BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidup sehat dan
memiliki umur yang panjang merupakan
impian semua orang. Namun lingkungan sekitar sudah semakin
tercemar oleh berbagai vector penyakit yang
dapat menimbulkan berbagai penyakit bagi manusia yang sudah terkontaminasioleh
mikroba atau mikroorganisme. Akibatnya banyak racun atau penyakit yang terserap kedalam tubuh dan mengganggu
kesehatan.
Saat ini,
keperluan pangan
seperti air,
udara dan makanan telah banyak tercemar oleh racun dan mikroba, sehingga
apabila melakukan aktifitas makan dan
bernafas
sebenarnya
sedang memasukkan racun kedalam tubuh. Sehingga akan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.
Lalat rumah (M.
domestica) merupakan salah satu vector penyakit karena lalat Musca domestica yang
paling umum dikenal orang karena
lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. Selain dapat mengganggu
ketentraman dalam rumah, lalat rumah dapat
membawa sekitar 100 jenis bakteri
patogen yang dapat mengakibatkan penyakit
pada manusia. Diantaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera,
disentri, tuberkulosis, dan
kecacingan. Penyakit patogen biasanya
terbawa oleh lalat
dari berbagai sumber
seperti sisa-sisa kotoran,
tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan
kotoran manusia, dan sumber-sumber
kotoran yang lain,
kemudian patogen-patogen yang
melekat pada mulut dan bagian tubuh lainnya dipindahkan ke makanan
manusia. Bakteri patogen yang
disebarkan oleh lalat adalah
antara lain Salmonella
typhi, Shigella disentry, Clostridium perfringens, Vibrio
cholera.
Mengingat akan pentingnya kesehatan, maka kami menyarankan
agar selalu melakukan hidup sehat agar orang – orang yang ada disekitar anda selalu
terhindar dari penyakit yang tidak diinginkan
1.2 Rumusan Masalah
Dari
uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Apa hospes dan nama penyakit yang
ditimbulkan oleh Musca domestica?
2. Bagaimana morfologi parasitnya?
3.
Bagaimana
siklus hidup parasitnya?
4.
Bagaimana
patologi dan gejala klinis ?
5.
Bagaimana
pengendalian / pencegahan dari penyakit lalat rumah ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini berdasarkan rumusan
masalah yang terurai di atas:
1.
Untuk
mengetahui hospes dan nama penyakit yang ditimbulkan oleh Musca domestica.
2.
Untuk
mengetahui morfologi parasit.
3.
Untuk
mengetahui siklus hidup parasit Musca
domestica.
4.
Untuk
mengetahui patologi dan gejala klinis.
5.
Untuk
mengetahui cara pengendalian/ pencegahan penyakit lalat rumah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Hospes Dan Nama Penyakit Yang
Ditimbulkan
Berikut adalah
beberapa hospes dari penyakit yang dapat dirtimbulkan oleh lalat rumah (musca domestica). Diantaranya adalah
tipoid, paratipoid, kolera, disentri, tuberkulosis, dan kecacingan.
1.
Usus kecil manusia adalah hospes bagi
penyakit demam Tifoid
2.
Saluran pencernaan manusia adalah
hospes bagi penyakit kolera.
3.
Saluran pencernaan khususnya usus
manusia adalah hospes bagi penyakit disentri.
4.
Saluran pernapasan manusia adalah hospes bagi penyakit TBC
(tuberculossis).
5.
Manusia dan hewan adalah hospes bagi
penyakit cacingan.
2.2 Morfologi Musca domestica
Gambar 2.1 Morfologi Lalat Rumah (sumber
: labparasitologi.blogspot.com)
Gambar 2.2 Morfologi
Lalat Rumah ( Sumber : labparasitologi.blogspot.com )
Keterangan Gambar :
A. Tarsus
B. Antena
C. Torax
D. Mata
E. Sayap
Lalat rumah berukuran sedang,
panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat garis memanjang
pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih lebar
dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir paling besar,
berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah Bagian mulut
atau probosis lalat seperti paruh yang menjulur digunakan untuk menusuk dan
menghisap makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Bagian ujung probosis
terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkapi dengan saluran
halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan diserap. Sayapnya mempunyai
empat garis (strep) yang melengkung ke arah kosta/rangka sayap mendekati garis
ketiga. Garis (strep) pada sayap merupakan ciri pada lalat rumah dan merupakan
pembeda dengan musca jenis lainnya. Pada ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya
mempunyai sepasang kuku dan sepasang. Bantalan disebut pulvilus yang berisi
kelenjar rambut. Pulvilus tersebut memungkinkan lalat menempel atau mengambil
kotoran pada permukaan halus kotoran ketika hinggap di sampah dan tempat kotor
lainnya.
Lalat termasuk dalam kelompok serangga yang berasal dari subordo Cyclorrapha
dan ordo Diptera. Secara morfologi, lalat mempunyai struktur tubuh
berbulu, mempunyai antena yang berukuran pendek dan mempunyai sepasang sayap
asli serta sepasang sayap kecil (berfungsi menjaga kestabilan saat terbang).
Lalat mampu terbang sejauh 32 km dari tempat perkembangbiakannya. Meskipun
demikian, biasanya lalat hanya terbang 1,6-3,2 km dari tempat tumbuh dan
berkembangnya lalat.
Lalat juga dilengkapi dengan sistem
penglihatan yang sangat canggih, yaitu adanya mata majemuk. Sistem penglihatan
lalat ini terdiri dari ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Bahkan
ada beberapa jenis lalat yang memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat.
Model penglihatan lalat ini juga menjadi “ilham” bagi ilmuwan kedokteran untuk
menciptakan sebuah alat pencitraan (scan) baru.
Mata lalat dapat mengindra getaran cahaya 330 kali per detik.
Ditinjau dari sisi ini, mata lalat enam kali lebih peka daripada mata manusia.
Pada saat yang sama, mata lalat juga dapat mengindra frekuensi-frekuensi
ultraviolet pada spektrum cahaya yang tidak terlihat oleh kita. Perangkat ini
memudahkan lalat untuk menghindar dari musuhnya, terutama di lingkungan gelap.
Klasifikasi Lalat Rumah ( Musca domestica ) :
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Arthoropoda
Kelas :
Hexapoda
Ordo :
Diptera
Family :
Muscidae
Genus :
Musca
Spesies : Musca domestica.
2.3 Siklus Hidup atau Daur Hidup Musca domestica
Siklus hidup semua
lalat terdiri dari 4 tahapan, yaitu telur, larva, pupa dan lalat dewasa. Lalat
dewasa akan menghasilkan telur berwarna putih dan berbentuk oval. Telur ini
lalu berkembang menjadi larva (berwarna coklat keputihan) di feses yang lembab
(basah). Setelah larva menjadi dewasa, larva ini keluar dari feses atau lokasi
yang lembab menuju daerah yang relatif kering untuk berkembang menjadi pupa.
Dan akhirnya, pupa yang berwarna coklat ini berubah menjadi seekor lalat
dewasa. Pada kondisi yang optimal (cocok untuk perkembangbiakan lalat), 1
siklus hidup lalat tersebut (telur menjadi lalat dewasa) hanya memerlukan waktu
sekitar 7-10 hari dan biasanya lalat dewasa memiliki usia hidup selama 15-25
hari.
Sumber lain juga
mengatakan hal yang sama bahwa siklus hidup dari lalat rumah itu ada 4 fase,
yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa.
Daur
hidup ada 4 stadium: telur, larva (belatung), pupa dan dewasa. Tergantung pada
temperature. Lama pertumbuhan (telur-dewasa) 6-42 hari. Longevity (lama
kehidupan lalat) 2-3 minggu, pada kondisi dingin hidup sampai 3 bulan. Dalam
kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva,
pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan ukuran
lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130
telur dan menetas dalam waktu 8–16 jam .Pada suhu rendah telur ini tidak akan
menetas (dibawah 12 –13 º C). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna
putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat
dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya,
Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua, panjangnya sama
dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7
hari pada temperatur 30–35 º C, Kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat
terbang antara 450–900 meter, Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat
dewasa 6-20 hari Lalat dewasa panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4
garis yang agak gelap hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap
untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur
sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada
kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang
menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh mencapai 1
kilometer.
2.4 Patologi dan Gejala Klinis
Penyakit
Akibat lalat sangat beragam. Lalat tidak menghasilkan penyakit sendiri, tetapi
lalat sebagai vector (penghantar) penyakit. Melalui lalat, beberapa penyakit
mudah tersebar, apalagi pada daerah-daerah yang kumuh dan kotor.
Penyakit
akibat lalat sebenarnya bisa di hindari, jika saja perilaku hidup sehat dan
lingkungan bersih dari sampah-sampah organik. Serangga lalat merupakan hewan
yang hidup dan berkembang biak di tempat-tempat kotor dan berbau busuk.
Serangga kecil ini sangat mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup, mata
majemuknya terdiri atas ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa
jenis lalat memiliki penglihatan tiga dimensi yang akurat. Saat ini, ditemukan
tidak kurang dari 60.000 – 100.000 spesies lalat di dunia.
Jenis
lalat yang perlu diwaspadai di antaranya lalat rumah (Musca domestica), lalat
hijau (Lucilla seritica), lalat biru (Calliphora vornituria), dan lalat
latirine (Fannia canicularis). Dari keempat jenis tersebut, lalat rumah adalah
yang paling dikenal sebagai pembawa penyakit dan banyak dijumpai di
tempat-tempat yang terdapat sampah basah hasil buangan rumah tangga, terutama
yang kaya zat-zat organik yang sedang membusuk.
Bermacam-macam
mikroorganisme penyebab penyakit menempel di kaki lalat dan rambut-rambut halus
di sekujur tubuhnya. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat biasanya
berhubungan dengan saluran pencernaan. karena perpindahan kuman dan
mikroorganisme dari lalat ke dalam tubuh manusia terjadi secara mekanis. Lalat
dari tempat kotor dan busuk kemudian hinggap di makanan sehingga makanan
terkontaminasi. Mikroorganisme akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan
makanan itu.
Penyakit-penyakit
yang biasanya ditularkan melalui lalat antara lain:
1.
Estamoeba
dysenteriae ( Disentri )
Entamorba hestolyca adalah Organisme yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, kucing, anjing dan babi. Vektornya adalah musca
domestica (lalat rumah) dan kecoa. Penularan terjadi karena makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh kista yang dibawa oleh vektor. Gejala yang
dapat ditmbulkan antara lain; sering buang air besar, fesesnya sedikit-sedikit
dengan lendir dan darah, dan biasanya disertai rasa sakit diperut (kram perut),
dan biasanya tidak demam.
Upaya pencegahannya dengan perbaikan sanitasi lingkungan,
dan pencegahan kontaminasi makanan, pembasmian vektor serta perbaikan cara pembuangan
kotoran yang baik serta cuci tangan setelah defakasi.
2.
Diare.
Gambar 2.5
penderita diare ( sumber : http://www.google.co.id/imgres
)
Diare adalah
suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari
tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare terjadi akibat adanya rangsangan
terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflex mempercepat
peristaltic usus.
Gejala
dari diare, yaitu :
a
bayi atau anak menjadi cengeng dan
gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b
tinja bayi encer, berlendir, atau
berdarah
c
warna tinja kehijauan akibat bercampur
dengan cairan empedu
d
anusnya lecet
e
gangguan gizi akibat intake (asupan)
makanan yang kurang
f
muntah sebelum atau sesudah diare
g
dehidrasi (kekurangan cairan)
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya
yang mudah dilakukan yaitu :
a. Penyiapan makanan
yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita
makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan
perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
b. Penyedikan air minum
yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih
c. Sanitas air
yang bersih
d. kebersihan
perorangan
e. Cucilah dengan
sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena
penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga
kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota
keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan
untuk sikecil.
Sebelum diberikan obat yang tepat maka
pertolongan
pertama
pengobatan diare ialah mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang
berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena
dehidrasi dapat mengakibatkan kematian.
2.
Typhoid.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi
akut usus halus.
Proses patogenesis / masuknya penyakit
ini ialah dengan proses masuknya organisme S. typhi masuk dalam tubuh manusia melalui makanan dan
air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan lympoid plak peyeri di ileum
terminalis yang hypertrofi. Bila terjadi komplikasi perdarahan dan
perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia, masuk aliran limfe mencapai
jaringan limfe mesenterial, dam masuk aliran darah melalui duktus torasikus. S.
typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S.
typhi bersarang di plak peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain sistem
retikuloendotelial. Endotoksin S. typhi berperan dalam proses inflamasi
lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembangbiak. S. typhi dan
endotoksiknya merangsang sinstesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada
jaringan yang meradang, sehingga terjadi demam.
Gejala-gejala yang timbul berfariasi.
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya, yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual,
muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan
epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu badan.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi
relatif, lidah tifoid (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, dan tremor),
hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa somnolen
sampai koma, sedangkan roseolae jarang ditemukan pada orang indonesia.
Gejala klinis demam tifoid pada anak
biasanya lebih ringan jika dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi
rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
3.
Kolera ( Vibrio cholera )
Penyakit kolera (cholera) adalah
penyakit infeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin
(racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai
muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari
kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi.
Gejala dari kolera :
a. Diare yang encer dan berlimpah tanpa
didahului oleh rasa mulas atau tenesmus.
b. Feaces atau kotoran (tinja) yang
semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air
cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk.
c. Feaces (cairan) yang menyerupai air
cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.
d. Diare terjadi berkali-kali dan dalam
jumlah yang cukup banyak.
e. Terjadinya muntah setelah didahului
dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya.
f. Kejang otot perut bisa juga
dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat.
g. Banyaknya cairan yang keluar akan
menyebabkan terjadinya dehidrasi dengan tanda-tandanya seperti ; detak jantung
cepat, mulut kering, lemah fisik, mata cekung, hypotensi dan lain-lain yang
bila tidak segera mendapatkan penangan pengganti cairan tubuh yang hilang dapat
mengakibatkan kematian.
Penderita yang mengalami penyakit kolera harus segera
mandapatkan penaganan segera, yaitu dengan memberikan pengganti cairan tubuh
yang hilang sebagai langkah awal. Pemberian cairan dengan cara Infus/Drip
adalah yang paling tepat bagi penderita yang banyak kehilangan cairan baik
melalui diare atau muntah. Selanjutnya adalah pengobatan terhadap infeksi yang
terjadi, yaitu dengan pemberian antibiotik/antimikrobial seperti Tetrasiklin,
Doxycycline atau golongan Vibramicyn. Pengobatan antibiotik ini dalam waktu 48
jam dapat menghentikan diare yang terjadi.
4.
Tuberculosis
( TBC )
Kuman Tubercullosis penyebab penyakit
paru yang merebak setelah maraknya penularan HIV/AIDS, menurut beberapa
peneliti juga dapat disebarluaskan oleh lalat rumah. Menurut Lambor yang
bekerja di Nyasaland menemukan kuman tuberculosa bisa bertahan hidup di dalam
tubuh lalat sampai 1 minggu, kuman tuberculosa menempel pada kaki lalat sewaktu
hinggap pada dahak penderita TBC dan bercampur debu dan terhisap bersama udara
pernafasan dan kuman pindah ke tubuh orang sehat dengan cara memakan makanan
yang sudah terkontaminasi.
5.
Cacingan
Salah satunya disebabkan oleh
cacing pita ( Taenia sp ) bentuknya panjang pipih menyerupai pita, kepalanya kecil dan
mempunyai kait untuk melekatkan diri pada dinding usus. Cacing pita mempunyai
banyak jenis, tetapi ada tiga yang biasa dikenal yaitu cacing pita daging,
cacing pita ikan dan cacing pita babi. Jenis cacingan ini disebabkan
pengkonsumsian daging (terutama sapi dan babi) yang mengandung cacing pita dan
memasaknya kurang matang.
Gejala atau tanda terinfeksi cacing pita antara lain : perut
terasa mulas dan mual, kadang perih dan tajam menusuk-nusuk tetapi akan hilang
sesudah makan. Selain itu muka pucat, pusing, kurang nafsu makan, dan feses
berlendir.
2.5
Pengendalian / pencegahan penyakit Lalat
Rumah
1
Perbaikan
Hygiene dan sanitasi lingkungan.
Perbaikan Hygiene dan sanitasi
lingkungan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam usaha
menganggulangi berkembangnya populasi lalat baik dalam lingkungan peternakan
maupun pemukiman. Selain murah dan sederhana juga efektif serta tidak
menimbulkan efek-efek samping yang membahayakan lingkungan
a)
Mengurangi
atau menghilangkan tempat perindukan lalat.
1)
Kandang
ternak
a
Kandang
harus dapat dibersihkan
b
Lantai
kandang harus kedap air, dan dapat disiram setiap hari
c
Terdapat
saluran air limbah yang baik.
2)
Kandang
ayam dan burung
a
Bila
burung/ternak berada dalam kandang dan kotorannya terkumpul disangkar, kadang
perlu dilengkapi dengan ventilasi yang cukup agar kandang tetap kering.
b
Kotoran
burung/ternak dapat dikeluarkan dari sangkar dan secara interval (disarankan
setiap hari) dibersihkan
3)
Timbunan
kotoran ternak.
Timbunan
pupuk kandang yang dibuang ke permukaan tanah pada temperatur tertentu dapat
menjadi tempat perindukan lalat. Sebagai upaya pengendalian, kotoran sebaiknya
diletakkan pada permukaan yang keras/semen yang dikelilingi selokan agar lalat
dan pupa tidak bermigrasi ke tanah sekelilingnya. Pola penumpukan kotoran
sacara menggunung dapat dilakukan untuk mengurangi luas permukaan. Tumpukan
kotoran sebaiknya ditutupi plastik untuk mencegah lalat meletakkan telurnya dan
dapat membunuh larva karena panas yang diproduksi oleh tumpukan kotoran akibat
proses fermentasi.
4)
Kotoran
Manusia
Jamban yang memenuhi syarat
kesehatan sangat diperlukan guna mencegah perkembangbiakan lalat pada
tempat-tempat pembuangan faces. Jamban setidaknya menggunakan model leher angsa
dan berseptic tank. Selain itu, pada pipa ventilasi perlu dipasang kawat kasa
guna mencegah lalat masuk dan berkembang biak di dalam septic tank
5)
Sampah
basah dan sampah organic
Pengumpulan, pengangkutan dan
pembuangan sampah yang dikelola dengan baik dapat menghilangkan media
perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah
tidak ada, sampah dapat dibakar atau dibuang ke lubang sampah, dengan catatan
bahwa setiap minggu sampah yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan
tanah. Dalam cuaca panas, larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa hanya
dalam waktu 3 –4 hari.
6)
Tanah
yang mengandung bahan organik.
Lumpur dan lumpur organik dari air
buangan disaluran terbuka, septic tank dan rembesan dari lubang penampungan
harus di hilangkan. Saluran air dapat digelontor. Tempat berkembang biak lalat
dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu dipelihara dengan baik,
Air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat dikurangi. Tindakan
pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat pengolahan dan pengasinan ikan,
lantainya terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan.
b)
Mengurangi
Sumber yang menarik lalat
Mengurangi sumber yang menarik lalat
dapat dilakukan dengan:
1.
Menjaga
kebersihan lingkungan
2.
Membuat
saluran air limbah (SPAL)
3.
Menutup
tempat sampah
4.
Industri
yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang alat pembuang
bau.
c)
Mencegah
kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal
dari kotoran manusia, bangkai binatang, sampah basah, lumpur organik dan orang
yang sakit mata. Cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang
mengandung kuman, dapat dilakukan dengan:
1.
Membuat
konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa kontak dengan
kotoran.
2.
Mencegah
lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, dan penderita sakit
mata.
3.
Mencegah
agar lalat tidak masuk ke tempat sampah pemotongan hewan dan bangkai binatang.
2. Dengan
cara kontak langsung
a.
Metode
fisik
b.
Metode
kimia
c.
Metode
biologi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Hospes
adalah tempat hidup atau perkembangbiakkan suatu penyakit atau parasit. Beberapa hospes
dari penyakit yang dapat dirtimbulkan oleh lalat rumah (musca domestica). Diantaranya adalah tipoid, paratipoid, kolera,
disentri, tuberkulosis, dan kecacingan.
2.
Lalat rumah
berukuran sedang, panjangnya 6-7,5 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat
garis memanjang pada bagian punggung. Mata lalat betina mempunyai celah lebih
lebar dibandingkan lalat jantan. Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas terakhir
paling besar, berbentuk silinder dan memiliki bulu pada bagian atas dan bawah.
3.
Daur hidup
lalat rumah ada 4 stadium: telur, larva (belatung), pupa dan dewasa.
4.
Ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh lalat rumah
ini yaitu tipoid, kolera, disentri, tuberculosis, dan cacingan
5.
Pengendalian atau pencegahan dari penyakit lalat itu
adalah dengan pola hidup sehat dan memperbaiki sanitasi lingkungan.
3.2 Sarsan
Melalui
makalah ini penulis sangat mengharapkan kepada pembaca ataupun masyarakat agar
selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya karena segala penyakit itu sebagian besar penyebabnya adalah kurang
terjaganya salinitas maupun sanitasi lingkungan. Tentunya kita tidak ingin ada
orang – orang tersayang yang terkena penyakit yang bisa saja mematikan.
Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan penulisan
selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Brotowidjoyo, M.D.,
1987. : parasit dan Parasitisme. Media Sarana Press, Jakarta.
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/aspirator/article/.
Gambar-morfologi-lalat-rumah-musca:
http.pancarahmat ( 30 mei 2012 )
Lalat-dan-pengendaliannya
: http.kesmas-unsoed.info ( 04 april 2011 )
Morfologi-musca-domestica
: http. Fejournal.litbang.depkes
penyakit-akibat-lalat :
http. Psychologymania ( 08 juni 2012 )
Penyebab-disentri :
http. Kesehatan123
Penyakit-kolera :
http.adaaradisini ( oktober 2010 )
Siklus-hidup-lalat
: http.id.shvoong ( 13 januari 2013 )
Wuchereria – bancrofti
: http.vitaayu ( 02 april 2012 )
http://d5d.org/klasifikasi-lalat#.UWfiaNnHSpE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar