Entri Populer
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat me...
-
I. Pengertian Makna Menurut Para Ahli (minimal 3 ahli) dan Letak Kesamaan dan Perbedaannya……?? Pengertian Makna Menurut 3 Ahli Yaitu : a...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasciola sp merupakan suatu parasit cacing pipih dari kelas Trematoda, filum Platyhelmi...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang kompl...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat dan memiliki umur yang panjang merupakan impian semua orang . Namun li ng...
-
Penutup tubuh Pada tubuh semua jenis hewan memiliki penutup untuk menahan protoplasma di dalamnya, untuk memberikan perlindungan fisik, dan ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah (pembelahan sel) , pertambahan ukuran (pemb...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat me...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaring...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang...
Kamis, 20 Juni 2013
mengukur luas daun bayam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah (pembelahan sel) , pertambahan ukuran (pembentangan sel) dan diferensiasi, tapi bagi peminat argonomi pertumbuhan dapat berarti pertambahan berat kering. Berat kering merupakan tolok ukur yang penting karena mempunyai arti ekonomis. Berat basah biasanya tidak dijadikan tolok ukur kecuali untuk tanaman hortikultura, karena nilainya tidak tetap tergantung pada status air tanaman. Selain pertambahan berat kering, pertambahan tinggi, volume, dan luas daun dapat juga dijadikan tolok ukur pertumbuhan.
Untuk materi kali ini, akan membahas tentang pengukuran luas daun tanaman,dimana luas daun tersebut dapat diamati dengan dua cara yaitu dengan menggunakan alat fotoelektrik misalnya Leaf Area Meter atau dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan metode gravimetri.
Daun merupakan organ fotosintesis utama dalam tubuh tanaman, yang merupakan tempat terjadinya proses perubahan energi cahaya menjadi energy kimia dan tempat produksi karbohidrat (glukosa) yang diwujudkan dalam bentuk bahan kering. Dalam analisis pertumbuhan tanaman, perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran indeks luas daun (ILD), nisbah luas daun (NLD) dan nisbah berat daun (NBD) pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintesis (Sumarsono, )
Beberapa metode pengukuran luas daun yang sering digunakan untuk mengukur luas daun suatu tanaman antara lain :
a) Metode Kertas Milimeter : Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b) Metode Gravimetri : Metode ini pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
c) Planimeter : Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
d) Metode Panjang Kali Lebar : Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.
e) Metode Fotografi : Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter. Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas lempengan acuan tersebut.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah proses atau cara mengukur luas daun pada tanaman dengan menggunakan metode gravimetri dan Leaf Area Meter ( metode timbang) ?
1.3. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur luas daun tanaman dengan menggunakan metode gravimetri dan Leaf Area Meter (metode timbang).
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi berat kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi berat kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi berat kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
A. PENGERTIAN DAUN
Daun merupakan organ fotosintetik utama dalam tubuh tanaman, di mana terjadi proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering. Pertumbuhan dan perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran luas daun dan berat daun pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintetsis.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran (Bambang dan Haryadi 2008). Terdapat beberapa cara untuk menentukan luas daun (Guswanto 2009), yaitu :
a) Metode Kertas Milimeter : Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b) Metode Gravimetri : Metode ini pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
c) Planimeter : Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
d) Metode Panjang Kali Lebar : Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.
e) Metode Fotografi : Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti
planimeter. Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas lempengan acuan tersebut
B. BAYAM
Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting. Terna semusim yang menyukai iklim hangat dan cahaya kuat. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan tumbuhan C4.
Batang berair dan kurang berkayu. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, berwarna hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga tersusun majemuk tipe tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. Bijinya berwarna hitam, kecil dan keras. Di tingkat konsumen, dikenal dua macam bayam sayur: bayam petik dan bayam cabut. Bayam petik berdaun lebar dan tumbuh tegak besar (hingga dua meter). Daun bayam cabut berukuran lebih kecil dan ditanam untuk waktu singkat (paling lama 25 hari). (http://id.wikipedia.org/wiki/Bayam, 2011)
C. GRAVIMETRI
Pengukuran Luas Daun Metode Gravimetri menggunakan daun bayam, setelah melalui tahap pembuatan pola pada kertas milimeter block. Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
Mengukur Luas Daun dengan metode Gravimetri dengan menggunakan Kertas Millimeter Blok Langkah Pertama yaitu Siapkan Daun yang akan diukur luas daunnya. Pisahkan daun dari akar dan batangnya. Daun dijiplak pada kertas
millimeter block. Dibuat juga pola bujur sangkar dengan sisi berukuran panjang dari daun tersebut. Jiplakan daun dan pola bujur sangkar yang telah dibuat, digunting lalu ditimbang beratnya. Setelah diperoleh angka hasil jiplakan daun dan pola bujur sangkar, serta berat timbangan daun dan pola bujur sangkar, kemudian diukur menggunakan rumus. diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel Luas Pola Bujur Sangkar pada Kertas Milimeter Block
Daun ke- Hasil Pengukuran (cm) Luas Jiplakan Daun (cm2)
S (s x s)
1 9 81
2 9,5 90,25
3 8,8 77,44
4 7,1 50,41
5 5 25
6 6,3 39,69
Tabel Luas Pola Daun Bayam pada Kertas Milimeter Block
Daun ke- Hasil Pengukuran (cm) Luas Jiplakan Daun (cm2)
P L (P x L)
1 9 6,6 59,4
2 9,5 7,2 68,4
3 8,8 5,8 51,04
4 7,1 5,4 38,34
5 5 3,7 18,5
6 6,3 3,5 22,05
Luas daun diperoleh setelah 6 daun dari tanaman bayam diambil dan dicetak di atas kertas, cara ini disebut dengan metode gravimetri. Kertas yang telah tercetak bentuk daun, lalu digunting sesuai dengan bentuknya. Kemudian Buat pola bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya seperti tinggi daun. Dari hasil ini dapat diperoleh indeks luas daun. Indeks luas daun memiliki korelasi dengan besarnya proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Semakin tinggi indeks luas daun maka semakin aktif sebuah tanaman dalam melakukan proses fotosintesis.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Adapun alat yang digunakan yaitu :
1. Alat tulis menulis
2. Penggaris
3. Gunting
4. Timbangan analitik
Bahan :
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Daun tanaman bayam
2. Kertas milimeter block
E. PROSEDUR
1. Siapkan daun tanaman yang akan diukur luas daunnya.
2. Pisahkan daun dari akar dan batangnya.
3. Daun dijiplak pada kertas milimeter block.
4. Dibuat juga pola bujur sangkar dengan sisi berukuran panjang dari daun tersebut.
5. Jiplakan daun dan pola bujur sangkar yang telah dibuat, digunting lalu ditimbang beratnya.
6. Setelah diperoleh angka hasil jiplakan daun dan pola bujur sangkar, serta berat timbangan daun dan pola bujur sangkar, kemudian diukur menggunakan rumus berikut:
Dimana:
L1 = LD = Luas Daun (Cm2)
L2 = Luas pola kertas
M1 = Berat total pola daun/ jiplakan (gram)
M2 = Berat pola bujur sangkar/ jiplakan (gram)
Adapun Perhitungannya yaitu:
Berat Total :
M1 = 0,83 g
M2 = 1,70 g
L1 = 151.5384705
L1 = 151,54 CM2
• Petik beberapa daun yang telah diukur luasnya.
• Letakkan daun pada kertas yang telah disediakan (kertas Koran atau kertas HVS bekas) dan gambar.
• Gunting gambar daun tersebut dan timbang misalnya X gram
Luas daun = X 100 cm2
• Gunting kertas yang sama dengan ukuran 10 cm x 10 cm, kemudian ditimbang misalnya Y gram
X1 = 0.4 X2= 0.6 X3=0.5 Y = 0.6
a. LD1 = X 100 cm2
= x 100 cm2
= 100 cm2
b. LD2 = X 100 cm2
= x 100 cm2
= 150 cm2
c. LD2 = X 100 cm2
= x 100 cm2
= 80 cm2
Jumlah : 100 + 150 + 80 = 330 cm2
Rata-rata : 110 cm2
Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun tanpa memetik daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik daun bersangkutan, maka tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun tersebut kemudian diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM) ataupun Metode Timbang. Sebaliknya pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka tanaman akan tetap tumbuh baik karena daun-daun tidak berkurang atau bahkan habis terpetik. Pengukuran daun dengan tidak memetik daun dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan atau rumus.
Pengukuran luas daun dengan tidak harus memetik daun merupakan teknik pengukuran yang lebih baik karena tanaman tidak rusak dan pengukuran cepat serta tidak mensyaratkan peralatan yang mungkin sulit tersedianya. Pada karet digunakan persamaan regresi terhadap ukuran panjang dan lebar daun (Suhendry dan Alwi 1987). Pada beberapa tanaman pangan seperti jagung dan kedelai digunakan faktor koreksi terhadap luas daun yang diperoleh dari pengukuran panjang dan lebar daun (Pearce et al. 1988) demikian pula pada daun nangka (Goonasekera 1978).
Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi maupun dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda. Pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM. Akan tetapi untuk ukuran daun yang besar diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun berukuran besar perlu dipotong dan kemudian ditata secara hati-hati pada permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak terlipat. Kondisi tenaga batere perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan batere yang mulai melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak pada saat batere melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama akan memberikan hasil yang berbeda jauh.
Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif). Namun bagi tanaman yang diperlukan untuk pengukuran berulang dan menghindari pengrusakan daun, maka penggunaan teknik pengukuran lainnya diperlukan. Penggunakan teknik pengukuran lainnya akan sangat diperlukan bilamana alat LAM tidak dimiliki atau tidak tersedia. Tanpa merusak daun atau memetik daun dari tanaman, luas daun masih dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan faktor koreksi luas daun.
Cara mengukur luas daun memang agak sedikit rumit. Tergantung dari bentuk daun itu sendiri. Untuk daun yang pola nya sederhana epx(daun pisang, daun lengkuas, daun bambu) lebih mudah ketimbang daun yang pola nya rumit exp(daun ketela, daunyodium, daunganja, daunpepayadll).Cara yang dapat dilakukan, dan menurut saya ini cukup simpel (hal yang pernah dilakukan oleh kekasih saya saat melakukan penelitian). Sebelumnya sediakan peralatan dan bahan sebagai berikut:
1.Daun yang akan diukur luasnya.
2.Kertas standart, bisa menggunakan kertas hvs yang kualitasnya bagus.
3.Pensil.
4.Timbangan dengan akurasi tinggi (sebaiknya gunakan timbangan elektrik).
5.Gunting atau alat pemotong kertas yang lain, bisa cutter.
6.Alattulisuntukmencatat.
Prosedur pengukuran:
1. Siapkan daun yang akan diukur, letakkan diatas kertas hvs.
2. Dengan pensil, gambarlah bentuk daun tersebut. Anda harus teliti pada tahap ini.
3. Setelah gambar terbentuk, kemudian potonglah kertas tadi sesuai dengan pola gambar.
4. Timbang bentuk daun dari kertas yang sudah dipotong sesuai pola tadi, misal didapatx=120gr.
5. Sekarang siapkan kertas untuk kalibrasi. Disini tujuannya akan membandingkan berat jenis kertas terhadap berat kertas berpola daunt adi.
6. Misal potong kerta ukuran 10 x 10 cm (terserah anda), kemudian timbanglah kertas tersebut,misalnya didapat y=80gr.
7. Sekarang kita memiliki data kertas dengan ukuran 10 x 10 cm atau sama dengan 100cm2 dengan berat sebesar 80gr. Data kedua, kita memiliki kertas seberat 120gr, tetapi tidak tahu berapa luasnya.
8.Kita buat formula100cm2=80gr,maka1gr=100/80cm2.Atau 1gr=5/4cm2.
9. Sekarang kita hitung perolehan berat pola tadi yaitu 120gr. Jika 1gr=5/4cm2, maka 120gr=120 x 5/4cm2 = 150 cm2
10. Selesai..
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Metode Gravimetri : Metode ini pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
Pada pengukuran Luas Daun dengan menggunakan Metode Gravimetri dapat disimpulkan:
1. Metode menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
2. Berat Total : M1 = 0,84 g dan M2 = 1,70 g
L1= 151,5384705 = 151,54 cm2
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada kali ini yaitu pada saat menggambar daun bayam (Amaranthus sp.) yang akan ditaksir luasnya pada kertas milimeter block untuk menghasilkan replika (tiruan) daun, maka dalam tahap selanjutnya yaitu perhitungan luas pada kertas milimeter harus dilakukan dengan teliti agar mendapatkan hasil lebih akurat. Selain itu, sebaiknya dalam pratikum Pengukuran Luas Daun Metode Gravimetri berikutnya, agar waktu pratikum digunakan seefektif mungkin karena sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
Semoga dengan ini kita mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kita dalam mengenal berbagai macam metode pengukuran luas daun. Sebagai calon pendidik (GURU) dimasa akan datang dan dalam meningkatkan pengetahuan tentang ilmu biologi, kita harus mampu menciptakan hal-hal yang baru yang bisa diperhitungkan di kalangan pendidik.
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita dan semua orang yang membacanya. Tentunya dalam pembuatan makalah in masih banyak kesalahan dan kekurangan yang ada. Maka dari itu saya mengharap adanya kritik dan saran yang membangun dalam kesempurnaan makalah ini, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah semata.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gunungwalat.net/id/content/pengukuran-indeks-luas-daun-ild-untuk-menduga-evapotrnaspirasi-dengan-metode-penma-monteteit
http://muherda.blogspot.com/2011/12/indeks-luas-daun-ild-leaf-area-indeks.html
http://wiqk.wordpress.com/2009/08/15/beberapa-metode-yang-digunakan-untuk-mengukur-luas-daun/
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah (pembelahan sel) , pertambahan ukuran (pembentangan sel) dan diferensiasi, tapi bagi peminat argonomi pertumbuhan dapat berarti pertambahan berat kering. Berat kering merupakan tolok ukur yang penting karena mempunyai arti ekonomis. Berat basah biasanya tidak dijadikan tolok ukur kecuali untuk tanaman hortikultura, karena nilainya tidak tetap tergantung pada status air tanaman. Selain pertambahan berat kering, pertambahan tinggi, volume, dan luas daun dapat juga dijadikan tolok ukur pertumbuhan.
Untuk materi kali ini, akan membahas tentang pengukuran luas daun tanaman,dimana luas daun tersebut dapat diamati dengan dua cara yaitu dengan menggunakan alat fotoelektrik misalnya Leaf Area Meter atau dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan metode gravimetri.
Daun merupakan organ fotosintesis utama dalam tubuh tanaman, yang merupakan tempat terjadinya proses perubahan energi cahaya menjadi energy kimia dan tempat produksi karbohidrat (glukosa) yang diwujudkan dalam bentuk bahan kering. Dalam analisis pertumbuhan tanaman, perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran indeks luas daun (ILD), nisbah luas daun (NLD) dan nisbah berat daun (NBD) pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintesis (Sumarsono, )
Beberapa metode pengukuran luas daun yang sering digunakan untuk mengukur luas daun suatu tanaman antara lain :
a) Metode Kertas Milimeter : Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b) Metode Gravimetri : Metode ini pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
c) Planimeter : Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
d) Metode Panjang Kali Lebar : Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.
e) Metode Fotografi : Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter. Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas lempengan acuan tersebut.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah proses atau cara mengukur luas daun pada tanaman dengan menggunakan metode gravimetri dan Leaf Area Meter ( metode timbang) ?
1.3. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui cara mengukur luas daun tanaman dengan menggunakan metode gravimetri dan Leaf Area Meter (metode timbang).
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan tanaman dapat diukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman atau jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi berat kering sangat disukai sebagai ukuran pertumbuhan. Akumulasi berat kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi berat kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif, dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
A. PENGERTIAN DAUN
Daun merupakan organ fotosintetik utama dalam tubuh tanaman, di mana terjadi proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering. Pertumbuhan dan perkembangan daun menjadi perhatian utama. Berbagai ukuran dapat digunakan, seperti pengukuran luas daun dan berat daun pada waktu tertentu. Perubahan-perubahan selama pertumbuhan mencerminkan perubahan bagian yang aktif berfotosintetsis.
Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam mengukur luas daun adalah ketepatan hasil pengukuran dan kecepatan pengukuran. Masing-masing faktor tersebut memiliki kepentingan sendiri dalam penggunaannya, seperti pada pengukuran laju fotosintesis dan proses metabolisme lain tentunya ketepatan pengukuran yang diperlukan. Untuk pengukuran indek luas daun tentunya kecepatan pengukuran yang diperlukan. Namun demikian ketepatan dan kecepatan pengukuran sangat tergantung pada alat dan cara atau teknik pengukuran (Bambang dan Haryadi 2008). Terdapat beberapa cara untuk menentukan luas daun (Guswanto 2009), yaitu :
a) Metode Kertas Milimeter : Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
b) Metode Gravimetri : Metode ini pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
c) Planimeter : Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan banyak waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan planimeter adalah bahwa pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara langsung karena pinggiran daun yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran sekalipun permukaan tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
d) Metode Panjang Kali Lebar : Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan mengukur panjang dan lebar daun.
e) Metode Fotografi : Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama dengan suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui luasnya. Luas hasil foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan salah satu metode yang sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti
planimeter. Luas daun kemudian dapat ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas lempengan acuan tersebut
B. BAYAM
Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tumbuhan yang biasa ditanam untuk dikonsumsi daunnya sebagai sayuran hijau. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik namun sekarang tersebar ke seluruh dunia. Tumbuhan ini dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang penting. Terna semusim yang menyukai iklim hangat dan cahaya kuat. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan tumbuhan C4.
Batang berair dan kurang berkayu. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, berwarna hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga tersusun majemuk tipe tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. Bijinya berwarna hitam, kecil dan keras. Di tingkat konsumen, dikenal dua macam bayam sayur: bayam petik dan bayam cabut. Bayam petik berdaun lebar dan tumbuh tegak besar (hingga dua meter). Daun bayam cabut berukuran lebih kecil dan ditanam untuk waktu singkat (paling lama 25 hari). (http://id.wikipedia.org/wiki/Bayam, 2011)
C. GRAVIMETRI
Pengukuran Luas Daun Metode Gravimetri menggunakan daun bayam, setelah melalui tahap pembuatan pola pada kertas milimeter block. Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
Mengukur Luas Daun dengan metode Gravimetri dengan menggunakan Kertas Millimeter Blok Langkah Pertama yaitu Siapkan Daun yang akan diukur luas daunnya. Pisahkan daun dari akar dan batangnya. Daun dijiplak pada kertas
millimeter block. Dibuat juga pola bujur sangkar dengan sisi berukuran panjang dari daun tersebut. Jiplakan daun dan pola bujur sangkar yang telah dibuat, digunting lalu ditimbang beratnya. Setelah diperoleh angka hasil jiplakan daun dan pola bujur sangkar, serta berat timbangan daun dan pola bujur sangkar, kemudian diukur menggunakan rumus. diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut :
Tabel Luas Pola Bujur Sangkar pada Kertas Milimeter Block
Daun ke- Hasil Pengukuran (cm) Luas Jiplakan Daun (cm2)
S (s x s)
1 9 81
2 9,5 90,25
3 8,8 77,44
4 7,1 50,41
5 5 25
6 6,3 39,69
Tabel Luas Pola Daun Bayam pada Kertas Milimeter Block
Daun ke- Hasil Pengukuran (cm) Luas Jiplakan Daun (cm2)
P L (P x L)
1 9 6,6 59,4
2 9,5 7,2 68,4
3 8,8 5,8 51,04
4 7,1 5,4 38,34
5 5 3,7 18,5
6 6,3 3,5 22,05
Luas daun diperoleh setelah 6 daun dari tanaman bayam diambil dan dicetak di atas kertas, cara ini disebut dengan metode gravimetri. Kertas yang telah tercetak bentuk daun, lalu digunting sesuai dengan bentuknya. Kemudian Buat pola bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya seperti tinggi daun. Dari hasil ini dapat diperoleh indeks luas daun. Indeks luas daun memiliki korelasi dengan besarnya proses fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Semakin tinggi indeks luas daun maka semakin aktif sebuah tanaman dalam melakukan proses fotosintesis.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
Adapun alat yang digunakan yaitu :
1. Alat tulis menulis
2. Penggaris
3. Gunting
4. Timbangan analitik
Bahan :
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Daun tanaman bayam
2. Kertas milimeter block
E. PROSEDUR
1. Siapkan daun tanaman yang akan diukur luas daunnya.
2. Pisahkan daun dari akar dan batangnya.
3. Daun dijiplak pada kertas milimeter block.
4. Dibuat juga pola bujur sangkar dengan sisi berukuran panjang dari daun tersebut.
5. Jiplakan daun dan pola bujur sangkar yang telah dibuat, digunting lalu ditimbang beratnya.
6. Setelah diperoleh angka hasil jiplakan daun dan pola bujur sangkar, serta berat timbangan daun dan pola bujur sangkar, kemudian diukur menggunakan rumus berikut:
Dimana:
L1 = LD = Luas Daun (Cm2)
L2 = Luas pola kertas
M1 = Berat total pola daun/ jiplakan (gram)
M2 = Berat pola bujur sangkar/ jiplakan (gram)
Adapun Perhitungannya yaitu:
Berat Total :
M1 = 0,83 g
M2 = 1,70 g
L1 = 151.5384705
L1 = 151,54 CM2
• Petik beberapa daun yang telah diukur luasnya.
• Letakkan daun pada kertas yang telah disediakan (kertas Koran atau kertas HVS bekas) dan gambar.
• Gunting gambar daun tersebut dan timbang misalnya X gram
Luas daun = X 100 cm2
• Gunting kertas yang sama dengan ukuran 10 cm x 10 cm, kemudian ditimbang misalnya Y gram
X1 = 0.4 X2= 0.6 X3=0.5 Y = 0.6
a. LD1 = X 100 cm2
= x 100 cm2
= 100 cm2
b. LD2 = X 100 cm2
= x 100 cm2
= 150 cm2
c. LD2 = X 100 cm2
= x 100 cm2
= 80 cm2
Jumlah : 100 + 150 + 80 = 330 cm2
Rata-rata : 110 cm2
Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan memetik daun maupun tanpa memetik daun. Bilamana pengukuran harus dilakukan dengan cara memetik daun bersangkutan, maka tanaman mengalami kerusakan daun. Daun-daun tersebut kemudian diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter (LAM) ataupun Metode Timbang. Sebaliknya pengukuran dengan tanpa memetik daun, maka tanaman akan tetap tumbuh baik karena daun-daun tidak berkurang atau bahkan habis terpetik. Pengukuran daun dengan tidak memetik daun dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan atau rumus.
Pengukuran luas daun dengan tidak harus memetik daun merupakan teknik pengukuran yang lebih baik karena tanaman tidak rusak dan pengukuran cepat serta tidak mensyaratkan peralatan yang mungkin sulit tersedianya. Pada karet digunakan persamaan regresi terhadap ukuran panjang dan lebar daun (Suhendry dan Alwi 1987). Pada beberapa tanaman pangan seperti jagung dan kedelai digunakan faktor koreksi terhadap luas daun yang diperoleh dari pengukuran panjang dan lebar daun (Pearce et al. 1988) demikian pula pada daun nangka (Goonasekera 1978).
Pengukuran luas daun dengan menggunakan pendekatan faktor koreksi maupun dengan alat LAM, menunjukkan tingkat kosistensi yang berbeda. Pengukuran yang cepat dan mudah tentunya akan diperoleh dengan menggunakan LAM. Akan tetapi untuk ukuran daun yang besar diperlukan ketelitian ekstra, karena daun-daun berukuran besar perlu dipotong dan kemudian ditata secara hati-hati pada permukaan alat dan saat menutup daun-daun tidak terlipat. Kondisi tenaga batere perlu diperhatikan pula, dengan tingkat kekuatan batere yang mulai melemah akan menghasilkan kesalahan pengukuran. Gejala yang nampak pada saat batere melemah adalah pengulangan pengukuran satu sampel daun yang sama akan memberikan hasil yang berbeda jauh.
Penggunaan LAM sangat baik digunakan untuk mengukur luas daun dari suatu tanaman yang memang dalam percobaan akan dirusak (destruktif). Namun bagi tanaman yang diperlukan untuk pengukuran berulang dan menghindari pengrusakan daun, maka penggunaan teknik pengukuran lainnya diperlukan. Penggunakan teknik pengukuran lainnya akan sangat diperlukan bilamana alat LAM tidak dimiliki atau tidak tersedia. Tanpa merusak daun atau memetik daun dari tanaman, luas daun masih dapat dihitung, yaitu dengan menggunakan faktor koreksi luas daun.
Cara mengukur luas daun memang agak sedikit rumit. Tergantung dari bentuk daun itu sendiri. Untuk daun yang pola nya sederhana epx(daun pisang, daun lengkuas, daun bambu) lebih mudah ketimbang daun yang pola nya rumit exp(daun ketela, daunyodium, daunganja, daunpepayadll).Cara yang dapat dilakukan, dan menurut saya ini cukup simpel (hal yang pernah dilakukan oleh kekasih saya saat melakukan penelitian). Sebelumnya sediakan peralatan dan bahan sebagai berikut:
1.Daun yang akan diukur luasnya.
2.Kertas standart, bisa menggunakan kertas hvs yang kualitasnya bagus.
3.Pensil.
4.Timbangan dengan akurasi tinggi (sebaiknya gunakan timbangan elektrik).
5.Gunting atau alat pemotong kertas yang lain, bisa cutter.
6.Alattulisuntukmencatat.
Prosedur pengukuran:
1. Siapkan daun yang akan diukur, letakkan diatas kertas hvs.
2. Dengan pensil, gambarlah bentuk daun tersebut. Anda harus teliti pada tahap ini.
3. Setelah gambar terbentuk, kemudian potonglah kertas tadi sesuai dengan pola gambar.
4. Timbang bentuk daun dari kertas yang sudah dipotong sesuai pola tadi, misal didapatx=120gr.
5. Sekarang siapkan kertas untuk kalibrasi. Disini tujuannya akan membandingkan berat jenis kertas terhadap berat kertas berpola daunt adi.
6. Misal potong kerta ukuran 10 x 10 cm (terserah anda), kemudian timbanglah kertas tersebut,misalnya didapat y=80gr.
7. Sekarang kita memiliki data kertas dengan ukuran 10 x 10 cm atau sama dengan 100cm2 dengan berat sebesar 80gr. Data kedua, kita memiliki kertas seberat 120gr, tetapi tidak tahu berapa luasnya.
8.Kita buat formula100cm2=80gr,maka1gr=100/80cm2.Atau 1gr=5/4cm2.
9. Sekarang kita hitung perolehan berat pola tadi yaitu 120gr. Jika 1gr=5/4cm2, maka 120gr=120 x 5/4cm2 = 150 cm2
10. Selesai..
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Metode Gravimetri : Metode ini pada prinsipnya luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
Pada pengukuran Luas Daun dengan menggunakan Metode Gravimetri dapat disimpulkan:
1. Metode menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun relatif sederhana dan teratur. Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
2. Berat Total : M1 = 0,84 g dan M2 = 1,70 g
L1= 151,5384705 = 151,54 cm2
B. Saran
Saran yang dapat saya ajukan pada kali ini yaitu pada saat menggambar daun bayam (Amaranthus sp.) yang akan ditaksir luasnya pada kertas milimeter block untuk menghasilkan replika (tiruan) daun, maka dalam tahap selanjutnya yaitu perhitungan luas pada kertas milimeter harus dilakukan dengan teliti agar mendapatkan hasil lebih akurat. Selain itu, sebaiknya dalam pratikum Pengukuran Luas Daun Metode Gravimetri berikutnya, agar waktu pratikum digunakan seefektif mungkin karena sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah sampel banyak.
Semoga dengan ini kita mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kita dalam mengenal berbagai macam metode pengukuran luas daun. Sebagai calon pendidik (GURU) dimasa akan datang dan dalam meningkatkan pengetahuan tentang ilmu biologi, kita harus mampu menciptakan hal-hal yang baru yang bisa diperhitungkan di kalangan pendidik.
Demikian makalah yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita dan semua orang yang membacanya. Tentunya dalam pembuatan makalah in masih banyak kesalahan dan kekurangan yang ada. Maka dari itu saya mengharap adanya kritik dan saran yang membangun dalam kesempurnaan makalah ini, karena segala kesempurnaan hanya milik Allah semata.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gunungwalat.net/id/content/pengukuran-indeks-luas-daun-ild-untuk-menduga-evapotrnaspirasi-dengan-metode-penma-monteteit
http://muherda.blogspot.com/2011/12/indeks-luas-daun-ild-leaf-area-indeks.html
http://wiqk.wordpress.com/2009/08/15/beberapa-metode-yang-digunakan-untuk-mengukur-luas-daun/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar