehingga memudahkan dalam pengawasan dan pembinaanya. Adapun bentuk pengembanganya ada bermacam-macam.
Kalau kita memilih pengajaran individual, maka biasanya bentuk pengembangan yang dipilih adalah Paket Belajar dan atau Modul. Sedangkan dalam pengajaran klasikal, bentuk pengajaran yang dipilih biasanya adalah SAP (Satuan Acara Perkuliahan). Kalau bentuk pengembangan yang dipilih adalah Paket Belajar atau Modul, maka model rancangan yang dipilih biasnya adalah model IDI. Sedangkan SAP biasanya menggunakan model PPSI.
Adapun pola sistem instruksional menurut Arif S. Sadiman yang terdiri dari empat pola instruksional, tetapi diringkas oleh Arif dalam satu pola. Hal ini memungkinkan untuk digunakan dan dipilih sesuai kebutuhan dan kecenderungan masing – masing sekolah.
Bagan Model PPSI
Bagan 7.
Dari pola ringkasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola kurikulum – guru kelas – siswa atau peserta didik. Pola ini bersifat konvensional, dimana yang bertindak sebagai sumber penyampai isi kurikulum kepada peserta didik adalah guru (guru kelas). Interaksi antara guru dan peserta didik bersifat tatap muka.Pola ini disebut juga pola presentasi.
2. Pola kurikulum – guru kelas – alat peraga – peserta didik. Di sini masih memandangguru (guru kelas) sebagai komponen pengajaran yang utama atau peran utama. Meskipun terdapat sumber belajar tambahan atau penunjang. Alat peraga berfungsi untuk membantu penyajian isi kurikulum kepada peserta didik.
3. Pola kurikulum – guru kelas (yang menggunakan alat peraga atau media pengajaran) bekerja sama dengan guru-guru media – peserta didik atau siswa. Peserta didik dapat belajar dari guru sekaligus dengan alat peraga media pengajaran. Media di sini bekerjasama menyampaikan isi kurikulum kepada peserta didik. Antara komponen guru dan komponen media terdapat distribusi tanggung jawab.
4. Pola kurikulum – guru media – siswa atau peserta didik. Dalam pola ini interaksi bersifat jarak jauh, bukan tatap muka. Isi kurikulum dipercayakan pada berbagai media pengajaran. Sebagai catatan perlu diperhatikan, bahwa yang dimaksud media pengajaran atau alat peraga dalam pola tersebut harus diartikan secara luas yang berfungsi sebagai sumber sekaligus bahan pengajaran. Empat pola ringkas dari Arif S. Sadiman tersebut, yang sering dipraktikan oleh paraguru pada umumnya di sekolah – sekolah adalah pola pertama dan pola kedua. Sedangkan pola yang ketiga mestinya yang terbaik, tetapi masih jarang dilakukan guru. Adapun polayang keempat adalah dipergunakan dan dirancang untuk sistem pengajaran jarak jauh atau sistem terbuka.
E. Kelebihan dan Kelemahan Model PPSI
Setiap pola pengembangan pengajaran memiliki kelebihan dan kelemahan
masing – masing. Pada model pengembangan PPSI sendiri memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Model ini lebih tepat digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran.
2. Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistemati.
3. Model PPSI ini lebih sering diterapkan di berbagai sekolah.
Sedangkan untuk kelemahan dari model PPSI ini adalah bagi pendidik memerlukan waktu, tenaga, dan pikiran yang lebih karena guru harus memberikan pre-test dan post-test untuk setiap unit pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Akasara.
Suryo, subroto. 1990. Tata laksana Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.
Bettymarlina. 2011. Model Pembelajaran. Tersedia pada. http:/.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2012.
Ftaman. 2010. Pengembangan-Desain-Pembelajaran. Tersedia pada. http:// wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2012.
Akharil. 2009. Model-Model Perencanaan Pengajaran. Tersedia pada. http://blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 22 Juni 2012
Penyaji : Kelompok 3
: Diana, Ida kurniawati, Lili Sri Astuti, Damayanti dan Zainuddin.
Judul : “ Model Perencanaan Pembelajaran Menurut PPSI”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Joni Nadi
Apa yang dimaksud dengan Pre tes?
Jawaban:
Pre tes adalah proses tanya jawab atau pemberian pertanyaan kepada peserta didik sebelum guru memulai mata pelajaran. Cara ini bertujuan untuk menggali pengetahuan yang dimliki oleh peserta didik, baik pengetahuan yang berkaitan dengan pelajaran hari ini, ataukah mengulang pelajran-pelajaran yang telah lalu.
2. Rahmiwati
Bagaimanakah cara mengatasi kelemahan yang ada pada model PPSI ini?
Jawaban:
Bisa diatasi dengan cara membuat sejenis Ujian khusus atau dengan istilah Uji kompetensi kepada peserta didik, agar guru tidak akan merasa kerepotan dalam hal memberikan pre test maupun post tes kepada peserta didiknya dalam tiap mata pelajaran.
Analisis Refleksi:
Berbicara masalah Model PPSI, pengembangan PPSI ini biasa digunakan sebagai pola pengembangan pengajaran dalam rangka kurikulum untuk SD, SMP, SMA, dan kurikulum untuk sekolah–sekolah kejuruan. PPSI sebagaimana pola pengembangan pengajaran lainnya yang menggunakan pendekatan sistem, yakni mengutamakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Istilah ”Sistem Instruksional” dalam PPSI menunjukkan pada pengertian sebagai suatu kesatuan pengajaran yang terorganisasi yang terdiri atas sejumlah komponen, antaralain: materi, metode, alat, serta evaluasi, dimana semuanya berinteraksi antara satu denganyang lainnya untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Pola instruksional bermedia, yaitu guru terlibat langsung dalam merancang, menilai, dan menyeleksi serta berperan dalam memanfaatkan media. Pola instruksional bermedia, yaitu suatu sistem instruksional yang mengombinasikan bahan, alat, dan teknik dan yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Pola instruksional kombinasi.
KESIMPULAN:
PPSI merupakan langkah – langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Sistem instruksional yang bersifat mendasar dan sederhana terdiri atas komponen-komponen tujuan instruksional, perilaku awal siswa, prosedur instruksional, dan penilaian.
Barry Morris mengemukakan empat pola sistem instruksional sebagai berikut: Polainstruksional tradisional, yaitu bentuk tatap muka antara guru dan siswa. Polainstruksional tradisional (plus), yaitu bentuk tatap muka antara guru dan siswa yang mana guru masih merupakan komponen utama dalam proses belajar mengajar, namun dibantu oleh alat bantu audiovisual.
BAB 9
Model Perencanaan Pembelajaran Menurut
Gerlach And Ely
A. Model Pengembangan Gerlach dan Ely
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart berikut.
B. Konsep Pengembangan
Konsep pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely dalam pelajaran sejarah adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan pembelajaran (specification of object)
Tujuan pembelajaran sejarah disekolah sesuai dengan kurikulum, yaitu berupa pelajaran tentang pewarisan nilai luhur bangsa, semangat tanah air, nasionalisme dan lain-lain.
2) Menentukan isi materi (specification of content)
Isi materi sejarah berbeda-beda menurut tingkatan dan kelasnya, namun isi materi pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Dalam menentukan isi materi sejarah harus diperhatikan batasan dan ruang lingkup materi karena berbeda menurut kelompok dan tingkatan kelas.
3) Menurut kemampuan awal/penilaian kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Tes awal berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa dalam pelajaran sejarah, sebelum mendapat materi yang sudah disiapkan oleh seorang guru.
4) Menentukan teknik dan strategi (Determination of strategy)
Sejarah dikaitkan dengan perencanaan ke depan dengan peristiwa masa lalu sebagai pembanding ini akan lebih menarik. Masalah yang membosankan tersebut harus dihilangkan pada mind set anak dalam belajar sejarah, “sudah setiap materinya membosankan di tambah lagi cara mengajar guru juga sangat membosankan. Dalam mengajar sejarah itu guru menggunakan metode yang aktif, kreatif dan inovatif (active learning).
Artinya guru tidak menggunakan metode yang tepat untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap materi menggunakan metode yang sama dan siswa diajak untuk melakukan kegiatan itu, siswa jangan hanya mendengarkan cerita guru, hal itu akan membosankan peserta didik, apalagi jika penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah bahwa mata pelajaran sejarah sangat membosankan, sehingga dengan desain ini diharapkan guru dapat membuat siswa tertarik terhadap pelajaran sejarah.
5) Pengelompokan belajar (Organization of groups)
Membentuk kelompok belajar yang menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing sesuai dengan tugas materi yang ditetapkan kepada siswa dalam pelajaran sejarah.
6) Menentukan pembagian waktu (Allocation of times)
Alokasi waktu harus ditentukan agar sebagian besar waktunya dapat dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan observasi di musium secara individual, atau untuk diskusi dalam kelompok tentang materi pelajaran sejarah.
7) Menentukan ruang (Allocation of space)
Dalam pembelajaran sejarah harus diberikan ruang agar dalam proses pembelajaran siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain dan juga dengan guru.
8) Memilih media instruksional yang sesuai (Allocation of Resources)
Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran sejarah adalah:
a. Audio (kaset audio, CD dan siaran radio)
b. Cetak (buku pelajaran, brosur, modul, leaflet, dan gambar)
c. Proyeksi visual diam (OHP, film bingkai/slide)
d. Audio visual gerak (film gerak bersuara, video, TV)
9) Mengevaluasi hasil belajar (evaluation of performance)
Melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa baik berupa tes objektif maupun essay yang berguna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar sejarah di sekolah.
10) Menganalisis umpan balik (analisys of feedback)
Melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran sejarah baik dari guru ataupun siswa/peserta didik
Pendekatan pembelajaran menekankan pada gaya bagaimana menyampaikan materi yang meliputi: sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang memberikan pengalaman (Vermon S. Gerlach dan Donald P. Ely, 1980). Model desain instruksional yang dikembangkan Gerlach dan Ely sangat cocok dengan pelajaran sejarah, sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk membuat perencanaan pembelajaran sejarah.
Desain instruksional diatas merupakan model instruksional yang paling sesuai digunakan dalam pembelajaran sejarah, karena langkah-langkahnya sangat lengkap dan spesifik disamping itu, model juga tidak memiliki batasan tertentu sehingga dapat digunakan dari semua kalangan (umum) walaupun memiliki sejumlah kekurangan.
C. Kelebihan dan Kelemahan
1. Kelebihan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
3. Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
4. Cocok digunakan untuk segala kalangan
2. Kekurangan model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
a. Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
b. Tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, Bandung, Rosdakarya.
Alwi Suparman. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bistok Sirait. 1989. Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar Siswa, Jakarta, Depdikbud, Dirjen-Dikti, P2LPTK.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Meenengah Direktorat Pendidikan La
Gerlach, Vernon S. & Donald P. Ely. Teaching & Media: A Systematic Approach. Second edition. (Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1980
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 29 Juni 2012
Penyaji : Kelompok 4
: Mancawari, Masri, Nisma Andita Rizky, Suhaeni dan Zulmia .
Judul : “ Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Gerlach dan Ely”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Jamilah
Apa yang dimaksud dengan Desain Instruksional?
Jawaban:
Desain Instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Nurul Handayani
Coba anda sebutkan kelemahan dan kelebihan dari model Gerlach and Ely?
Jawaban:
a. Kelebihan: Sangat teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran, dan cocok digunakan untuk segala kalangan.
b. Kelemahan: Terlalu panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran, dan tidak adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa.
Analisis Refleksi:
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Model desain instruksional yang dikembangkan Gerlach dan Ely sangat cocok dengan pelajaran sejarah, sehingga bisa dijadikan sebagai pedoman untuk membuat perencanaan pembelajaran sejarah.
Dalam mengajar sejarah itu guru menggunakan metode yang aktif, kreatif dan inovatif (active learning). Artinya guru tidak menggunakan metode yang tepat untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap materi menggunakan metode yang sama dan siswa diajak untuk melakukan kegiatan itu, siswa jangan hanya mendengarkan cerita guru, hal itu akan membosankan peserta didik, apalagi jika penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah bahwa mata pelajaran sejarah sangat membosankan, sehingga dengan desain ini diharapkan guru dapat membuat siswa tertarik terhadap pelajaran sejarah.
Kesimpulan:
Adapun kesimpulan dari pembahasan materi ini adalah sebagai berikut:
1. Bahwa model merupakan gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung.
2. Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Serta mengandung 10 konsep pengembangannya.
BAB 10
Model Pembelajaran Menurut Jerols E. Kemp
A. Hakikat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran berasal dari dua kata, yakni kata perencanaan dan kata pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melalui analisis kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yangharus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur sebagai berikut:
5. Adanya tujuan yang harus dicapai
6. Adanya strategi untuk mencapai tujuan
7. Sumber daya yang dapat mendukung
8. Implementasi setiap keputusan
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dansiswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat, bakan dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk daya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebgai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Dari kedua makna tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-haldiatas, sehingga selanjutnya dokumen tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran juga dapat didefinisikan sebagai proses penerjemahan kurikulum yang berlaku menjadi program-program pembelajaran yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.
B. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dibutuhkan disebabkan beberapa hal, sebagai berikut :
1. Pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apa pun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
2. Pembelajaran adalah proses kerjasama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkanguru dan siswa.
3. Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa.
4. Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar.
C. Manfaat dan Fungsi Perencanaan
Ada beberapa manfaat yang dapat kita petik dari perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Melalui proses yang matang, kita akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan.
2. Sebagai alat untuk memecahkan masalah, dengan perencanaan yang matang guruakan dengan mudah mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul.
3. Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
4. Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis artinya, proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara terarah dan terorganisir.
D. Perencanaan Pembelajaran Kemp
Perencanaan Pembelajaran Kemp Jerols E. Kemp dari California State University di Sanjose mengembangkan model Pengembangan Instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model pembelajaran Kemp memberikan bimbingan kepada para pemakainya untuk berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pengajaran.
Menurut Kemp, desain pembelajaran terdiri dari banyak bagian dan fungsi yang saling berhubungan dan harus dikerjakan secara logis agar mencapai apa yang diinginkan. Model desain sistem instruksional yang dikembangkan oleh kemp merupakan model yang berbentuk lingkaran. Model berbentuk lingkaran menunjukan adanya proses kontinyu dalam menerapkan desain sistem pembelajaran. Menurut kemp langkah tiap-tiap pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Pengembangan model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun, karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seharusnya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
E. Langkah-Langkah Perencanaan Pembelajaran Kemp
Skema hubungan tiap-tiap langkah dalam Perencanaan Pembelajaran Kemp. Pada dasarnya, perencanaan dalam desain pembelajaran terdiri atas delapan langkah:
1. Menentukan Topic dan Tujuan instruksional Umum (Goal, Topic and general Purpose).
Menentukan topik dan tujuan instruksional umum untuk pembelajaran tiap pokok-pokok bahasan. Sebuah perencanaan harus menentukan topik utama, begitu pula dengan perencanaan kemp, topik tersebut akan menjadi cakupan program pembelajaran yang dibuat. Topik biasanya disusun secara logis, paling simpel, dan konkret sehingga orang dapat langsung melihat gambaran dari rencana program pembelajaran tersebut. Topik dapat disusun berdasarkan pengalaman yang didapatatau pemikiran yang menjadi dasar sesuatu yang akan dibuat.
2. Menganalisis karakteristik pelajar (Learning Characteristic)
Ketika mendesain sebuah rencana pembelajaran kemp, kita harus memutuskan karakteristik dari siswa karena dengan mengetahui karakteristik tersebut sangat membantu dalam membuat perencanaan pembelajaran. Analisis ini diperlukan antara lain untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan, dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil.
3. Tujuan Pembelajaran (Learning Objective)
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar. Dengan demikian, siswa akan mengetahui apa yang harus dikerjakannya, dan apa ukurannya dia telah berhasil. Dari segi pengajar, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi yang sesuai.
4. Menentukan Isi Meteri (Subject Content)
Menentukan isi meteri pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan. Isi materi pelajaran memberikan inti informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan. Informasi menumbuhkan pengetahuan yang merupakan tata hubungan antara rincian fakta. Hasil akhirnya adalah pemikiran intelektual dan pemahaman.
5. Menetapkan Pengajaran Awal (Pre-Assesment)
Langkah ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan serta untuk pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan.
Dalam pelaksanaannya, pre-assesment tidak selalu harus dilakukan dengan konsep formal. Misalnya saja kita dapat bertanya langsung pada siswa di dalam kelas. Kita dapat bertanya berapa banyak di antara mereka yang telah mengerti dengan materi yangakan diberikan.
6. Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching/ learning activities resources)
Tahapan selanjutnya dari model pembelajaran adalah aktifitas belajar–mengajar. Pada tahapan ini dijelaskan tentang bentuk – bentuk dari kegiatan belajar yang efektif dan media–media yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Dalam kegiatan pembelajaran ada tiga alternatif pembelajaran yaitu group presentation, individualized learning, dan interaction between teacher and student. Dalam melakukan proses pembelajaran hendaknya kita memilih alternatif kegiatan yang paling efektif dan sesuai dengan keadaan siswa. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan.
Umumnya para guru dapat mendesain pembelajaran dengan bantuan buku manual. Namun hal itu hanya terbatas pada pembelajaran yang bersifat tradisional saja. Padahal ilmu pendidikan senantiasa berkembang dan terus mengeluarkan produk – produk baru yang lebih canggih lagi. Dari sinilah masalah muncul, karena para guru tidak menguasai produk–produk baru tersebut. Di sinilah peran seorang pendesain diperlukan. Sumber pembelajaran juga merupakan komponen terpenting yang tidak boleh kita lupakan dalam media pembelajaran.
Hendaknya kita memilih media yang cocok dengan kondisi dan materi yang akan diberikan. Media yang baik dapat memotifasi siswa dan dapat menjelaskan materi secara efektif serta mengilustrasikan isi materi. Media yang digunakan dapat bermacam–macam. Media yang digunakan dapat berupa media cetak, media audio, media visual, dan media audio visual yang terpenting media itu dapat menunjang kegiatan personal maupun kelompok.
7. Sarana Penunjang (Support Service)
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan lainnya.
1) Biaya
Dana merupakan hal yang amat krusial dalam pengembangan pendidikan.Semua program baru yang akan dipakai tentunya memerlukan dana untuk memulainya. Sekolah yang ingin mengembangkan program pendidikannya misalnya saja dengan membuat inovasi baru, penelitian, dan pengembangan memerlukan biaya untuk menjalankannya. Pemanfaatan biaya dilakukan ketikamasa pengembangan dan selama pemakaian peralatan.
2) Fasilitas
Proses pembelajaran tentunya membutuhkan fasilitas yang memadai untuk keberlangsungannya proses belajar-mengajar. Dalam kegiatan presentasi, kitamembutuhkan proyektor audio visual, sound sistem, papan tulis dan perlengkapanlainnya.
3) Peralatan
Dalam menjalankan program yang telah dijalankan tentunya kita memerlukan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut.
4) Waktu
Dalam menentukan program hendaknya kita memperhatikan jadwal dan waktuyang tepat.
8. Evaluasi (Evaluation)
Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan kembali beberapafase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan. Evaluasi harus sejalan dengantujuan awal pembelajaran. Selanjutnya tujuan awal pembelajaran akan berperansebagai acuan dari evaluasi. Proses evaluasi ini berfungsi untuk mengukur hasiloutcome dari pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu proses evaluasi juga berfungsi untuk mengukur tingkat keberhasilan program pembelajaran yang telahdidesain. Dari proses evaluasi ini kita dapat melihat perbandingan siswa yang lulusdan tidak lulus. Jika perbandingan siswa yang lulus lebih banyak dibandingkan siswayang tidak lulus maka pembelajaran ini dianggap berhasil.
F. Kelemahan dan Kelebihan Perencanaan Pembelajaran Kemp
1. Kelebihan
Dalam Model Pembelajaran Kemp ini di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu untuk menuju ke tahap berikutnya, sehingga apabila terdapat kekurangan atau kesalahan ditahap tersebut, dapat dilakukan perbaikan terlebih dahulu barulah dapat melangkah ke tahap berikutnya. Sedangkan,
2. Kelemahan
Dari Model Pembelajaran Jerols E. Kemp ini agak condong ke pembelajaran klasikal atau pembelajaran di kelas, sehingga peran guru disini mempunyai pengaruh yang besar, karena guru dituntut dalam rangka program pengajaran, instrument evaluasi, dan strategi pengajaran. Untuk lebih jelas, kami menyimpulkan kelemahan serta kelebihan model pembelajaran kemp dengan model pembelajaran lain dalam bentuk tabel berikut.
Kelebihan Model Pembelajaran Kemp Dari Model Pembelajaran Lain Kelemahan Model Pembelajaran Kemp Dari Model Pembelajaran Lain
1. Model Pembelajaran kemp berbentuk lingkaran dan ketika akan melakukan langkah-langkah selanjutnya selalu dilakukan revisi terlebih dahulu.
2. Model Pembelajaran Kemp berbentuk siklus yang memberi kemungkinan bagi penggunanya untuk memulai kegiatan desain sistem pembelajaran dari fase manapun.
3. Model pembelajaran kemp berfokus pada perencanaan kurikulum dengan pendekatan tradisional/klasik. 1. Untuk model pembelajaran lain, revisi hanya dilakukan setelah evaluasi pembelajaran.
2. Untuk model pembelajaran lain, langkah awal dalam proses pembelajaran sudah ditetapkan.
3. Model briggs diterapkan pada kurikulumyang baru, terdapat tim prmantau yang ikutdalam menyusun perencanaan pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
E. Kemp, Jerrold. 1994. Proses Perancangan Pengajaran. Bandung: ITB Bandung.
Harjanto. 1994. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Ftaman. 2010. Pengembangan Desain Pembelajaran. Tersedia pada http://wordpres.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012.
Akharil. 2010. Model-Model Perencanaan Pengajaran. Tersedia pada http:// blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012.
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 8 Juni 2012
Penyaji : Kelompok 5
: Rahmiwati, Putri Wulandari, Devi Arnanthya, dan Muidzin.
Judul : “ Model Perencanaan Pembelajaran Menurut Jerols E. Kemp”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Joni Nadi
Bagaimana cara untuk mengetahui tingkat perkembangan yang diperoleh anak dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan?
Jawaban:
Dengan cara melihat karakter dari siswa itu sendiri, ketika proses belajar mengajar berlangsung terkadang siswa itu memperlihatkan kemampuan yang dia miliki. Oleh sebab itu, kita bisa melihat perkembangan atau peningkatan yang terjadi dalam diri si anak tersebut.
2. Lely
Apa sajakah kelemahan-kelemahan yang ada di dalam model ini?
Jawaban:
Kelemahan Model Pembelajaran Kemp dari Model Pembelajaran lain Model pembelajaran kemp berfokus pada perencanaan kurikulum dengan pendekatan tradisional/klasik. Model briggs diterapkan pada kurikulum yang baru, terdapat tim pemantau yang ikut dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
Analisis Refleksi:
Pada pembahasan kali ini kita membahas makalah yang berjudul model pembelajaran menurut Jerols E. Kemp. Di dalam model ini di jelaskan bahwa dalam mengembangkan model Pengembangan Instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para pemakainya untuk berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pengajaran. Menurut kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul.
Langkah tiap-tiap pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengambangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Pengembangan model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapatmemulai dari komponen manapun. Langkah-Langkah Perencanaan Pembelajaran Kemp :
a. Daftar Topic dan Tujuan Umum (Goal, topic and General purpose)
b. Menganalisis karakteristik pelajar (Learning Characteristic)
c. Tujuan Pembelajaran (Learning Objective)
d. Menentukan Isi Meteri (Subject Content)
e. Menetapkan pengajaran awal (Pre-Assesment)
f. Aktivitas Belajar Mengajar (Teaching/ learning activities resources)
g. Sarana Penunjang (Support Service)
h. Evaluasi (Evaluation)
Model perencanaan pembelajaran kemp mempunyai kelebihan serta kekurangan. Kelebihan dalam Model Pembelajaran Kemp ini di setiap melakukan langkah atau prosedur terdapat revisi terlebih dahulu untuk menuju ke tahap berikutnya. Sedangkan kelemahan dari Model Pembelajaran Jerols E. Kemp ini agak condong ke pembelajaranklasikal atau pembelajaran di kelas, sehingga peran guru disini mempunyai pengaruhyang besar, karena guru dituntut dalam rangka program pengajaran, instrument evaluasi, dan strategi pengajaran.
KESIMPULAN:
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Jerols E. Kemp mengembangkan model Pengembangan Instruksional yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para pemakainya untuk berfikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan pengajaran.
Menurut kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul. Langkah tiap-tiap pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengambangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Pengembangan model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapatmemulai dari komponen manapun
BAB 11
Model Pembelajaran Menurut IDI
A. Model IDI
Pengembangan instruksional model ID (Instruksional Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan Uniiversity Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).
Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan model-model pengembangan instruksional lainnya, model ini juga menggunakan model pendekatan sistem yang meliputi tiga tahapan, yakni;
1. Penentuan (define).
2. Pengembangan (develop).
3. Penilaian (evaluate)
B. Pengertian Desain Intruksional Development Institute
1. Suatu proses yang kompleks dan terpadu dari manusia, prosedur, ide, alat dan organisasi untuk mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar dan terkontrol.
2. Pemecahan masalah pengajaran dengan pendekatan sistem berdasarkan konsepsi tehnologi intruksional yang merupakan bagian dari tehnologi pendidikan.
3. Pemecahan masalah berbentuk sistem intruksional yang lengkap, yang merupakan kombinasi dari komponen sistem intruksional yang sengaja dirancang dipilih dan digunakan secara terpadu.
Terdapat tiga alasan pengembangan model instruksional yang dilakukan dalam teknologi pendidikan, yaitu: pertama, sebagai alat untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik dan pihak lainnya; kedua, sebagai rancangan yang digunakan dalam pengelolaan pembelajaran; dan ketiga, model yang sederhana memudahkan untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik, serta model yang rinci akan memudahkan dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan penggunaannya. Model instruksional yang generik memudahkan setiap pihak yang mengadopsinya untuk mengimplementasikan dalam berbagai macam setting. Apabila diklasifikasi model-model yang berkembang dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu model mikro yang diantaranya dikembangkan oleh Banathy (1968), dan model makro yang dikembangkan the National Special Media Instritute (1971) yang disebut dengan The Instructional Development Institute (IDI).
Model Bela H Banathy memiliki pendekatan terhadap peserta didik sebagai pusat sistem pembelajaran, dan modelnya ditujukan untuk kepentingan guru dalam mengelola kegiatan belajar. Model ini diadopsi dalam pengembangan sistem pembelajaran di Indonesia, dan disebut dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sedangkan model IDI bertujuan untuk membantu sekolah yang memiliki keterbatasan resources, adanya sejumlah guru yang memiliki dedikasi yang kuat dan ingin membantu peserta didik, dan mengharapkan untuk menemukan inovasi sebagai solusi yang efektif untuk memecahkan masalah belajar dan pembelajaran.
Model IDI ini divalidasi oleh konsorsium empat perguruan tinggi: Michigan State University, Syracuse University, the United States International University, dan the University of Southern California. Model IDI ini memiliki keberhasilan yang sangat optimal dalam memecahkan pembelajaran peserta didik, dan para ahli mengakui bahwa model pembelajaran ini sebagai hasil rekayasa pembelajaran yang sangat matang.
Desain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan tekhnik mengajar dan materi pembelajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar. Pendekatan sistem dalam pendidikan dapat mencakup beberapa daerah bidang garapan. Misalnya pendekatan sistem kurikulum, sistem pembelajaran, sistem implementasi, dan sebagainya.
C. Asumsi Dasar Yang Melandasi Perlunya Desain
1. Diarahkan untuk membantu proses belajar secara individual.
2. Desain pembelajaran mempunyai fase-fase jangka pendek dan jangka panjang .
3. Dapat mempengaruhi perkembangan individu secara maksimal.
4. Didasarkan kepada pengetahuan tentang cara belajar manusia.
5. Dilakukan dengan menerapkan pendekatan sistem.
D. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran IDI (Instructional Development Institute)
Pengembangan pembelajaran model IDI, sebagaimana model-model lain, menerapkan prinsip-prinsip pendekatan sistem. Ada tiga tahapan besar pendekatan sistem, yaitu define, develop, dan evaluate. Ketiga tahapan tersebut dihubungkan dengan umpan balik (feedback) untuk mengadakan revisi.
a. Kelebihan model pembelajaran IDI :
a) Menekankan siswa yang aktif, sehingga mereka lebih kreatif,
b) Siswa dapat lebih mengembangkan potensi dan kemampuan dalam dirinya.
b. Kelemahan model pembelajaran IDI :
a) Siswa malas untuk mencari bahan, sehingga tujuan hasil pembelajaran tidak tercapai.
b) Guru hanya memberikan materi sesuai kebutuhan siswa saja.
E. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model IDI
Model IDI, dikembangkan oleh University Consortium for Iinstructional development and Technology (UCIDT), pengembangan model IDI menerapkan prinsip-prinsip pendekatan sitem, yaitu penentuan ( define ), pengembangan ( develop ), dan evaluasi ( evaluate ). Ketiga tahapan ini dihubungkan dengan umpan balik ( feedback ) untuk mengadakan revisi. Perencanaan (desain) intruksional ini dimaksudkan untuk bisa dipergunakan di SD, SMP, SMA, SMK, maupun perguruan tinggi. Juga bisa diterapkan dari suatu kompetensi dasar, dan untuk suatu standar kompetensi yang akan melibatkan beberapa pengajar.
Desain instruksional ini dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan :
1. Apa yang dikuasai (kompetensi dasar).
2. Apa/bagaimana prosedur (indikator pencapaian hasil belajar), sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
3. Bagaimana kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai ( evaluasi )
F. Tahapan- Tahapan dalam Model IDI
Terdapat 3 tahapan dalam model Perencanaan Pembelajaran menurut IDI antara lain:
1. Tahap Penentuan ( Define )
Identifikasi masalah dimulai dengan analisis kebutuhan atau disebut need Assesment. Need Assesment ini berusaha mencari perbedaan antara apa yang ada dan apa yang idealnya. Karena banyaknya kebutuhan pengajaran, maka perlu ditentukan prioritas mana yang lebih dahulu dan mana yang selanjutnya. ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan yaitu : Karakteristik siswa, Kondisi dan Sumber yang relevan.
2. Tahap Pengembangan ( Develop )
Identifikasi tujuan yaitu dengan menganalisis terlebih dahulu tujuan instruksional yang hendak dicapai, baik tujuan intruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan Terminal Objektives. TIK Merupakan penjabaran lebih rinci dari TIU.
TIK Diperlukan Karena :
a) Membantu siswa dan guru untuk memahami apa yang diharapkan sebagai hasil dari kegiatan instruksional.
b) TIK merupakan building blocks dari pembelajaran yang diberikan.
c) TIK merupakan indikator tingkah laku yang harus dicapai oleh siswa sesuai dengan kegiatan instruksional yang diberikan
Dalam menentukan metode pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain :
1. Metode apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Bagaimana urutan bahan yang akan disajikan.
3. Bentuk instruksional apa yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisinya (ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas individu/kelompok, dan lain-lain)
3. Tahap Penilaian (Evaluate)
Setelah program instruksional disusun diadakan tes uji coba untuk menentukan kelemahan dan keunggulan, serta efisiensi dan keefektifan dari program yang dikembangkan.
Bagan Model IDI
DAFTAR PUSTAKA
Sataaswelputra. 2008. Model Pembelajaran IDI. Tersedia pada http:// blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012.
Ftaman. 2010. Pengembangan Desain Pembelajaran. Tersedia pada http://wordpres.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012
Akharil. 2010. Model-Model Perencanaan Pengajaran. Tersedia pada http:// blogspot.com. Diakses pada tanggal 20 Mei 2012
PORTOFOLIO
Waktu : Jum’at, 15 Juni 2012
Penyaji : Kelompok 6
: Joni Nadi, Alan, Jamilah, Nurul Handayani, dan Helmi Kurnia.
Judul : “ Model Perencanaan Pembelajaran Menurut IDI ”
Rekaman Informasi
Dari pertemuan-pertemuan kita sebelumnya, ada beberapa pertanyaan atau kejadian yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Beberapa pertanyaan yang di ajukan antara lain:
1. Rahmiwati
Bagaimana cara mengatasi kelemahan yang ada dalam model IDI ini?
Jawaban:
Menurut kami, guru harus lebih ekstra memberikan tugas tambahan kepada muridnya. Agar mereka tidak hanya mendapatkan materi dari proses belajar mengajar saja, tetapi ada materi tambahan yang akan diperoleh oleh siswa tersebut dengan cara pemberian tugas dari gurunya.
2. Lely
Apa yang dimaksud dengan pengembangan paket pembelajaran?
Jawaban:
Maksudnya di sini adalah setelah materi pembelajaran telah disiapkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengembangan dengan tujuan meningkat pemahaman siswa atas materi-materi yang akan diajarkan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Devi
Bagaimana menurut anda mengenai Ujian Nasional, apakah sudah pas diterapkan dalam model IDI?
Jawaban:
Berbicara masalah UN, terkadang timbul asumsi-asumsi tidak setuju, sebab kebanyakan di antara murid-murid yang sebenarnya pintar tidak lulus pada saat UN nya. Akan tetapi itulah salah satu cara pemerintah untuk mengevaluasi secara keseluruhan, dengan memperbanyak try out agar mereka siap menghadapi yang namanya UN tersebut.
Analisis Refleksi:
Di dalam bab ini kita membahas tentang model perencanaan pembelajaran menurut IDI. Model ini adalah sala satu model perencanaan pembelajaran yang ada, model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan model-model pengembangan instruksional lainnya, model ini juga menggunakan model pendekatan sistem yang meliputi tiga tahapan, yakni;
a. Penentuan (define).
b. Pengembangan (develop).
c. Penilaian (evaluate)
Terdapat tiga alasan pengembangan model instruksional yang dilakukan dalam teknologi pendidikan, yaitu: pertama, sebagai alat untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik dan pihak lainnya; kedua, sebagai rancangan yang digunakan dalam pengelolaan pembelajaran; dan ketiga, model yang sederhana memudahkan untuk dikomunikasikan kepada calon peserta didik, serta model yang rinci akan memudahkan dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan penggunaannya.
Model IDI ini divalidasi oleh konsorsium empat perguruan tinggi: Michigan State University, Syracuse University, the United States International University, dan the University of Southern California. Model IDI ini memiliki keberhasilan yang sangat optimal dalam memecahkan pembelajaran peserta didik, dan para ahli mengakui bahwa model pembelajaran ini sebagai hasil rekayasa pembelajaran yang sangat matang.
KESIMPULAN:
Pengembangan instruksional model ID (Instruksional Development Institute) merupakan suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan Uniiversity Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).
Model instruksional yang generik memudahkan setiap pihak yang mengadopsinya untuk mengimplementasikan dalam berbagai macam setting. Apabila diklasifikasi model-model yang berkembang dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu model mikro yang diantaranya dikembangkan oleh Banathy (1968), dan model makro yang dikembangkan the National Special Media Instritute (1971) yang disebut dengan The Instructional Development Institute ( IDI ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam membuat sebuah perencanaan ada beberapa aspek yang harus kita ketahui. Baik dari segi manfaat, tujuan, prinsip dan lain sebagainya, agar perencanaan yang akan kita buat sesuai dengan tujuan yang diharapkan demi meningkatkan angka keberhasilan di dalam belajar. Untuk siswa, guru maupun lenbaga-lembaga pendidikan pada umumnya.
Desain pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang itu belajar; Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya, Hal ini biasanya muncul pendekatan yang bersifat intuitif yang rancangan pembejalajarannya banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya, dan pendekan perancangan yang bersifat ilmiah yakni diwarnai dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan pembelajaran.
Jika pembuatan rancangan pembelajaran dibuat bersifat intuitif ilmiah yang merupakan perpaduan antara keduanya, dapat menghasilkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukan pada saat melaksanakan pembelajaran yang dikembangkan dengan teori-teori yang relavan. Pendekanatan inilah yang akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih baik.
Pentingnya perencanaan dapat diilustrasikan oleh Arends, L. (2008: 96) bahwa banyaknya peran pekerjaan khusus (profesional) yang diciptakan oleh para kader di antaranya; perencanaan pemanfaatan lahan profesional, spesialis pemasaran, analis sistem, dan perencana strategis, yang bekerja purna waktu.
Dengan tujuan menyatukan rencana-rencana jangka panjang terperinci untuk memengaruhi dan mengarahkan perekonomian, serta untuk memastikan upaya militer secara tepat.
Proses belajar mengajar dideskripsikan oleh sebagian orang sebagai proses bagi calon guru dalam belajar memutuskan isi kurikulum yang penting untuk dipelajari siswa dan cara penerapan kurikulum itu dalam lingkup (setting) kelas melalui berbagai kegiatan dan peristiwa belajar
Konsep dasar biasanya dikaitkan dengan perencana dan teoretisi lebih awal. Perencana pendidikan yang baik ditandai oleh tujuan instruksional yang ditetapkan dengan cermat (yang biasanya dinyatakan dalam istilah behavioral), tindakan dan strategi pembelajaran yang dirancang untuk menentukan tujuan, dan pengukuran hasil yang diteliti, khususnya prestasi siswa.
PPSI merupakan langkah – langkah pengembangan dan pelaksanaan pengajaran sebagai suatu sistem untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Sistem instruksional yang bersifat mendasar dan sederhana terdiri atas komponen-komponen tujuan instruksional, perilaku awal siswa, prosedur instruksional, dan penilaian.
Barry Morris mengemukakan empat pola sistem instruksional sebagai berikut: Polainstruksional tradisional, yaitu bentuk tatap muka antara guru dan siswa. Polainstruksional tradisional (plus), yaitu bentuk tatap muka antara guru dan siswa yang mana guru masih merupakan komponen utama dalam proses belajar mengajar, namun dibantu oleh alat bantu audiovisual.
Pola instruksional bermedia, yaitu guru terlibat langsung dalam merancang, menilai, dan menyeleksi serta berperan dalam memanfaatkan media. Pola instruksional bermedia, yaitu suatu sistem instruksional yang mengombinasikan bahan, alat, dan teknik dan yang dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Pola instruksional kombinasi.
Kegiatan atau praktik belajar dan pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat ini dipengaruhi oleh dua aliran psikologi, yaitu aliran behavioristik dan kognitif. Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus – responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Proses belajar ditempuh dengan cara drill atau pembiasaan-pembiasaan yang disertai dengan reinforcement untuk membentuk perilaku (sebagai hasil belajar).
Di sisi lain, aliran kognitif berupaya menjelaskan proses belajar dan pembelajaran dengan berlandaskan pada peristiwa-peristiwa internal pebelajar. Dengan kata lain, teori belajar kognitif lebih banyak mendeskripsikan apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia belajar. Proses belajar dan pembelajaran dipandang sebagai suatu proses pemaknaan informasi baru atau pengalaman baru dengan jalan mengaitkannya dengan struktur informasi yang telah dimiliki. Proses belajar terjadi lebih banyak ditentukan oleh motivasi internal individu pebelajar dan keaktifan inilah menjadi unsur utama yang akan menentukan keberhasilan belajar dan pembelajaran.
B. Saran
Dalam penyusunan portofolio ini, penulis menggunakan sumber yang cukup mendasar bagi pembuatan portofolio ini. Selain itu, bentuk pemaparan dan penjelasannya menggunakan metode pendeskripsian dan argumentasi untuk masalah yang dituangkan dalam portofolio ini. Penggunaan gaya bahasa yang mudah dipahami membuat sebuah kajian baru dalam menyelesaikan suatu studi kasus.
Dalam penyusunan portofolio ini pula, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan portofolio ini. Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadirnya portofolio ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan, dalam mengetahui tentang Perencanaan Pembelajaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar