Entri Populer
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat me...
-
I. Pengertian Makna Menurut Para Ahli (minimal 3 ahli) dan Letak Kesamaan dan Perbedaannya……?? Pengertian Makna Menurut 3 Ahli Yaitu : a...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fasciola sp merupakan suatu parasit cacing pipih dari kelas Trematoda, filum Platyhelmi...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang kompl...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat dan memiliki umur yang panjang merupakan impian semua orang . Namun li ng...
-
Penutup tubuh Pada tubuh semua jenis hewan memiliki penutup untuk menahan protoplasma di dalamnya, untuk memberikan perlindungan fisik, dan ...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Secara umum pertumbuhan meliputi pertambahan jumlah (pembelahan sel) , pertambahan ukuran (pemb...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat me...
-
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaring...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang...
Senin, 30 September 2013
metode penelitian
Metode penelitian kualitatif
Metode penelitian kualitatif sudah dipakai sejak tahun 1960’an di berbagai bidang seperti pendidikan, politik, psikologi, sejarah, antropologi, ekonomi, komunikasi, studi media dan ilmu-ilmu humaniora (bahasa, sastra, seni, filsafat dan agama) dan terbukti handal untuk menjawab masalah yang tidak bisa dijangkau oleh metode penelitian kuantitatif, pertanyaan sebagaimana judul di atas tetap saja muncul hingga saat ini. Sebagai peminat metodologi penelitian, pada saat ujian disertasi untuk menyelesaikan studi doktor saya pun pernah ditanya ‘mengapa anda hanya meneliti empat orang sebagai subjek penelitian dan apakah hasilnya bisa digeneralisasikan, dan apakah model penelitian semacam itu ilmiah?’.
Pertanyaan semacam itu sudah saya duga sebelumnya, sehingga dengan gampang saya menjawabnya. Saya memulai dengan memberikan argumen tentang nalar dasar metode penelitian kualitatif di bawah payung paradigma interpretif (maaf, bukan interpretatif – sebagaimana yang sering saya baca dan dengar dari para mahasiswa dan dosen). Interpretif dan interpretatif merupakan dua istilah yang maknanya jauh berbeda. Interpretif merupakan istilah dalam filsafat ilmu untuk menggambarkan cara pandang yang kontras dengan positivistik, sedangkan interpretatif, menurut Given (2008: 458), merupakan proses memberi makna temuan penelitian menjadi bahasa yang mudah dipahami masyarakat umum.
Sepertinya tidak puas dengan jawaban yang saya sampaikan, penguji melanjutkan dengan pertanyaan ‘bukankah analisis data anda sebenarnya hanya hasil pikiran anda yang subjektif, sehingga sulit disebut ilmiah?’. Lagi-lagi saya menjawabnya juga dengan berpedoman pada nalar dasar penelitian kualitatif, bahwa peneliti memang instrumen utama penelitian. Sebagai instrumen utama, dia yang mencari tema, menyusun desain, membaca teori yang relevan, merumuskan fokus dan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis data hingga membuat kesimpulan. Bahkan dia sendiri pula yang menentukan bahwa datanya sudah cukup dan penelitiannya sudah selesai atau belum. Tetapi perlu disadari bahwa melakukan semua tahapan dan proses penelitian secara sendiri tidak berarti melakukan sesuatu dengan semau dan sendirinya. Ada rambu-rambu dan pedoman yang harus dijadikan pegangan sebagaimana kegiatan ilmiah yang lain.
Rambu dan pedoman itu sudah dikembangkan oleh para penggagas metode penelitian kualitatif sejak awal metode tersebut dipakai oleh para pakar di lingkungan aliran Chicago (school of Chicago) --- sekarang menjadi Universitas Chicago. Semula metode ini hanya dipakai dalam bidang antropologi dan sosiologi. Rambu-rambu yang dimaksud meliputi cara pandang (paradigm), hakikat, tujuan dan proses serta prosedur yang dilalui. Kesemuanya memang berbeda sangat tajam dengan metode penelitian kuantitatif yang sudah ada jauh sebelumnya. Saya sadar bahwa penguji yang menyampaikan pertanyaan kepada saya pada saat ujian disertasi memang berasal dari fakultas kedokteran dan selama ini bergelut dalam dunia positivistik. Para penanya itu tidak salah, tetapi mereka memang berada dalam alam pikiran yang berbeda dengan yang saya lakukan. Karena itu, adalah tugas saya sebagai orang yang diuji untuk menjelaskan dengan cara yang arif.
Kembali ke judul tulisan di atas ‘apakah metode penelitian kualitatif ilmiah?’. Jika yang dimaksudkan ilmiah adalah ketersediaan data yang konkret atau empirik dan dapat diukur dengan angka dalam rumus statistik, jelas metode penelitian kualitatif tidak ilmiah. Sejak awal kelahirannya, metode penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menangkap arti secara mendalam dari suatu peristiwa, gejala, fakta, realitas dan masalah tertentu. Justru untuk memperoleh arti yang mendalam itu tidak mungkin dilalui hanya dengan melihat yang tampak (empirik) lewat kuesioner dan uji laboratorium dan analisis statistik. Kedalaman makna hanya bisa dilalui dengan wawancara mendalam dan obervasi menyeluruh pada peristiwa yang diteliti.
Selanjutnya jika yang dimaksud ilmiah adalah bahwa hasil penelitian bisa digeneralisasikan, maka metode penelitian kualitatif tidak bisa digolongkan sebagai karya ilmiah. Sebab, tujuan penelitian kualitatif memang tidak untuk membuat generalisasi dari temuan yang diperoleh. Istilah generalisasi (generalization) tidak dikenal dalam penelitian kualitatif. Sebagai padanannya dikenal istilah transferabilitas (transferability) dalam penelitian kualitatif. Tetapi maknanya sangat berbeda. Jika generalisasi merupakan rumusan atau temuan penelitian yang dapat berlaku dan diperlakukan secara umum bagi semua populasi yang diteliti, maka transferabilitas artinya adalah hasil penelitian kualitatif bisa berlaku dan diberlakukan di tempat lain manakala tempat lain yang dimaksudkan itu memiliki ciri-ciri yang mirip atau kurang lebih sama dengan tempat atau subjek penelitian diteliti. Selain itu, menurut Jensen (dalam Given, 2008: 886), transferabilitas juga diartikan sebagai proses menghubungkan temuan yang ada dengan praktik kehidupan dan perilaku nyata dalam konteks yang lebih luas.
Metode penelitian kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif yang jumlah populasi atau partisipannya besar biasanya peneliti menggunakan sampel. Karena itu, sampel yang dipilih harus memenuhi syarat keterwakilan agar hasilnya dapat berupa generalisasi. Semakin sampelnya representatif, maka semakin tinggi peluang generalisasi yang dihasilkan, dan sebaliknya. Dengan demikian, pertanyaan berapa jumlah populasi dan sampel yang diteliti sangat wajar dan seharusnya memang begitu.
Sebaliknya, transferabilitas dapat diperoleh jika peneliti bisa menggali kedalaman informasi dan mampu mengabstraksikan temuan substantif menjadi temuan formal berupa thesis statement. Sebagaimana pernah dikupas dalam tulisan-tulisan sebelumnya, yang dimaksudkan dengan temuan substantif adalah rumusan yang diperoleh peneliti sebagai jawaban atas fokus penelitian yang diajukan di awal. Dengan demikian, ketika peneliti kualitatif sudah berhasil merumuskan temuan sebenarnya penelitian belum bisa dikatakan selesai. Sebab, ia masih harus menyelesaikan satu tahapan --- yang justru sangat penting ---, yakni merumuskan temuan substantif menjadi temuan formal. Bagi penelitian untuk kepentingan penulisan disertasi, rumusan temuan formal wajib dilakukan.
Ada dua hal yang mesti diperhatikan oleh peneliti kualitatif untuk meningkatkan transferabilitas, yaitu:
(1) seberapa dekat subjek yang diteliti atau informan yang diwawancarai dengan konteks atau tema yang diteliti, dan
(2) batasan kontekstual (contextual boundaries) dari temuan.
Menurut Jensen (dalam Given, 2008: 886), ada dua strategi yang bisa dipakai peneliti untuk meningkatkan derajad transferabilitas, yakni:
(1) ketersediaan data yang memadai (thick description of data), dan
(2) pemilihan subjek atau partisipan yang dipilih secara purposif.
Yang dimaksud dengan deskripsi data yang memadai (thick) jika peneliti bisa menyediakan informasi yang lengkap mengenai konteks, partisipan (subjek dan informan), dan desain penelitian yang jelas sehingga pembaca bisa membuat kesimpulan mengenai transferabilitas yang dihasilkan. Untuk memenuhi harapan itu, pilihlah informan yang menguasai tema yang diteliti. Dengan demikian, pertanyaan berapa banyak subjek dan informan dalam penelitian kualitatif --- sebagaimana saya alami --- sama sekali tidak relevan. Yang menjadi persoalan bukan jumlah subjek dan informan penelitiannya, melainkan kedalaman informasi yang diperoleh.
Berikutnya lagi terkait dengan teori. Jika yang dimaksud ilmiah ialah ketiadaan pembuktian teori, maka metode penelitian kualitatif jelas tidak ilmiah. Sebab, metode kualitatif memang tidak dimaksudkan untuk membuktikan dan menguji teori, melainkan mengembangkan teori. Mengembangkan tidak berarti membuat teori yang baru sama sekali. Menghaluskan teori atau konsep yang sudah ada sebelumnya oleh peneliti terdahulu bisa disebut sebagai pengembangan teori.
Setelah teori pertanyaan lainnya menyangkut hipotesis. Jika yang dimaksudkan ilmiah ialah ketersediaan hipotesis, maka jelas pula bahwa metode penelitian kualitatif tidak tergolong kerja ilmiah. Berbeda dengan metode penelitian kuantitatif yang harus dilengkapi dengan hipotesis untuk selanjutnya dibuktikan, maka metode penelitian kualitatif sebagaimana dinyatakan Devis (dalam Given, 2008: 408) tidak memerlukan hipotesis. Kalaupun ada, hipotesis itu bukan untuk dibuktikan, melainkan sebagai panduan agar penelitian bisa fokus ke tema atau isu tertentu. Semakin peneliti bisa terfokus pada isu tertentu, semakin dia memperoleh pemahaman yang mendalam. Sekadar mengingatkan, hipotesis adalah dugaan sementara atau atau pernyataan tentatif mengenlzaimai hubungan antarvariabel, antara variabel bebas dan variabel terikat.
Istilah ‘variabel’ pun sebenarnya tidak begitu relevan dipakai dalam metodologi penelitian kualitatif karena topik atau masalah yang diangkat di dalam penelitian kualitatif tidak bisa dipisah-pisah menjadi bagian-bagian yang lazimnya disebut ‘variabel’ dalam tradisi positivistik.
Yang terakhir menyangkut proses dan prosedur penelitian. Jika yang dimaksud ilmiah adalah proses penelitian harus berlangsung secara linier, maka jelas penelitian kualitatif tidak bisa disebut ilmiah. Sebab, proses penelitian kualitatif tidak berlangsung secara linier, melainkan siklus. Siklus artinya tahapan-tahapan penelitian mulai identifikasi masalah, pengumpulan data, hingga analisis dan penyimpulan data bisa berlangsung tidak berurutan. Misalnya, ketika peneliti sampai pada tahap analisis data dan ternyata informasi terkait data tersebut tidak lengkap, atau lengkap tetapi tidak jelas, maka peneliti bisa melakukan pengumpulan data kembali. Fokus penelitian pun bisa diubah ketika di lapangan peneliti menemukan isu yang lebih penting dan menarik untuk diangkat. Bahkan saya teringat ada judul penelitian disempurnakan setelah semua selesai untuk disesuaikan dengan hasil akhir penelitian dan untuk kepentingan publikasi yang lebih luas.
PTK ( Penelitian Tindakan Kelas )
Menurut Amat Jaedun (2008), penelitian tindakan kelas PTK adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya (metode, pendekatan, penggunaan media, teknik evaluasi dsb).
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan didalam kelas. Penelitian tindakan kelas dapat dijadikan sarana bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif. Penelitian tindakan kelas juga merupakan kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai guru, karena (Sukanti, 2008):
1. Penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran dikelasnya. Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang guru dan siswa lakukan.
2. Peneltian tindakan kelas meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan tanpa adanya upaya perbaikan dan inovasi namun dia bisa menempatkan dirinya sebagai peneliti dibidangnya.
3. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu pengkajian yang terdalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya.
4. Penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru karena tidak perlu meninggalkan kelasnya.
Mengingat pentingnya penelitian tindakan kelas tersebut diatas, guru hendaknya mulai melakukan dan meningkatkan penelitiannya baik secara kuantitas maupun kualitas. Untuk mendorong dan memfasilitasi guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas, pemerintah secara rutin menyediakan dana block grant untuk penulisan karya ilmiah melalui penelitian tindakan kelas.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas secara umum dilaksanakan untuk memecahkan pemasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Disamping itu penelitian tindakan kelas dapat menumbuhkan sikap mandiri dan kritis guru terhadap situasi dan keadan didalam kelas yang diajarnya. Adapun tujuan lain dari penelitian tindakan kelas menurut Sukanti (2008) dan Ani W (2008) yaitu :
1. Memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
3. Mengidentifikasi, menemukan solusi dan mengatasi masalah pembelajaran dikelas agar pembelajaran bermutu.Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
5. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya pendekatan, strategi, metode, media pembelajaran).
6. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
7. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum dan asumsi.
Metode penelitian deskriptif
Pada dasarnya, teori psikologi yang penting berkembang dari penelitian deskriptif. dengan tujuan mengamati dan merekam perilaku. begitu pula dengan anda, sebelum anda memulai penelitian, ada baiknya anda mempelajari Metode Penelitian terlebih dahulu agar sesuai dan hasilnya pun bisa membanggakan. sebagai contoh mengenai psikologi, seorang psikolog mungkin mengamati tingkatan dimana Manusia saling membutuhkan sesamanya. penelitian deskriptif tidak dapat mengungkapkan apa penyebab beberapa gejala yang terjadi, tetapi dapat mengungkapkan informasi penting mengenai perilaku dan sikap manusia.
Metode penelitian deskriptif meliputi pengamatan, survei dan wawancara, tes-tes yang terstandardisasi. kita akan mempelajari ketiga metode tersebut secara ringkas namun sederhana. adapun ketiga metode penelitian deskriptif adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan
Kita harus memiliki beberapa gagasan mengenai apa yang kita cari. kita harus mengetahui siapa yang kita amati, kapan dan dimana kita akan mengamati, dan bagaimana kita akan melakukan pengamatan. Jenis pengamatan ini menuntut sekumpulan keterampilan yang penting. kita mungkin tidak mengetahui apa yang ingin kita cari, tidak mengingat apa yang kita lihat, tidak menyadari bahwa apa yang kita cari bisa berubah dari waktu ke waktu, dan tidak mengomunikasikan pengamatan kita secara efektif. Oleh karena itu, kita juga perlu mengetahui dalam bentuk apa pengamatan akan dicatat. tertulis, dengan perekam suara, atau video.
2. Survei dan Wawancara
Salah satu teknik atau metode terbaik dalam mendapatkan informasi adalah dengan wawancara, metode terkait yang secara khusus berguna untuk mendapatkan informasi dari berbagai orang adalah dengan survei atau kuesioner. survei dan wawancara dapat menggali pokok bahasan yang luas, dari keyakinan agama sampai kebiasaan seksual misalnya. Namun, satu masalah dengan survei dan wawancara adalah kecenderungan untuk menjawab pertanyaan. mereka akan menjawab pertanyaan yang mereka pikir bisa membuat pewawancara terkesan dengan menambah-nambahkan ataupun mengurangi apa yang ada.
3. Tes Terstandardisasi
Menuntut Orang-orang untuk menjawab serangkaian pertanyaan tertulis atau lisan atau terkadang keduanya. sebuah tes terstandardisasi memiliki dua ciri khas: jawaban individu dihitung untuk menghasilkan skor tunggal, atau sekumpulan skor yang mencerminkan sesuatu mengenai individu, dan skor individu dibandingkan dengan skor pada kelompok yang lebih besar yang terdiri atas orang-orang serupa untuk menentukan bagaimana jawaban individu dibandingkan secara relatif dengan orang lain. salah satu tes terstandardisasi yang digunakan secara luas adalah tes kecerdasan dan skor-skor pada tes ini seringkali dinyatakan dalam persentil (perbandingan).
Itulah ketiga metode penelitian deskriptif yang saya simpulkan secara ringkas. mungkin ada tambahan mengenai metode tersebut dari anda, silahkan anda cantumkan di kolom komentar. semoga metode tersebut bermanfaat bagi anda . terima kasih
persilangan monohibrid dan dihibrit
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat Drosophila dengan maksud untuk membuktikan Hukum Mendel I. Pada kasus dominant penuh, keturunan yang didapat pada F2 akan menunjukkan perbandingan fenotip dominan dan resesif 3 : 1 atau perbandingan genotip 1 : 2 : 1. Analisa dengan uji X2 hanya dilakukan untuk perbandingan fenotipnya. Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan individu jantan dan betina dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hati tanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2). Persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.
Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta perbandingannya.
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel, baik pada persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah sifat keturunan dari hasil persilangan monohybrid dan persilangan dihibrid melelui hokum Mendel?
C. TUJUAN
Mempelajari dan membedakan sifat dari keturunan hasil persilangan monohybrid dan persilangan dihibrid melalui hukum Mendel
BAB II
PEMBAHASAN
Persilangan monohibrida adalah dasar untuk ilmu genetika Mendel. Persilangan semacam itu dapat terjadi dalam semua kelompok organisme utama yang bereproduksi secara seksual. Dominansi adalah interaksi antar alel, dan alel yang dominan biasanya adalah yang menghasilkan produk yang fungsional sedang alel yang resesif adalah yang tidak menghasilkan. Oleh karena itu, fenotip yang normal atau yang berjenis liar adalah yang paling sering diproduksi ketika ada alel yang dominan. Persilangan monohibrid juga dikatakan sebagai perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Misalnya warna bunga adalah karakter tanaman yang diamati. Mendel melihat ada dua sifat dari karakter warna bunga tanaman kacang kapri, yaitu warna ungu dan warna putih. Bila tanaman kacang kapri berbunga ungu disilangkan dengan tanaman kacang kapri berbunga putih, maka generasi anakan mereka adalah 100% tanaman berbunga ungu.
Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Dalam percobaannya tentang prinsip berpangan secara bebas (Hukum Mendel II), Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu biji bulat berwarna kuning dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau. Dalam membuat perhitungan prediksi kombinasi alel pada tanaman dua jenis, Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat itu berpisah secara bebas terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet.
Terminology
Untuk mengerti jalannya penelitian Mendel perlu dikenal beberapa istilah
a) P = Parental
b) F = Filia, F1,F2,F3…..
c) Fenotif = karakter (sifat ) yang dapat kita amati (bentuk, ukuran, warna, golongan darah, dan sebagainya).
d) Genotif = susunan genetic suatu individu (jadi sesuatu yang tidak dapat diamati).
e) Genotif suatu individu di beri simbul dengan huruf dabel, karena individu itu umumnya diploid misalnya:
RR = genotif untuk tanaman berbunga merah
rr = genotif untuk tanaman berbunga putih
a) Homozigotik adalah sifat suatu individu yang genotifnya terdiri dari gen-gen yang sama dari setiap jenis gen. (misalnya RR, rr, AA,BB)
b) Heterozigotik adalah sifat suatu individual yang genotifnya yang terdiri dari gen-gen yang berlainan( misalnya Rr,Aa,AaBb.)
I. PERSILANGAN MONOHIBRID
Mendel mengambil serbuk sari dari bunga tanaman yang bijinya berlekuk dan diserbukkan pada putik dari bunga tamaman yang bijinya bulat. Semua keturunan F1 yang berupa suatu hybrid berbentuk tanama yang bijinya bulat. Ketika menyilangtanam-tanaman F1 didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip kira-kira 3 biji bulat : 1 biji berlekuk.
P : genotip : BB X genotip : bb
Fenotip: Bulat ( homozigotik) fenotip: Berkerut ( homozigotik)
F1 : genotip: Bb
Fenotip: Semua bulat ( heterozigotik )
F1xF2 : genotip: Bb X genotip: Bb
Fenoti: Bulat ( heterozogotik) fenotip: Bulat ( heterozigotik)
Meiosis
Serbuk sari 2 macam: B dan b
Sel telur 2 macam: B dan b
F2:
B b
B BB
Bulat 1 Bb
Bulat 2
B Bb
Bulat 3 Bb
Berkerut 4
Disini tampak bahwa bila terdapat dominasi sepenuhnya, maka persilangan monohybrid menghasilka 4 kombinasi dalam keturunan dengan perbandingan fenootip 3 : 1. Juga dapat diketahui bahwa suatu individu dapat memiliki fenotip sama ( contohnya tanaman berbiji bulat ) tetapi memiliki genotip yang berlainan ( contohnya BB dan Bb).
Dari percobaa di atas Mendel dapat mengambil kesimpulan bahwa pada waktu pembentukan gamet-gamet ( serbuk sari da sel telur ) maka ge-gen yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi ( memisah), sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja.
1) PERSILANGAN RESIPROK
Persilangan resiprok (persilangan kebalikan) ialah persilangan yang merupakan kebalikan dari persilangan yang semula dilakukan. Sebagai contoh dapat digunakan percobaan Mendel lainnya:
H = gen yang menentukan buah polong berwarna hijau
h = gen yang menentukan buah polong berwarna kuning
Mula-mula serbuk sari dari bunga pada tanaman berbuah polong hijau diserbukkan pada putik bunga pada tanaman berbuah polong kuning. Pada persilangan berikutnya cara tersebut di atas dibalik. Dari kedua macam persilangan tersebut ternyata didapatkan keturunan F1 maupun F2 yang sama.
P hh X HH
Kuning hijau
F1: Hh
hijau
serbbuk sari: H dan h
sel telur: H dan h
F2: HH= polong hijau
Hh= polong hijau
Hh= polong hijau
hh= polong kuning
Persilangan resiproknya
P : HH X hh
Hijau kuning
F1 : Hh
Hijau
Serbuk sari : H dan h
Sel telur : H dan h
F2 : HH = polong hijau
Hh = polong hijau
Hh = polog hijau
hh = polong kuning
2) Persilanga kembali (backcross)
Merupakan persilangan antara hibrit F1 dengan induknya jantan atau betina.
Contoh : marmot
B = gen untuk wara hitam
b = gen untuk wara putih
Marmot jantan hitam homozigotik BB dikawinkan dengan marmot betina putih homozigotik bb menghasilkan keturunan F1 seragam, yaitu Bb berwarna hitam. Jika marmot F1 disilangkan kembali dengan induk jantan (hitam homozigotik) maka semua marmot F2 berwarna hitam, miskipun genotifnya berbeda.
P : BB X bb
Hitam putih
F1 : Bb
Hitam
Backcross : BB X Bb
Hitam hitam
F2 :
B
B BB (hitam)
b Bb (hitam)
3) Uji silang (testcross)
Merupakan persilangan antara hybrid F1 dengan individu yang homozigitik resesif. Jika digunakan induk seperti pada contoh di atas, hybrid F1 dikawinka dengan induk betina (homozigotik resesif). Uji silang pada monohybrid ini menghasilkan ketuurunan dengan perbandingan fenotip maupun genotif sebagai 1 : 1. Jadi , uji silang itu dapat merupakan backcross, akan tetapi belum tentu ujisilang.
P : BB X bb
Hitam putih
F1 : Bb
Hitam
Ujisilang : Bb x bb
Hitam putih
F2 :
B B
b Bb (hitam) bb (putih)
4) Sifat intermedier
Sifat intermedier adalah sifat diantara yang dimiliki oleh kedua induknya. Sebagai contoh dapat digunakan penyerbukan silang pada tanaman Bunga pukul empat (Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari berasal dari tanaman berbunga merah homozigotik (genotif MM )diberikan kepada putik dari tanaman berbunga putih (genotif mm ). Maka, didapatkan F1 heterozigot berbunga merah jambu (genotif Mm). warna merah jambu ini disebut warna intermediet. Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri dan kemudian biji-biji ditanam, didapatkan keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotip 1 merah : 2 merah jambu : 1 putih. Pada keturunan berikutnya F3 maka tanaman-tanaman yag berbunga merah akan menghasilkan tanaman berbunga merah. Demikian pula tanaman yang berbunga putih akan menghasilkan tanama yang berbuga putih. Akan tetapi tanaman yang berbunga merah jambu akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
P : mm x MM
Putih merah
F1 : Mm
Merah jambu
Serbuk sari : M dan m
Sel telur : M dan m
F2 : MM Mm Mm mm
Merah merah jambu merah jambu putih
F3 : MM MM, Mm, Mm, mm MM, Mm, Mm, mm mm
II. PERSILANGAN DIHIBRID
Persilangan dihibrid merupakan persilangan dengan dua sifat beda. Mendel menggunakan dua sifat beda dari tanaman ercis, yaitu bentuk dan warna biji. Oleh Mendel, tanaman ercis biji bulat kuning disilangkan dengan tanaman ercis biji berkerut hijau. Hasilnya, semua keturunan F1 berupa taaman ercis biji bulat kuning. Pada persilangan antar individu F1 didapatkan 16 kombinasi gen dengan 4 fenotip, yaitu tanaman ercis biji bulat kuning, biji bulat hijau, biji berkerut kuning, dan biji berkerut hijau.
Misalnya diketahui gen-gen yang menentukan sifat biji tanaman ercis sebagai berikut:
1. B = gen yang menentukan biji bulat
2. b = gen yang menentuikan biji berkerut
3. K = gen yang menentukan biji berwarna kuning
4. k = gen yang menentukan biji yang berwarna hijau
P : BBKK X bbkk
Bulat kuning berkerut hijau
Sel telur BK serbuk sari bk
F1 : BBKK
Bulat kuning
Serbuk sari : BK, Bk, bK, bk
Sel telur : BK, Bk, bK, bk
F2 :
BK bK bk
BK BBKK BbKK BbKk
Bk BBKk BbKk Bbkk
bK bbKK bbKK bbKk
bk BbKk bbKk bbkk
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Persilangan monohibrida adalah dasar untuk ilmu genetika Mendel. Persilangan semacam itu dapat terjadi dalam semua kelompok organisme utama yang bereproduksi secara seksual. Dominansi adalah interaksi antar alel, dan alel yang dominan biasanya adalah yang menghasilkan produk yang fungsional sedang alel yang resesif adalah yang tidak menghasilkan. Oleh karena itu, fenotip yang normal atau yang berjenis liar adalah yang paling sering diproduksi ketika ada alel yang dominan. Persilangan monohibrid juga dikatakan sebagai perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Misalnya warna bunga adalah karakter tanaman yang diamati. Persilangan dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Dalam percobaannya tentang prinsip berpangan secara bebas (Hukum Mendel II), Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda, yaitu biji bulat berwarna kuning dengan galur murni berbiji kisut berwarna hijau. Dalam membuat perhitungan prediksi kombinasi alel pada tanaman dua jenis, Mendel menganggap bahwa gen-gen pembawa sifat itu berpisah secara bebas terhadap sesamanya sewaktu terjadi pembentukan gamet.
DAFTAR PUSTAKA
Kamis, 20 Juni 2013
penyususn tubuh hewan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tersusun atas gas, zat cair dan padat. Dari ketiga komponen tersebut membentuk bagian-bagian dari tubuh yang kemudian menjadi jaringan, organ, dan system organ yang masing-masing menjalankan fungsinya.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama dan dari sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Sedangkan jaringan hewan adalah sekumpulan sel-sel hewan yang mempunyai bentuk, asal dan fungsi yang sama (Campbel,1999).
Jaringan hewan merupakan jaringan yang terdiri atas sekumpulan sel-sel hewan yang memiliki fungsi, asal, struktur yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan sel-sel hewan memiliki fungsi yang spesifik seperti otot jantung yang bercabang menghubungkan ke sel jantung lainnya. Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel dalam satu koordinasi (Ilham,2010). Jaringan hewan merupakan jaringan tersusun dari sel-sel hewan yang memiliki asal, fungsi dan struktur yang sama (Teddy, 2008).
Keanekaragam jaringan dalam tubuh hewan
B. Rumusan Masalah
1. Apa materi penyusun tubuh hewan?
2. Apa fungsi dari jaringan di dalam tubuh hewan?
3. Apa fungsi dari materi penyusun tubuh hewan?
C. Tujuan
1. Mengetahui materi penyusun tubuh hewan.
2. Mengetahui fungsi dari jaringan di dalam tubuh hewan.
3. Mengetahui fungsi dari materi penyusun tubuh hewan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar belakang fisik dan kimia
1. Materi, berat, dan gaya berat.
Zat yang terdapat di alam semesta, bumi, organisme hidup di sebut zat. Di bawah kondisi suhu dan tekanan yang berbeda, semua jenis zat tertentu dapat berada pada salah satu dari tiga bentuk fisik. Air dapat berada dalam bentuk es padat, cairan atau uap air. Cangkang dan kerangka hewan sebagian besar berbentuk padat, plasma darah dan sebagian besar isi sel tubuhy berbentuk cairan, dan gas berada di dalam paru-paru atau terlarut di dalam cairan tubuh. Hampir semua hewan mengandung zat dalam ketiga keadaan tersebut.
Massa atau kuantitas suatu zat pada suatu atribut dasar. Gaya tertentu menarik dua badan zat. Gaya tarik menarik antara bumi dan hewan atau benda lain pada atau di dekat permukaannya disebut gaya berat dan nilai gaya ini disebut berat.
2. Kohesi dan adhesi
Gaya kohesi cenderung menahan partikel-partikel sejenis tetap bersama dan gaya adhesi menahan partikel-partikel yang berlainan jenis. Kohesi molekul pada permukaan bdan air menghasilkan efek elastis seperti kulit yang disebut tegangan permukaan yang cenderung membuat luas permukaan menjadi minimum.
3. Energi
Semua aktivitas hidup organisme melibatkan energi . energi dapat dimanifesikandalam beberapa cara misalnya kalor yaitu kenaikan suhu yang diakibatrkan oleh pergerakan acak partikel di dalam zat, perubahan kimia atau reaksi seperti pada pencernaan makanan, arus listrik, arus atau impuls di sepanjang saraf bagian saraf, dan cahaya penyebaran satuan yang disebut foton. Semua bentuk ini , yang kurang lebih dapat saling diubah disebut energi kinetik.jenis yang kedua adalah energi potensial, energi ketinggian.
Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa bahwa pada sistem apa pun total kuantitas energi tetap tidak berubah. Pada hewan, total energi yang diterima dari makanan di habiskan untuk bergerak, pencernaan, dan proses tubuh lainnya, atau kehilangan kalor yang diradiasikan ke dalam lingkungan.
4. Struktur Zat
Dari pengalaman sehari-hari kita belajar untuk mengenali sebagian dari ribuan jenis zat atau substansiyang namanya telah dikenali : air, besi, gula dll.
Penelitian kimia telah menunjukkan bahwa setiap jenis zat murni mengandung satuan ultramikroskopis yang disebut molekul. Setiap molekul terbentuk dari satu atau lebih unsur kimia. Partikel suatu unsur di sebut atom, molekul air mengandung dua buah atom hidrogen dan sebuah atom oksigen. Untuk mempermudah menyatakan fakta kimia dan menggambarkan reaksi kimia, nama unsur-unsur tersebut dilambangkan dengan simbol : H untuk Hidrogen, O untuk Oksigen, C untuk Karbon, dan seterusnya. Oleh karena itu, rumus untuk molekul air adalah H2O, rumus untuk oksigen adalah O2, dan untuk gula pasir biasa adalah C12H22O11. Secara keseluruhan 92 unsur kimia terdapat secara alami telah diidentifikasikan, dinamai, dan dipelajari.
5. Struktur Atom
Atom dianggap memiliki bentuk seperti bola dengan inti di bagian tengah yang dikelilingi oleh satu atau lebih partikel dasar yang disebut elektron, masing-masing beredar dalam satu orbit. Dengan demikian bentuk suatu atom secara kasar mirip dengan sistem tata surya terhadap matahati (inti) sebagai pusatnya dan planet-planet yang beredar (elektron). Pada keduanya terdapat ruang yang luas diantara komponen-komponen tersebut. Jika sebuah atom diperbesar dengan diameter 30,48 m, inti mungkin berukuran 1 cm. di sekeliling inti, elektron berputar begitu cepat hingga hanya tampak seperti byangan kabur yang pudar.
Nukleus tersusun atas proton, masing-masing mengandung muatan positif di dalam inti terdapat satu elektron yang bermuatan negatif di salah satu orbit. Oleh sebab itu, keseluruhan muatan atom adalah netral karena muatan positif dan negatif sama besar.
Atom dari berbagai unsur kimia berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya dalam hal jumlah neutron, proton, dan elektron yang dikandungnya. Penggabungan unsur kimia (ion) untuk membentuk senyawa (molekul) tergantung pada transfer elektron dari satu atom ke atom yang lain.
Isotop pada dasarnya memiliki sifat kimia yang sama dengan unsur asli, tetapi memiliki berat atom yang berbeda, beberapa jenis atom secara spontan melepaskan elektron dan kemudian menjadi isotop radioaktif.
6. Ion, elektrolit dan senyawa
Pada saat orbit terluar mengandung elektron kurang dari setengah jumlah elektron yang dapat dihantarkannya, ia dapat kehilangan satu elektron atau lebih, jika mengandung elektron lebih dari setengah, ia dapat menerima tambahan elektron. Perubahan jumlah elektron mengubuah listrik atom yang membuat atom mendapat tambahan elektron menyebabkannya bermuatan positif. Dengan dmikian, atom disebut Ion, jika kelebihan elektron maka disebut Anion (bermuatan negatif, dalam medan listrik ia bergerak ke anoda atau kutub positif), jika kekurangan elektron maka disebut Kation (bergerak ke katoda atau kutub negatif), larutan yang mengandung ion akan menghantarkan arus listrik, oleh sebab itu dinamakan Elektrolit.
Suatu substansi yang dibentuk oleh ikatan antara dua atom atau lebih yang berlainan jenis disebut senyawa. Senyawa apapun yang melepaskan atom (ion) H+ pada saat dilarutkan kedalam air disebut Asam. Basa atau Alkali adalah senyawa yang jika terdapat dalam larutan melepaskan (ion) H-.
Pencampuran asam dan basa akan menghasilkan Garam, ion H+ dan OH- bergabung membentuk air (H2O), dan ion-ion yang lain bergabung membentuk senyawa yang baru, sebagai contoh : asam klorida (HCl) dan natrium hidroksida (NaOH) di campur dalam larutan, hasilnya adalah senyawa natrium klorida (NaCl) dan air. Ion natrium metalik telah menggantikan ion H+ dari asam. Proses penggabunghan ini merupakan reaksi kimia dan dengan demikian dapat di gambarkan dengan persamaan kimia sebagai berikut :
HCl + NaOH NaCl + H2O
7. Campuran
Di dalam larutan, molekul atau ion dari zat terlarut (solut) segera terdistribusi secara merata diseluruh cairan (solven/pelarut). Walaupun begitu, jika partikel terdispersi berukuran besar (kumpulan molekul), akan terbentuk suspensi, mencampur tanah liat atau tepung dengan air dapat menghasilkan produk yang keruh, jika dibiarkan maka akan tampak jelas partikel yang menempati bagian bawah. Emulsi adalah campuran antara cairan dan partikel halus atau tetesan cair lain, contohnya : susu mengandung butiran krim (lemak mentega) dan mayones (minyak, cuka, telur mentah).
Koloid dihasilkan ketika cairan bercampur dengan dengan partikel berukuran sedang- terlalu besar untuk masuk kedalam larutan, tetapi terlalu kecil untuk menetap. Air disebut matriks (fase kontinu atau eksternal), dan material lainnya disebut inklusi (fase terdispersi atau internal).
8. Difusi dan osmosis
Pergerakan molekul dari tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah disebut difusi. Gaya tolak menolak suatu molekul terhadap molekul lainnya mengakibatkan tekanan difusi yang sebanding dengan jumlah molekul yang ada per-satuan volume ruang.
Difusi air melalui membran semipermeabel disebut osmosis. Jika kedua larutan mengandung konsentrasi zat terlarut yang seimbang, kedua larutan itu bersifat isotonik. Larutan hipotonik memiliki tekanan osmotik (difusi) lebih rendah dibanding dengan material yang diperbandingkan dengan larutan tersebut, dan larutan hipertonik memiliki tekanan lebih tinggi.
9. Bentuk dan fungsi hewan
Sifat dasar zat berperan penting dalam struktur dan fisiologi hewan. Hewan memiliki massa yang dipengaruhi oleh kekuatan gaya berat untuk membuatnya tetap melekat di bumi (gravitasi) atau benda lain tempat hewan tersebut berada. Pada saat bergerak, gesekan dengan udara, air, atau tanah cenderung mengurangi pergerakannya dan berlanjutnya pengeluaran energi (aksi otot) diperlukan untuk membuatnya berjalan.
Hewan membutuhkan energi untuk menggerakkan tubuhnya dan berbagai proses penting pada organ dalamnya. Energi berasal dari makanan yang di transformasikan dengan berbagai cara oleh pencernaan dan metanolisme. Hasil akhir dari berbagai macam transformasi energi, dari impuls saraf sampai penggunaan otot secara kuat adalah kalor yang pada akhirnya dipindahkan ke lingkungan luar hewan.
B. Protoplasma
Substansi hidup dalam sel tumbuhan dan hewan disebut protoplasma, namun protoplasma memiliki karakteristik umum sebagai berikut :
1. Komposisi kimia
Protoplasma mengandung sekitar 20 hingga 90 unsur kimia alami. Persentase komposisi kimia rata-rata dari protoplasma hewan (berdasarkan berat dan terpisah dari substansi interselular) adalah sebagai berikut :
Oksigen (O) : 76,0 Kalium (K) : 0,3 Karbon (C) : 10,5
Besi (Fe) : 0,01 Hidrogen (H) : 10,0 Magnesium (Mg) : 0.02
Nitrogen (N) : 2,5 Kalsium (Ca) : 0,05 Belerang (S) : 0,2
Natrium (Na) : 0,05 Fosfor (P) : 0,3 Klorin (Cl) : 0,10
2. Air, garam dan gas
Protoplasma mengandung banyak air (H2O), berbagai macam garam (NaCl, CaCO3, dan lain-lain) dan beberapa macam gas, terutama oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Air menyusun 80 hingga 90 persen berat protoplasma, jumlahnya lebih banyak di sel atau hewan muda dibandingkan dengan sel atau hewan yang lebih tua dan hewan air yang lebih rendah dibandingkan dengan hewan darat yang lebih tinggi.
Garam inorganik, utama di dalam protoplasma adalah garam inorganik yang ditemukan di air laut, khususnya natrium klorida (NaCl), dan terdapat dalam konsentrasi rendah, ion garam inorganik penting dalam komposisi protoplasma, reaksi kimia dan sifat kelistrikannya, serta untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan, serta untuk pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan dan reproduksi.
3. Senyawa organik
Senyawa organik adalah senyawa antara karbon dengan hidrogen, oksiogen, sering dengan nitrogen, dan kadang-kadang dengan unsur lain.
a. Karbohidrat
Adalah senyawa yang terdiri atasa karbon, hidrogen dan oksigen, umumnya dengan perbandingan 2 banding 1 untuk hidrogen dan oksigen, seperti pada air.
b. Lipid
Adalah lemak atau zat yang berhubungan dengan lemak yang mengandung karbon dan hidrogen dengan oksigen yang sedikit dibandingkan dengan karbohidrat.
c. Protein
Merupakan senyawa organik yang terdapat dalam jumlah paling melimpah di dalam protoplasma hewan. Selain mengandung karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dalam jumlah sedikit, protein mengandung belerang, kadang-kadangan fosfor dan terkadang zat besi yodium atau unsur lain. Asam amino, dengan karakteristik memiliki nitrogen dalam radikal asam amino (NH2), 23 jenis protein sudah diketahui, semua protein memiliki rumus dasar (“RD”), akan tetapi unsur R berbeda-beda untuk setiap jenis protein.
d. Asam nukleat
Merupakan molekul berukukuran besar, satuan molekular organik kompleks dengan peran dasar dalam metabolisme dan hereditas (pewarisan sifat).
Dua kelas asam nukleat telah diketahui, asam ribonukleat (RNA), terdapat pada inti maupun sitoplasma sel, dan asam deoksiribonukleat (DNA) yang di temukan hanya pada inti sel.
4. Karakteristik fisik
Ciri khas protoplasma adalah tembus cahaya, sering berwarna keabu-abuan, zat berlendir, agak kental, tetapi mampu mengalir. Strukturnya seperti berikut :
a. Granular.
b. Seperti busa atau alveolar.
c. Emulsi.
d. Fibril atau retikulum (dari serabut atau benang kecil).
5. Aktivitas biologis
Organisme hidup dan protoplasma yang menyusunnya dikarakterisasi oleh aktivitas dan perubahan. Berbeda dengan benda mati, protoplasma dikarakterisasi oleh :
a. Metabolisme.
Perubahan fisik dan kimia dengan mana material ditransformasi serta digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan, serta untuk menghasilkan energi.
b. Iritabilitas.
Respon terhadap rangsangan akibat perubahan di dalam lingkungannya.
c. Reproduksi.
Kemampuan suatu organisme atau bagian organisme untuk menghasilkan individu baru dari jenisnya sendiri.
6. Enzim
Banyak reaksi antar bahan kimia didalam tubuh mahluk hidup berlangsung dengan kecepatan sangat tinggi, tetapi bahan kimia yang sama pada saat dikeluarkan dari tubuh bereaksi dengan lambat atau tidak sama sekali. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya katalis organik di dalam sel hewan atau jaringan yang dikenal dengan nama enzim, masing-masing bertanggung jawab terhadap jenis reaksi tertentu.
7. Bufer
Protoplasma dapat hidup hanya dengan batasan fisik dan kimia yang cukup dekat, termasuk suhu antara 0°C (32°F) hingga 40° atau 45°C (104 atau 113°F), terdapat gas oksigen dengan tekanan tertentu, konsentrasi garam tertentu dan terbatas serta kesetimbangan yang lemah antara ion H+ dan OH- sampai pada kesetimbangan asam basa (pengaturan PH).
Kesetimbangan ini dijaga oleh bufer, yang merupakan garam dari asam lemah yang dapat melengkapi basa (biasanya Na atau K) untuk membentuk garam dari asam kuat dan melepaskan asam yang lebih lemah.
C. Sel
1. Sejarah
Sel adalah unit pokok, baik secara struktur maupun fisiologis pada semua organisme, dan terdapat pertukaran zat dan energi secara terus-menerus di dalam sel dalam proses kehidupan.
Pada tahun 1665, Robert Hooke melaporkan bahwa gabus dan material tumbuhan lainnya mengandung banyak sekat kecil yang membatasi rongga-rongga yang di namakan sel. Pada tahun 1824, Rene` Dutrochet menyatakan bahwa “tumbuhan tersusun seluruhnya dari sel, dan dari organ yang jelas berasal dari sel” dan bahwa hal yang sama berlaku juga untuk hewan. Pada tahun 1833, Robert Brown menggambarkan bahwa inti merupakan sebagian bagian sentral dari sel tumbuhan. Pada tahun 1838, M.J. Schleiden mengajukan tesis bahwa sel merupakan unit struktural dalam tumbuhan. Dan pada tahun 1839, rekan kerjanya Theodor Schwann menerapkan tesis tersebut untuk hewan. Penyamarataan ini disebut sebagai teori tentang sel, perhatian yang besar diberikan pertama-tama pada dinding sel dan hanya sedikit pada kandungannya. Pada tahun 1840, Purkinje menamakan kandungan sel bagai protoplasma.
2. Sel
Sel adalah massa protoplasma yang dilingkupi oleh membran dan mengandung sebuah inti. Inti dan sitoplasma timbul karena pembelahan unsur-unsur sel sebelumnya. Sebagian besar sel hewan berukuran kecil, satuan yang diguakan untuk mengukur sel adalah 0,001 milimeter (mm), atau mikron dengan simbol Ц.
Sel hewan dibatasi oleh membran sel atau membran plasma yang lembut yang memiliki sitoplasma (sitosom) yang mengisi bagian dalam sel dan mengandung inti. Sitoplasma bersifat tembus pandang dan kental. Di dekat intii terdapat sentrosom (pusat sel) yang berglobular yang mengandung satu atau dua sentriol yang berbentuk seperti titik. Sitoplasma umumnya mengandung beberapa bagian seperti : mitokontrida dalam bentuk fibril atau globular. badan golgi, jejaring kecil atau kelompok fibril yang dipercayai berperan untuk membentuk sekresi. Mikrosom, granula kecil yang terlibat dalam sintesis protein. Lemak, sebagai butiran atau kuning telur pada sel telur. Vakuola, yang terisi material granular atau cairan. Dan sekresi granula, terutama pada sel kelenjar yang kemudian ditransformasikan dan dikeluarkan sebagai sekresi.
Inti dikelilingi oleh membran inti yang terlihat jelas menutupi cairan inti. Bagian yang terpenting dari inti adalah kromatin, tampaknya merupakan bagian dari granula yang terisolasi, tetapi sebenarnya merupakan bagian dari filamen yang terus menerus terpilin, kromonemata. Setiap inti biasa yang mengandung nukleolus yang berbentuk bola, nukleus mengatur banyak metabolisme sel yang jika dihilangkan, sel tidak dapat melakukan aktivitas anabolisme dan hanya hidup sebentar. Inti yang diisolasi tidak dapat membentuk sitoplasma.
D. Struktur Jaringan Hewan
Seperti halnya tumbuhan tingkat tinggi, tubuh hewan multiselular juga tersusun atas banyak sel. Sel-sel tersebut pada tempat tertentu akan bersatu membentuk jaringan untuk melakukan suatu fungsi. Jaringan yang berkelompok bekerja sama melaksanakan fungsi tertentu membentuk suatu organ. Beberapa organ bekerja sama membentuk sistem organ dan melaksanakan fungsi tertentu.
Jaringan utama penyusun organ tubuh hewan tingkat tinggi dan manusia ada empat macam, yaitu jaringan epitelium, jaringan pengikat dan penumpu (tulang), jaringan otot, serta jaringan saraf.
Gambar 1.1 Struktur Jaringan Hewan
1. Jaringan Epitelium
Seperti jaringan epidermis pada tumbuhan, jaringan epitel berfungsi sebagai pelapis organ dan rongga tubuh bagian luar. Jaringan ini dapat ditemukan pada permukaan tubuh yang membatasi organ tubuh dengan lingkungan luarnya. Jaringan epitel yang melapisi permukaan tubuh atau lapisan luar tubuh dinamakan epitelium. Sedangkan jaringan epitel yang membatasi rongga tubuh dinamakan mesotelium, misalnya perikardium, pleura, dan peritonium. Kemudian, jaringan yang membatasi organ tubuh dinamakan endotelium. Di dalam struktur tubuh, jaringan epitel berfungsi sebagai pelindung jaringan di bawahnya dari kerusakan, pengangkut zat-zat antarjaringan, dan tempat keluarnya enzim.
Berdasarkan strukturnya, jaringan epitel dibedakan menjadi 3 macam, yaitu epitel pipih, epitel batang (silinder), dan epitel kubus. Kita bisa membedakan ketiga jaringan epitel tersebut berdasarkan ciri-cirinya. Epitel pipih memiliki ciri yakni selnya berbentuk pipih dengan nukleus bulat di tengah. Epitel batang (silinder) tersusun oleh sel berbentuk seperti batang dengan nukleus bulat di dasar sel. Sedangkan epitel kubus memiliki sel berbentuk kubus dengan nukleus bulat besar di tengah.
Menurut lapisan penyusunnya, jaringan epitel terbagi atas beberapa jaringan, yakni epitel pipih selapis, epitel pipih berlapis banyak, epitel silindris selapis, epitel silindris berlapis banyak, epitel kubus selapis, epitel kubus berlapis banyak, dan epitel transisi. Kalian dapat memahaminya dengan memerhatikan ulasan berikut.
a. Epitel Pipih Selapis
Gambar 1.2 Epitel Pipih Selapis
Jaringan epitel pipih selapis (sederhana) banyak ditemukan pada organ-organ seperti pembuluh darah, pembuluh limfa, paru-paru, alveoli, dan selaput perut. Sitoplasma jaringan ini sangat jernih, inti selnya berbentuk bulat di tengah, dan sel-selnya tersusun sangat rapat. Jaringan epitel pipih selapis berperan dalam proses fi ltrasi, sekresi, dan difusi osmosis.
b. Epitel Pipih Berlapis
Gambar 1.3 Epitel Pipih Berlapis
Seperti epitel pipih selapis, sel jaringan epitel pipih berlapis (kompleks) tersusun sangat rapat. Rongga mulut, esofagus, laring, vagina, saluran anus, dan rongga hidung banyak tersusun oleh jaringan ini. Fungsinya adalah sebagai pelindung dan penghasil mukus.
c. Epitel Batang Selapis
Gambar 1.4 Epitel Batang Selapis
Sel berbentuk batang, sitoplasma jernih, dengan inti sel bulat berada di dekat dasar merupakan ciri jaringan ini. Epitel batang selapis banyak ditemukan pada usus, dinding lambung, kantong empedu, saluran rahim, saluran pencernaan, dan saluran pernafasan bagian atas. Jaringan epitel batang selapis berfungsi dalam proses sekresi, penyerapan (absorpsi), penghasil mukus, dan pelicin/pelumas permukaan saluran.
d. Epitel Batang Berlapis Banyak
Gambar 1.5 Epitel Batang Berlapis Banyak
Seperti namanya, jaringan ini tersusun banyak lapisan sel yang berbentuk batang. Jaringan epitel batang berlapis banyak terdapat pada beberapa organ tubuh seperti bagian mata yang berwarna putih, faring, laring, dan uretra. Fungsi epitel batang berlapis banyak yaitu sebagai tempat sekresi yakni penghasil mukus,dan ekskresi, misalnya kelenjar ludah dan kelenjar susu.
e. Epitel Kubus Selapis
Gambar 1.6 Epitel Kubus Selapis
Jaringan epitel berbentuk kubus selapis ditemui pada beberapa bagian, meliputi permukaan ovarium, nefron, ginjal, dan lensa mata. Fungsi epitel kubus selapis adalah tempat sekresi.
f. Epitel Kubus Berlapis Banyak
Gambar 1.7 Epitel Kubus Berlapis Banyak
Epitel kubus berlapis banyak terdapat pada beberapa bagian tubuh, yakni folikel ovarium, testis, kelenjar keringat, dan kelenjar ludah. Fungsi jaringan ini adalah sebagai pelindung dan penghasil mukus. Selain itu, jaringan ini juga berfungsi sebagai pelindung dari gesekan.
g. Epitel Transisi
Gambar 1.8 Epitel Transisi
Sel penyusun epitel transisi bentuknya dapat berubah dan berlapislapis. Epitel ini dapat ditemukan pada organ saluran pernafasan, ureter, dan kandung kemih. Saat kandung kemih berisi urine, sel epitel akan berbentuk kuboid seperti dadu atau silindris.
2. Jaringan Ikat
Saat kalian menyambung tali yang putus menjadi dua bagian, kemudian kalian mengikatnya, maka tali tersebut akan menjadi kuat kembali. Sama seperti tali, organ dan jaringan tubuh kita dihubungkan oleh jaringan ikat sehingga menjadi kuat. Karena itu, jaringan ikat disebut juga jaringan penyambung atau jaringan penyokong.
Jaringan ikat berfungsi melekatkan konstruksi antarjaringan, membungkus organ, menghasilkan energi, menghasilkan sistem imun, dan mengisi rongga-rongga di antara organ.
Berbeda dengan jaringan epitel yang sel-selnya tersusun rapat, kumpulan sel jaringan ikat amat jarang dan tersebar dalam matriks ekstraseluler. Selain itu, sel-sel jaringan ikat memiliki bentuk yang tidak teratur. Sebagian besar matriksnya terdapat serat-serat dan bahan dasar yang berupa cairan.
Jaringan ikat memiliki bahan dasar yang tidak berwarna, tidak berbentuk (amorf), dan homogen. Bahan dasar ini berasal dari asammukopolisakarida yaitu asam hialuronat. Akibatnya, matriks menjadi lentur dan semakin banyak air. Di dalamnya terdapat pula asam mukopolisakarida sulfan yang menjadikan struktur jaringan ikat bersifat kaku. Serat jaringan ikat yang terbuat dari protein dan sebagai penyusun matriks memiliki berbagai jenis serat, meliputi serat kolagen, serat elastis, dan serat retikuler.
Serat kolagen berwarna putih atau disebut serat putih. Seratnya tersusun atas protein kolagen, sehingga memiliki sifat kuat, daya regang tinggi, dan elastisitas yang rendah. Serat ini banyak terdapat pada kulit, tulang, dan tendon.
Sementara itu, serat elastis berwarna kuning atau disebut serabut kuning. Serat elastis terbuat dari protein elastin dan mukopolisakarida, sehingga memiliki elastisitas tinggi. Serat ini banyak terdapat pada bantalan lemak, ligamen, dan pembuluh darah.
Serat retikuler sangat tipis dan bercabang, tersusun atas kolagen dan terhubung pula dengan serat kolagen. Karena itu, serat retikuler mempunyai sifat yang sama dengan serat kolagen. Bahan dasarnya mengandung glikoprotein. Serat ini berfungsi sebagai penghubung jaringan pengikat dengan jaringan sebelahnya. Serat retikuler dapat ditemukan pada hati, limpa, dan kelenjar-kelenjar limfa.
Berdasarkan jenisnya, jaringan ikat dikelompokan dalam 4 tipe, yakni jaringan ikat sebenarnya, jaringan tulang rangka, jaringan darah dan jaringan limfa. Berikut jenis-jenis jaringan ikat, antara lain :
a. Jaringan Pengikat Sebenarnya
Jaringan ikat sebenarnya dibedakan menjadi jaringan pengikat berserat (fibrosa) ,jaringan ikat elastis, jaringan ikat lemak dan jaringan ikat longgar, dan berikut adalah jenis jaringan pengikat sebenarnya :
1) Jaringan Ikat Berserat
Matriks jaringan ikat berserat mengandung serat putih berkolagen, namun kolagennya tidak elastis. Kita dapat temui jenis jaringan ini pada tendon yang melekatkan otot ke tulang dan ligamen yang menghubungkan tulang dengan tulang lain pada persendian. Jaringan ini berfungsi menghubungkan tulang dengan tulang dan otot dengan tulang.
2) Jaringan Ikat Elastis
Matriks jaringan ikat elastis mengandung serabut elastis kuning. Bisa kita temukan pada ligamen dan dinding arteri. Jaringan pengikatini berfungsi sebagai pelindung elastisitas jaringan.
3) Jaringan Ikat lemak
Jaringan ikat lemak disebut pula jaringan adiposa. Di dalamnya banyak tersimpan sel lemak berbentuk bulat. Jaringan adiposa berfungsi melapisi dan menginsulasi tubuh, kemudian juga menyimpan molekul bahan bakar. Letaknya berada pada epidermis kulit, sumsum tulang, sekitar sendi dan ginjal. Selain itu, jaringan ini berfungsi sebagai penyimpan lemak, dan berperan sebagai bantalan.
4) Jaringan pengikat longgar
Diberi nama jaringan ikat longgar karena seratnya amat longgar. Jenis seratnya berkolagen, elastis, dan juga berserat retikuler. Letaknya berada pada bagian bawah kulit, di dekat pembuluh darah dan saraf, dan sekitar organ. Jaringan ini berperan dalam mengikat jaringan epitel dan jaringan di bawahnya. Selain itu, jaringan ikat longgar berfungsi menjaga organ tetap berada di tempatnya.
b. Jaringan Tulang/Rangka
Jaringan tulang rangka meliputi jaringan tulang rawan dan tulang sejati. Matriks jaringannya tersusun atas kondrin jernih seperti kanji, yang terbuat dari fosfat dan mukopolisakarida. Kondrin dihasilkan oleh sel-sel kondroblast yang terdapat pada laluna. Sel tulang rawan ini dinamakan kondrosit dengan fungsi mensintesis matriks. Jaringan tulang rawan pada anak-anak berasal dari jaringan mesenkim. Sedangkan pada orang dewasa dibentuk oleh selaput rawan atau fibrosa yang dinamakan perikondrium. Berikut adalah jenis jaringan tulang/rangka :
1) Jaringan Tulang Rawan
Jaringan tulang rawan disebut pula kartilago yang terbagi menjadi 3 jenis, yakni kartilago hialin, kartilago elastis, dan kartilago fibroblas.
Tulang rawan hialin atau kartilago elastis memiliki warna putih kebiruan dan transparan, di dalam matriksnya terdapat serat elastis.
Di dalam tulang rawan elastis atau kartilago elastis terdapat serat elastis berwarna kuning. Selain itu, di dalamnya juga terdapat perikondrium. Serat elastis ini berfungsi memberi kelenturan dan menyokong jaringan tulang rawan. Tulang rawan ini terdapat pada embrio, laring, telinga luar, dan epiglotis.
Pada tulang rawan fibroblas atau kartilago fibroblas terdapat matriks yang tersusun atas kolagen dengan warna gelap dan keruh. Secara struktural, jaringan ini merupakan jaringan tulang rawan yang terkuat. Biasanya terdapat pada hubungan antar tulang belakang dan tendon. Fungsinya adalah sebagai pelindung dan penyokong jaringan.
2) Jaringan Tulang Sejati
Jaringan tulang sejati disebut pula dengan jaringan tulang dewasa. Jaringan tulang sejati tersusun atas sel-sel tulang yang dinamakan osteosit. Osteosit di bentuk oleh osteoblas. Osteoblas berasal dari fibroblas. Oleh karena itu, osteoblas berperan penting dalam proses pembentukan tulang. Osteosit tersusun dalam lapisan konsentris yang disebut lamela. Lamela yang mengelilingi kapiler disebut saluran Havers, di dalam saluran Havers ditemukan kapiler, vena, dan arteri. Di antara lamela terdapat ruang tempat osteosit yang disebut lakuna. Sementara, antar saluran Havers dihubungkan oleh sebuah saluran yang dinamakan saluran Volkman.
c. Jaringan Darah
Darah merupakan jaringan pengikat. Pada mamalia terdapat 6 liter darah atau 6–10% dari berat tubuh. Darah beredar dalam pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Jaringan darah terdiri atas substansi cair dan substansi padat. Substansi cair disebut plasma darah, sedangkan substansi padat berupa sel-sel darah.
Ada tiga tipe sel darah, yaitu eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping-keping darah). Leukosit ada dua macam, yaitu granulosit (leukosit bergranula) dan agranulosit (leukosit tak bergranula). Granulosit meliputi neutrofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit meliputi limfosit dan monosit. Sel-sel darah terdapat dalam plasma darah.
Beberapa Fungsi Darah sebagai berikut :
• Mengangkut sari makanan, O2 , dan hormon ke sel-sel tubuh.
• Mengangkut zat sisa dan CO2 dari sel-sel tubuh.
• Mengatur suhu badan.
• Leukosit dapat berfungsi untuk melawan penyakit.
• Menutup luka dengan pembekuan darah.
d. Jaringan Limfa (Jaringan Getah Bening)
Limfa merupakan suatu cairan yang dikumpulkan dari berbagai jaringan dan kembali ke aliran darah. Komponen selular berupa limfosit dan granulosit (neutrofil, eosinofil, dan basofil). Cairan limfa mengalir dalam saluran yang disebut pembuluh limfa yang berada sejajar dengan pembuluh vena darah. Fungsi limfa adalah mengangkut cairan jaringan, protein, lemak, dan zat-zat lain dari jaringan ke sistem peredaran.
3. Jaringan Saraf
Jaringan saraf tersusun oleh sel-sel saraf yang disebut neuron. Sel saraf berperan dalam menerima dan meneruskan rangsangan dari bagian satu tubuh ke bagian tubuh yang lain. Sel saraf ini berbentuk unik, dengan sitoplasma yang menjulur dan memanjang. Sel saraf memiliki bagian utama yaitu badan sel (perikarion) dan penjuluran sitoplasma (prosesus) yang meliputi dendrit dan neurit (akson).
Dendrit merupakan serabut pendek yang berperan dalam menerima
dan memasukkan rangsangan ke badan sel. Adapun neurit (akson) adalah serabut panjang, yang berfungsi menghantarkan impuls/rangsangan dari badan sel ke neuron lain. Akson ini biasanya dibungkus oleh sel Schwann. Antara akson suatu neuron dengan dendrit neuron lainnya ditautkan oleh suatu bagian yang disebut sinapsis.
Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibedakan menjadi neuron sensorik, neuron motorik, dan neuron asosiasi. Neuron sensorik berfungsi menerima dan meneruskan rangsang dari indera ke saraf pusat. Kemudian, neuron motorik berfungsi membawa atau menyampaikan impuls dari saraf pusat ke efektor. Sementara, neuron asosiasi menyam paikan impuls darineuron sensorik ke neuron motorik.
4. Jaringan Otot
Jaringan otot tersusun oleh sel-sel panjang yang disebut serabut otot. Serabut otot ini mampu menggerakkan tulang dan memiliki kemampuan untuk berkontraksi, karena terdapat protein kontraktil yang disebut miofi bril. Miofi bril ini disusun oleh aktin dan miosin.
Otot adalah jaringan terbanyak pada sebagian besar hewan, dan kontraksi otot juga banyak dilakukan pada kerja seluler oleh hewan yang aktif. Lebih-lebih lagi saat kita melakukan kerja berat.
Pada tubuh vertebrata, jaringan otot dibedakan menjadi tiga, meliputi jaringan otot rangka, jaringan otot polos, dan jaringan otot jantung
E. Organ dan Sistem Organ
Organ adalah kumpulan beberapa jaringan untuk melaksanakan fungsi tertentu di dalam tubuh, misalnya kulit. Berdasarkan letaknya, organ pada tubuh dibedakan menjadi dua macam, yaitu organ dalam dan organ luar. Kulit yang menutupi permukaan luar tubuh kita merupakan salah satu contoh organ luar yang terdiri atas jaringan pengikat, epitelium, otot, saraf, dan jaringan pembuluh darah.
Berikut ini merupakan penjelasan Sistem Organ dalam Tubuh, Organ Penyusun dan Fungsinya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hewan tersusun atas berbagai jaringan, yang dimana setiap jaringan mempunyai fungsi dan bentuk yang memiliki keterikatan satu sama lain.
2. Terdapat empat kelompok jaringan dasar tubuh, yaitu epitel, otot,saraf dan ikat.
3. Otot merupakan kumpulan dari beberapa jaringan untuk melaksanakan fungsi tertentu di dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie, M, dkk. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.
jamur
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram merupakan bahan makanan yang memiliki manfaat-manfaat bagi kesehatan.
Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah. Jamur tiram juga salah satu bisnis yang menjanjikan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara budidaya jamur tiram putih?
2. Apa saja manfaat dari tiram putih, baik dari segi kesehatan maupun bisnis?
C. Tujuan
1. Mengetahui cara membudidayakan jamur tiram putih
2. Mengetahui manfaat tiram putih, baik dari segi kesehatan maupun bisnis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jamur Tiram
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal dengan sebutan King Oyster Mushroom. Jamur Tiram hidup pada suhu 22-28˚ dan kelembapan 80-100%.
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium. Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid. Miseliumterus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium. Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus). Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk.
B. Syarat Pertumbuhan Jamur Tiram
Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah. Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam keadaan gelap/tanpa sinar. Pada masa pertumbuhan misellium, jamur tiram sebaiknya ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas penyinaran 60 - 70 %.
Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembaban 60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22 OC.
Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat).
Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.
C. Kandungan dan Manfaat
Berdasarkan penelitian Sunan Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn, jamur tiram mengandung protein, air, kalori, karbohidrat, dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium, vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi (), kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori.
Tabel 1. Kandungan Zat-zat dalam Jamur tiram Putih (Pleurotus ostreatus) per 100 gram
Zat Kandungan
Kalsium 45%
Protein 10,5-30,4 %
Lemak 1,7-2,2 %
Karbohidrat 56,6 %
Thiamin (B1) 0,20 mg
Niacin 77,2 mg
Kalsium 314 mg
Riboflavin (B2) 4,7-4,9
Kalori 100 kj
Lemak tak jenuh 72 %
Serat 7,4 -24,6 %
Vitamin B, C dan D
Sumber : wikipedia.com
Kandungan gizi jamur tiram menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan proteinnya 10,5-30,4%.Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai 39.1%, dan susu sapi 25.2%.
Jamur juga mengandung 9 macam asam amino yaitu lisis, metionin, triptofan, threoinin, Valin, leusin, Isoleusin, Histidin dan Fenilalanin. 72% lemak dalam jamur tiram adalah asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan kolesterol (hiperkolesterol) maupun gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam polisakarida kitin di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.
Kandungan zat-zat diatas menyebabkan jamur tiram merupakan bahan makanan yang memiliki manfaat-manfaat bagi kesehatan. Berikut adalah manfaat kesehatan dari jamur tiram :
1. Menurunkan kolesterol. Lemak yang terkandung dalam Jamur tiram 72 persenya adalah lemak tak jenuh, sehingga sangat bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki penyakit jantung lemah. Dipasar produk jamur tiram ini biasa disebut Plovastin yaitu suplemen penurun kolesterol yang dapat menghambat metabolisme kolesterol dalam tubuh.
2. Makanan sehat bagi berbagai penderita penyakit seperti, penyakit lever, diabetes, anemia, antiviral, antikanker dan penderita HIV-AIDS karena mengandung polisakarida Beta-D-glucan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh,
3. Mengandung serat yang tinggi yaitu lignoselulosa sehingga baik untuk pencernaan, berdasarkan penelitian USDA, United States Drugs and Administration) yang melakukan penelitian pada tikus menunjukkan bahwa dengan pemberian menu jamur tiram selama 3 minggu akan menurunkan kadar kolesterol dalam serum hingga 40 % dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi pakan yang mengandung jamur tiram.
D. Usaha Budidaya Jamur Tiram
Usaha budidaya jamur tiram adalah suatu usaha di bidang agribisnis dengan produk utamanya adalah jamur tiram putih dan baglog jamur yaitu bibit yang telah siap untuk ditanikan. Berikut adalah penjabaran prospek usaha budidaya jamur tiram putih
1. Potensi Pasar (Permintaan, penawaran dan persaingan usaha)
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) adalah jenis jamur yang memiliki rasa yang enak, lezat, dan mudah diolah untuk dikonsumsi menjadi bahan makanan sehari-hari. Harganya pun terjangkau bagi konsumen, sehingga mudah untuk dijual baik secara mentah maupun olahan. Kualitas-kualitas yang dimiliki jamur tiram tersebut menjadikan jamur tiram merupakan salah satu produk sayuran yang diminati masyarakat luas. Minat masyarakat yang luas ini membuka permintaan pasar jamur tiram untuk selalu ada tiap harinya, sehingga dibutuhkan pasokan jamur tiram setiap hari pula agar permintaan pasar dapat terpenuhi. Marjin permintaan dan penawaran tersebut merupakan suatu peluang usaha yang menjanjikan dan menguntungkan karena jamur tiram tidak akan kehilangan pasar dan pembeli.
Produk jamur tiram mentah juga memiliki alur dagang yang pendek, yaitu dari petani langsung ke pedagang kaki lima yang ada di pasar-pasar tradisional atau langsung dijual di tempat, sehingga petani dapat menikmati marjin keuntungan lebih maksimal.Pasar jamur tiram di dalam negeri saat ini juga telah meluas di daerah Jawa barat, DKI Jakarta dan banten. Sementara itu di Bandung dan sekitarnya permintaan mencapai 2,5 sampai tiga ton per hari.
Di bogor sendiri, pendistribusian Jamur tiram dari petani ke pedagang bermuara di pasar kemang, yang dalam sehari sanggup menerima pasokan hingga 1 ton jamur tiram, dengan harga paling rendah Rp. 8000/kg. Di pasar-pasar lainya dengan kapasitas tampung lebih rendah yaitu maksimal 15kg per hari, harga paling rendah Rp. 8.000/kg.
Persaingan usaha tidak terlalu kental karena pasar sasaran berlimpah, jika kumbung pemeliharaan berada di dekat rumah penduduk, biasanya penduduk sekitar yang menyukai atau belum menyukai jamur tiram merupakan target pasar yang potensial.
Selain jamur tiram mentah, usaha juga dapat menjual baglog buatan sendiri kepada petani lain, karena baglog juga merupakan komoditas yang menguntungkan dan dicari oleh petani-petani pemula yang akan memulai usaha budidaya jamur tiramputih. Apalagi, akhir-akhir ini usaha budidaya jamur tiram putih sedang meledak, membuat munculnya pebisnis-pebisnis pemula yang belum memiliki usaha pembibitan sendiri mencari produsen baglog.
Berdasarkan penjabaran diatas, jamur tiram putih merupakan komoditas yang sangata menguntungkan untuk diusahakan, karena potensi pasar yang luas dan permintaanya ada setiap hari, kemudian tidak sulit menjualnya karena banyak pedganag sayuran di pasar yang bersedia untuk menampung produk.
2. Produksi
a. Bibit
Bibit yang baik, teruji dan unggul merupakan persyaratan yang menentukan keberhasilan budidaya jamur tiram putih. bibit ini harus dibuat secara profesioanl oleh ahlinya. Bibit yang digunakan adalah bibit yang sudah siap tebar. Bibit ini ddapat di dapatkan dari IPB atau Usaha Budidaya Jamur Tiram yang dekat dengan Kumbung yang menjual bibit siap tebar. Harga paling mahal adalah Rp. 10.000/botol, dimana satu botolnya dapat digunakan untuk 50 hingga 100 baglog.
b. Bahan Baku
Bahan yang digunakan sebagai media dalam usaha budidaya jamur tiram putih terdiri dari serbuk gergaji, bekatul, kapur, serbuk jagung dan gipsum. Plastik, karet gelang, cincin bambu dan koran bekas sebagai pembungkus media. Bahan baku tersebut merupakan bahan yang mudah didapatkan, lebih murah bila di beli dalam jumlah banyak dan langsung ke grosirnya. Berdasarkan keterangan dari petani jamur, diperkirakan biaya pembuatan Baglog per buahnya membutuhkan biaya Rp.1000-1200/baglognya sudah termasuk bibit.
Selain bahan-bahan itu, usaha budidaya jamur tiram putih juga membutuhkan sumber air yang tak terbatas sebagai salah satu komponen media tanam dan juga pengatur kelembaban kumbung. Untuk itu listrik dan sumur merupakan faktor penting, yang dapat menjadi sumber air dengan harga lebih murah daripada air pam.
c. Proses Produksi
1) Pembuatan Media Tanam
Komposisi media tanam terdiri dari serbuk gergaji, bekatul, kapur, serbuk jagung dan gipsum. Serbuk gergaji yang digunakan adalah serbuk kayu yang tidak mengandung banyak kadar minyak seperti kayu pinus. Serbuk gergaji harus terlebih dahulu di ayak sehingga lebih halus dan bersih dari benda asing yang tidak diinginkan.
No. Bahan Baku Formulasi (%)
1 Bekatul 46
2 Serbuk gergaji 20
3 Kapur 30
4 Serbuk jagung 2
5 Gipsum 1
Bahan baku dicampur rata menggunakan air secukupnya hingga homogen. Setelah itu bahan baku dimasukan ke dalam plastik berukuran 18x35cm yang ditaruh di pipa pencetak, kemudian dipadatkan dengan cara dipukul-pukul menggunakan botol atau alu. Pemadatan sangat penting, karena jika tidak padat maka penyeebaran miselia pada media kurang merata. Setelah padat, kemudian media ditutup dengan cincin paralon atau bambu, diikat dengan karet dan koran.
2) Sterilisasi
Sterilisasi log dilakukan dengan tujuan untuk mematikan semua jasad renik atau bakteri-bakteri yang tidak diinginkan. Alat sterilisasi yang digunakan adalah drum minyak. Baglog-baglog dimasukan dan disusun di dalam drum minyak maksimal satu drum berisi kurang lebih 80, lalu bagian atasnya ditutup menggunakan plastik hitam yang ujungnya di beri lubang kecil sebagai tempat pengeluaran uap panas. Plastik ini harus diikat secara kecang sehingga tidak ada uap yang keluar dari plastik kecuali dari lubang udara. Ikat menggunakan tali berbahan karet seperti potongan ban bekas. Setelah itu baglog dimasak menggunakan gas selama 10 jam.
Alat ini memiliki daya tampung lebih banyak dengan lama waktu sterilisasi labih cepat. Alat ini juga dapat menghasilkan baglog yang lebih baik dan mengurangi resiko kontaminasi seperti yang biasa terjadi jika menggunakan drum minyak, karena panas yang dihaslikan merata dan suhu stabil.
3) Inakulasi
Setelah disterilisasi, baglog ditiriskan selama satu hari di kumbung penyimpanan tanpa cahaya. Kemudian dilakukan inakulasi yaitu memasukan bibit jamur siap tebar kedalam baglog. Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan inakulasi adalah kebersihan, baik kebersihan alat maupun kebersihan tenaga kerja yang memasukan bibit tersebut. peralatan yang digunakan adalah sendok, sendok tersebut disterilkan terlebih dahulu dengan cara dibilas menggunakan alkohol 70% dan lampu spirtus. Ruangan yag digunakan untuk proses inakulasi ini adalah ruangan tertutup yang tidak sering dilalui orang dan sebelum digunakan, ruangan harus disterilkan menggunakan alkohol 70%. Orang yang akan melakukan inakulasi juga harus mensterilkan tangan dengan mencucinya menggunakan alkohol dan menggunakan pakaian yang bersih.
Cara melakukan inakulasi adalah dengan menyusun baglog ke dalam ruang inakulasi, kemudian satu persatu dimasukan bibit menggunakan sendok, setelah itu cincin dan koran di pasang kembali.
4) Inkubasi
Log yang telah di inakulasi kemudian di inkubasi sampai seluruh medianya ditumbuhi miselia secara merata, kira-kira selama 25 hari hari di tempat penyimpanan. Suhu optimal untuk pertumbuhan miselia yaitu sekitar 28-300 C. Selama pertumbuhan bibit, intensitas cahaya harus dikurangi, dan kelembapan serta udara harus diatur.
5) Pemeliharaan
Log jamur tiram putih yang dapat di pindahkan adalah yang seluruh permukaanya telah dipenuhi miselium. Log di buka kemudian dikikis tipis ujungnya jika terdapat bagian yang mengeras. Log tersebut disusun di rak. Sekitar 3-7 hari kemudian jamur akan tumbuh, diawali dengan bintik bintik putih.
Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen yaitu antara 26-280C. Selama pertumbuhan tubuh buah, kelembaban yang baik adalah 80-100%. Jika kurang dari suhu dan kelembapan tersebut maka baglog akan mengering. Untuk menjaga suhu dan kelembapan dapat dilakukan dengan menyiram lantai dan kumbung, atau pengabutan. Diusahakan air sesedikit mungkin terkena tubuh jamur karena akan menyebabkan jamur busuk dan rusak, yang akan menarik ulat.
6) Pemanenan
Yang perlu diperhatikan dalam pemanenan adalah penentuan saat panen, teknik pemanenan dan penanganan pasca panen. Pemanenan dilakukan saat tubuh buah sudah mencapai ukuran yang cukup tetapi belum mekar penuh. Pemanenan dilakukan saat pagi atau sore hari, hal ini dilakukan untuk mempertahankan kesegaran dan mempermudah pemasaran. Pemanenan dilaakukan dengan memotong tubuh buah yang paling dekat media, kemudian mencongkel sisanya, jangan sampai ada bagian jamur yang tersisa di baglog setelah dipanen, termasuk bakal buah yang kecil. Sekali panen, permukaan baglog harus bersih dari bakal jamur. Karena sisa jamur akan membusuk di baglog. Sisa jamur tersebut dapat mengundang hama seperti ulat dan lalat buah. Setelah panen, baglog disiram dengan pengabutan untuk membersihkan kuman dan kotoran dan juga mengembalikan kelembapan baglog.
Pascapanen, jamur dibersihkan dengan memotong akar kemudian ditiriskan sebentar diatas koran. Setelah itu dimasukan kedalam plastik bening ukuran 40-60, yang alasnya diberi koran untuk menyerap air. Plastik diikat dan jamur siap di kirim ke pasar.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Usaha budidaya jamur tiram adalah suatu usaha di bidang agribisnis dengan produk utamanya adalah jamur tiram putih dan baglog jamur yaitu bibit yang telah siap untuk ditanikan. Prospek usaha budidaya jamur tiram putih yakni: potensi pasar, produksi, dan proses produksi
Jamur tiram juga memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai makanan, menurunkan kolesterol, sebagai antibakterial dan antitumor, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi. Selain itu, jamur tiram juga dapat berguna dalam membunuh nematoda.Jamur tiram ini memiliki manfaat kesehatan diantaranya, dapat mengurangi kolesterol dan jantung lemah serta beberapa penyakit lainnya. Jamur ini juga dipercaya mempunyai khasiat obat untuk berbagai penyakit seperti penyakit lever, diabetes, anemia. Selain itu jamur tiram juga dapat bermanfaat sebagai antiviral dan antikanker serta menurunkan kadar kolesterol.
DAFTAR PUSTAKA
Cetakan Baglog Jamur Tiram Sederhana http://www.pasarpetani.com/2012/07/cetakan-baglog-jamur-tiram-sederhana.html
Resep Jamur Tiram Crispy http://www.pasarpetani.com/2012/08/resep-jamur-renyah-atau-jamur-crispy.html
Memasak Baglog Jamur Tiram Dengan Peralatan Sederhana http://www.pasarpetani.com/2012/08/memasak-baglog-jamur-tiram-dengan.html
Hikmah dari Kegagalan dalam Bisnis Jamur Tiram http://www.pasarpetani.com/2012/08/sudut-pandang-kegagalan-dalam-bisnis.html
Kumbung dan Rak Jamur Tiram Sederhana http://www.pasarpetani.com/2012/07/kumbung-dan-rak-jamur-tiram-sederhana.html
Komposisi Media Tanam Jamur Tiram Putih http://www.pasarpetani.com/2012/07/komposisi-media-tanam-jamur-tiram.html
kompromi fotosintesi transpirasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehelai daun mampu menguapkan air setiap hari melebihi bobotnya sendiri. Daun dipertahankan supaya tidak layu dengan adanya aliran transpirasi dalam pembuluh xilem yang mengalir dengan kecepatan 75 cm per menit, kira-kira seperti kecepatan ujung jarum penunjuk detik mengelilingi lingkaran jam tersebut. Kebutuhan tumbuhan yang sangat besar akan air merupakan sebagian dari kerugian membuat makanan melalui fotosintesis. Sel-sel penjaga dengan cara mengontrol ukuran stomata, akan membentu menyeimbangkan kebutuhan tumbuhan untuk menghemat air terhadap kebutuhan fotosintesis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kompromi fotosintesis transpirasi?
2. Bagaimana stomata membuka dan menutup?
3. Bagaimana translokasi floem
C. Tujuan
1. Mengetahui kompromi fotosintesis-transpirasi
2. Mengetahui stomata membuka dan menutup
3. Mengetahui translokasi floem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kontrol Tranpirasi
Sel-sel penjaga bertindak sebagai penengah pada kompromi antara fotosintesis dan transpirasiSehelai daun mampu menguapkan air setiap hari melebihi bobotnya sendiri. Daun dipertahankan supaya tidak layu dengan adanya aliran transpirasi dalam pembuluh xilem yang mengalir dengan kecepatan 75 cm per menit, kira-kira seperti kecepatan ujung jarum penunjuk detik mengelilingi lingkaran jam tersebut. Kebutuhan tumbuhan yang sangat besar akan air merupakan sebagian dari kerugian membuat makanan melalui fotosintesis. Sel-sel penjaga dengan cara mengontrol ukuran stomata, akan membentu menyeimbangkan kebutuhan tumbuhan untuk menghemat air terhadap kebutuhan fotosintesis.
1. Kompromi Fotosintesis-Transpirasi
Untuk membuat makanan, sebuah tumbuhan harus membentangkan daunnya pada matahari dan mendapatkan karbon dioksida dari udara. Karbon dioksida akan berdifusi ke dalam daun, dan oksigen yang dihasilkan sebagai hasil sampingan fotosintesis akan beerdifusi keluar dari daun melalui stomata. Stoma menghubungkan ruang udara yang berbentuk sarang lebah, sehingga karrbon dioksida dapat berdifusi ke sel-sel fotosintetik mesofil. Luas permukaan inteernal daun mencapai 10 sampai 30 kali lebih besar dibandingkan dengan luas permukaan eksteernal yang kita lihat ketika kita memandang daun. Ciri struktur daun ini akan meningkatkan luas permukaan untuk penguapan air, yang keluar dari tumbuhan secara bebas melalui stomata yang terbuka. Sekitar 90 % air yang dikeluarkan oleh tumbuhan menghilang melalui stomata, meskipun pori ini hanya meliputi 1 % sampai 2 % permukkan luar daun. Kutikula berlilin membatasi kehilangan air melalui permukaan daun yang teersisa. Stomata pada sebagian besar tumbuhan lebih terkonsentrasi pada permukaan bagian bawah daun., yang menurangi transpirasi karrena permukaan bagian bawah menerima lebih sedikit cahaya matahari dibandingkan dengan permukaan atas.
Salah satu cara untuk mengevaluasi seberapa evesien sebatang tumbuhan menggunakan air adalah dengan menentukan rasio transpiraasi teerhadap fotosintesisnya, yaitu jumlah air yang hilang per gram karbon dioksida yang diasimilasikan menjadi bahan organik melalui fotosintesis. Bagi banyak spesies tumbuhan rasio ini adalah sekitar 600:1, yang berarti tumbuhan itu mentranspirasikan 600 g air untuk setiap karbon dioksida yang digabungkan menjadi karbohidrat. Namun demikian, jagunng dan tumbuhan lain yang mengasimilasikan karbon dioksida atmosfer melalui lintasan C4 memiliki rasio transpirasi dengan fotosintesis 300:1 atau kurang. Dengan konsentrasi karbon dioksida yang sama di dalam ruangan udara daun tersebut, tumbuhan C4 dapat mengasimilasi CO2 dengan laju yang lebih besar dibandingkan dengan yang dapat dilakukan oleh tumbuhan C3. Karena kehilangan air adalah kerugian yang harus dibayarkan agar CO2 dapat berdifusi ke dalam daun, maka hasil fotosintesis untuk tumbuhan yang dapat mengasimilasikan CO2 dengan laju yang lebih besar ketika stomata tertutup secara parsial.
Selain menyediakan air bagi daun, aliran transpirasi juga membantu memindahkan mineral dan bahan-bahan lain dari akar ke tunas dan daun. Transpirasi juga menghasilkan pendinginan evaporatif, yang dapat menurunkan suhu daun 10-15 derejat celcius lebih rendah dari pada udara di sekitarnya. Ini mencegah daun mencapai temperatur-temeratur yang dapat menghambat enzim-enzim yang mengkatalisis breasi fotosintetik juga enzim lainnya yang terlibat dalam proses metabolisme daun. Tumbuhan sukulen gurun, yang memiliki laju transpirasi rendah, tahan terhadap suhu daun yang tinggi; dalam kasus ini, kehilangan air akibat transpirasi adalah ancaman yang lebih bessar dibandingkan dengan pemanasan yang berlebihan.
Selama daun masih dapat menarik air dari tanah dengan cukup cepat untuk menggantikan air yang hilang, maka traspirasi tidak akan menyebabkan masalah. Ketika transpirasi melebihi pengiriman air melalui xilem, seperti ketika tanah mulai mengering, daun mulai layu, karena sel-selnya kehilangan tekanan turgor. Laju potensial transpirasi yang paling besar adalah saat hari panas terik, kering, dan berangin, karena semua itu merupakan faktor lingkungan yang meningkatkan penguapan air. Namun demikian, tumbuhan tidak menyerah dengan faktor tersebut, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kompromi fotosintesis-transpirasi, mekanisme yang mengatur aturan bukaan-bukaan stomata akan menciptakan keseimbangan.
2. Bagaimana Stomata Membuka dan Menutup
Masing-masing stomata diapit oleh sepasang sel penjaga, yang membentuk seperti ginjal pada tumbuhan dikotil dan berbentuk seperti halter pada tumbuhan monokotil. Sel-sel penjaga dikelilingi oleh sel tetangga epidermal di sekitar ruang an udara, sampai ke jaringanruangan udara padan daun.
Sel penjaga mengontrol diameter somata dengan mengubah bentuk, yang akan melebarkan atau menyempitkan celahdiantara kedua sel tersebut. Ketika sel penajga mengambil air dari osmosis, sel penjaga akan membengkak dan semakin dalam keadaan turgid. Pada sebagian besar tumbuhan dikoti dindinng sel-sel penjaga mempunyai ketebalan yang tudak seragam, serta mikrofibril selulosa yang diorientasikan ke suatu arah sehingga sel-sel penjaga itu menutup ke arah atas ketika mereka dallam keadaan turgid. Hal ini meningkatkan ukuran celah antar sel. Ketika sel kehiangn air dan menhjadi lembek serat mengkerut, sel-sel trsebutakan mengecil secara bersamaan kemudian menutuip ruangan diantaranya. Mekanisme dasr ini juga berlaku bagi stomata monokotil.
Perubahan tekanan turgor yang menyebabkan pembukaan dan penutupan stomata terutama disebabkan oleh pengambilan daan kehilangn ion kalium seecara reversibel oleh sel penjaga. Stomata membuka ketika sel-sel penjaga secara aktif mengakumulasi kalium dari sel-sel epidermal di sekitarnya. Pengambiilan zat terlarut ini menyebabkkan potesial air di dalam sel penjaga lebih negatif. Kondisi ini memungkinkan air mangalir ke dalam sel secara osmosis sehingga menjadi membengkak. Sebagian besar kalium dan air disimpan di dalam vakuola, demikian tonoplas juga memainkan peranan penting. Peningkatan muatan positif sel akibat masuknya kalium diturukan dengan pengambila ion klorida melaluii pemompaan ion hidrogen yang dibebaskan pada saat asam organik kkeuar dari sel, serta melalui muatin negatif asam organik setelah kehilangan ion hidrogennya. Penutupan stomata disebabkan oleh keluarnya ka;lium dari sel penjaga, yang menyebabkan kehilangan air secara osmotik. Pengaturan akuaporin bisa juga terlibat dalam pembengkakkan dan pengerutan sel penjaga dengan mengubah permeabilitas membran terhadap air.
Aliran kalium mungkin melewati membran sel penjaga secara pasif, yang diiringi dengan pembangkitan potensial membran oleh pompa proton. Pembukaan stomata berkolerasi dengan transpor aktif pengeluaran hidrogen oleh sel penjaga. Tegangan yang dihasilkan (potensial membran) menggerakkan ioin kalium ke dalam sel melalui saluran membran spesifik. Para ahli fisiologi tumbuhan menggunakan metode yang disebut patch clamp untuk mempelajari pengaturan pompa protan dan saluran ion kalium sel penjaga.
Secara umum, stomata membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari. Hal ini mencegah tumbuhan kehilangan air yang tidak perlu ketika hari terlalu gelap untuk melakukan fotosintesis. Paling tidak ada 3 faktor yang menjelaskan mengenai pembukaan stomata pada pagi hari.
1. Cahaya itu sendiri merangsang sel penjaga untuk mengakumulasikan kalium dan menjadi benngkak. Respon ini dipicu oleh pencahayaan reseptor cahaya biru pada sel penjaga, yang barangkali diibangun di dalam membran plasma. Aktivasi rseptor cahaya biri ini merangsang pembukan stomata dengan cara mendoriong footosintesis dalam kloroplas daam sel penjaga, untuk menyediakan ATP agar terjadi transpor aktif ion hidrogen. Sel-sel penjaga, adalah satu-satunya seln epidermal yang dilangkapi dengan kloroplas.
2. Kehilangan karbon dioksida di dalam ruangan udara pada daun, yang trjadi ketika fotosintesis dimjulai di mesofil. Tumbuhan bisa diakali sehingga membuka stoomatanya dimalam hari dengan cara menempatkannnya dalam ruangan yang tiak memiliki karbon dioksida.
3. Suatu jam internal yang terletak di dalam sel penjaga. Bahkan jika ditempatkan di ruangan gelap, stomata akan terus melakukan ritme hariannya untuk membuka dan menutup. Semua organisme eukariotik meempunyai jam internal yang agaknya memonitor waktu dan mengatur proses yang bersiklus. Siklus yang memiliki interval sekitar 24 jam disebut irama sikardian (circadian rhythm).
Berbagai jenis cekaman lingkungan dapat menyebabkan stomata menutup pada siang hari. Ketika tumbuhan kekurangan air sel penjaga bisa kehilangan air, sel penjaga bisa kehilangan turgornya. Selain itu, hormon yang disebut asam absisat, yang dihasilkan di dalam sel mesofil sebagai tanggapan terhadap kekuraangan air, akan mmemberikan sinyal pada sel penjaga untuk menutup stomata. Respon ini mengurangi kelayuan, dan memperlambat fotosisntesis, inilah alasan mengapa kekeringan dan musim kemarau menurunkan reproduksi tanaman. Suhu tinggi juga merangsang penutupan stomata, kemyngkinan melalui perangsangan respirasi seluler dan peninhkatan konsentrasi karbon dioksida di dalam ruangan udara pada daun. Suhu tinggi dan transpirasi yang berlebihan bisa menyebabkan penutupan stomata untuk beberapa saat pda tengah hari. Dengan demikian, sel-sel penjaga melanggar kompromi fotosintesis –transpirasi atas dasar waktu ke waktu dengan cara memadukan berbagai stimulasi internal dan eksternal.
3. Xerofit Memiliki Adaptasi Yang Mengurangi Trasnpirasi
Tumbuhan yang beradaptasi dengan iklim kering, disebut xerofit, memiliki berbagai modifikasi daun yang menurangi laju transpirasi. Banyak xerofit memiliki daun kecil dan tebal sebagai adaptasi untuk membatasi kehilangan air dengan cara mengurangi luas permukaan relatif terhadap volume daun. Daun ini memiliki konsistensi yang kuat dengan adanya kutikula yang tebal. Stomata terkonsentrasi pada permukaan daun bagian bawah, dan sering kali terletak pada bagian yang lebih rendah atau lekukan yang melindungi pori itu dari pori yang kering. Beberapa tumbuhan gurun menggugurkan daunnya pada bulan-bulan dengan kekeringan tinggi. Yang lain, seperti kaktus, beertahan dengan air yang disimpan dalam batangnya yang berdaging selama musim hujan. (Batang yang dimodifikasi ini merupakan organ fotosintetik kaktus; durinya adalah daun yang telah dimodifikasi.
Salah satu adaptasi yang paling bagus terhadap habitat yang kering ditemukan pada tumbuhan es dan tumbuhan sukulen lain dari famili Crassulacean serta pada perwakilan banyak famili tumbuhan lain. Tumbuhan ini mengasimilasikan karbon dioksida melalui suatu lintasan alternatif fotosintetik yang dikenal sebagai CAM, singkatan dari Crassulacean Acid Metabolism (metabolisme asam dan krasulasean). Sel-sel mesofil pada sebuah tumbuhan CAM memiliki enzim yang dapat mensintesis karon dioksida menjadi asam organik pada malam hari. Selama siang hari, asam organik itu dirombak dengan membebaskan karbon dioksida dalam sel yang sama, dan gula disintesis melalui lintasasn fotosintetik konvensional. Karena daun mengambil karbon dioksida pada malam hari, ketika laju transpirasi paling tinggi.
B. Translokasi Getah Floe
Getah xilem umumnya mengalir dalam arah yang salah pada saat bertugas mengangkut gula dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Suatu jaringan pembuluh kedua, floem, mengangkut produk organik fotosintesis di seluruh tumbuhan. Transpor makanan ini pada tumbuhan disebut translokasi. Pada tumbuhan angiosperma, sel floem yang telah terspesialisasi yang berfungsi dalam translokasi makanan adalah anggota pembuluh tapis. Sel-sel tersebut tersusun ujung dengan ujung untuk membentuk suatu pembuluh tapis yang panjang. Diantara anggota sel-sel itu adalah lempengan tapis, yaitu suatu pori yang menembus dinding sehingga memungkinkan getah mengalir disepanjang pembuluh tapis.
Getah floem adalah suatu larutan yang secara jelas berbeda dalam komposisinya dari getah xilem. Sejauh ini zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula, terutama sukrosa disakarida. Konsentrasi sukrosa bisa mencapai 30 % dari bobotnya, membuat getah itu kental seperti sirup. Getah floem bisa juga mengandung mineral, asam amino, dan hormon yang berada di dalam lintasan dari suatu bagian tumbuhan ke bagian lain.
1. Floem mentranslokasikan getahnya dari sumber gula ke sugar sink
Berbeda dengan transpor getah xilem yang bergerak ke satu arah dari akar ke daun, maka arah pergerakan getah floem adalah beraneka ragam. Satu generalisasi yang berlaku adalah bahwa pembuluh tapis membawa makanan dari suatu sumber gula ke suatu tempat penyimpanan atau penghabisan gula. Suatu sumber gula adalah suatu organ tumbuhan dimana gula dihasilkan melalui fotosintesis atau perombakan pati. Daun dewasa merupakan sumber utama gula. Suatu sugar sink adalah organ yang mengkonsumsi atau menyimpan gula. Akar, ujung tunas, batang, dan buah yang sedang tumbuh adalah tempat penyimpanan atau pembuangan yang gula diseddiakan oleh floem. Organ penyimpanan, seperti umbi dapat menjadi tempat penumpukan gula bergantung pada musim. Ketika organ penyimpanan menumpuk karbohidrat selama musim panas maka organ itu disebut sugar sink. Kemudian setelah mengakhiri dormansi pada awal musim semi, organ penyimpanan ini menjadi sumber gula ketika pati dirombak menjadi gula, yang akan dibawa floem ke kuncup sistem tunas yang sedang tumbuh.
Zat terlarut lain bisa diangkut ke tempat penumpukan beersma-sama dengan gula. Misalnya, mineral yang mecapai daun dlam xilem kemudian dipindahkan oleh floem ke dalam buah yang sedang berkembang.
Suatu sugar sink umumnya menerima gula dari sumber yang paling dekat. Daun bagian atas pada suatu cabang bisa mengirim gula ke ujung tunas yang sedang tumbuh, sementara daun bagian bawah mengangkut gula ke akar. Buah yang sedang tumbuh memerlukan banyak makanan sehingga buah kemungkinan bisa memonopoli semua sumber gula yang ada di sekitarnya. Satu pembuluh tapis dalam sebuah berkas yang sama dapat mengalir dengan arah yang berlainan. Untuk masing-masing pembuluh tapis, arah transpor hanya bergantung pada lokasi sumber daya sink yang dihubungkan oleh pipa tersebut. Arah itu bisa berubah sesuai dengan musim atau tahapan perkembangan tumbuhan.
2. Pengisian dan pembokaran isi floem
Gula dari sel mesofil daun dan sumber lain harus diisikan ke dalam anggota pembuluh tapis sebelum dapat diangkut ke tempat penumpukan gula. Pada beberapa spesies, termasuk tumbuhan tertentu dari famili mint dan labu, sukrosa berpindah dari sel-sel mesofil ke anggota pembuluh tapis melalui simplas, yang melintasi sel-sel melalui plasmodesmata. Pad spesies lain, sukrosa mencapai anggota pembuluh tapis melalui kombinasi lintasan simplas dan apoplas. Pada daun jagung, sukrosa berdifusi melalui simplas dari sel mesofil ke dalam vena kecil. Kebanyakan gula bergerak ke luar dari sel ke dalam apoplas (dinding) di sekitaar anggota pembuluh tapis dan sel-sel pendamping. Kemudian gula ini diakumulasikan dari apoplas (dinding) oleh anggota pembuluh tapis dan sel-sel pendamping mengalirkannya ke dalam anggota pembuluh tapis melalui plasmodesmata yang menghubungkan sel-sel tersebut. Paa beberapa tumbuhan, sel-sel pendampingnya mengalami pertumbuhan dinding yang terus menerus ke arah dalam, sebagai adaptasi untuk meningkatkan luas permukaan sel dan meningkatkan pemindahan zat terlarut antara apoplas dan simplas. Sel yang dimodifikasi seperti itu disebut sel transfer.
Pada jagung dan banyak tumbuhan lain, anggota pembuluh tapis mengakumulasi sukrosa hingga mencapai konsentrasi dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di dalam mesofil, dengan demikian pengisian floem memerlukan transpor aktif. Pompa proton melakukan tugas yang memungkinkan sel-sel itu mengakumulasi sukrosa.
Floem akan membongkar sukrosanya pada ujung sink suatu pembuluh tapis. Proses ini melibatkan transpor aktif, melalui kontranspor dengan H+ menuruni suatu gradien proton.
3. Aliran tekanan adalah mekanisme translokasi pada angiosperma
Getah floem mengalir dari sumber sukrosa ke tempat penyimpanannya dengan laju sebesar 1 m per jam. Aliran ini terlalu cepat sehingga tidak mungkin dilakukan secara difusi atau aliran sitoplasmik. Cairan floem bergerak melalui aliran massal, yang digerakkan oleh tekanan. Pengisian floem mengakibatkan tingginya konsentrasi zat terlarut pada ujung sumber pembuluh tapis tersebut, yang akan menurunkan potensial air dan menyebabkan air mengalir ke dalam pembuluh tersebut. Kondisi tersebut berakibat pada meningkatnya tekanan hidrostatik di dalam pembuluh tapis, dan tekanan paling tinggi berada pada ujung pipa. Pada ujung pipa penyimpanan, tekanan tidak terlalu meningkat akibat kehilangan air, yang disebabkan oleh rendahnya potensial air yang lebih rendah di luar pembuluh tapis akibat keluarnya sukrosa. Peningkatan tekanan pada satu ujung pembuluh (ujung sumber) dan penurunan tekanan tersebut pada ujung yang satunya (ujung pembuangan) menyebabkan air mengalir dari sumber ke tempat pembuangan, yang sekaligus mengalirkan gula. Air didaur ulang kembali dari penyimpanan sumber melalui pembuluh xilem.
Gambar: penisian sukrosa ke dalam floem
Gambar: aliran tekanan dalam pembuluh tapis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stomata mendukung fotosintesis dengan cara memudahkan pertukaran CO2 dan O2 antara daun dan atmosfir, akan tetapi pori ini juga menjadi jalan utama hilangnya air melalui traspirasi pada tumbuhan. Perubahan tugor dalam sel penjaga berguna untuk mengatur ukuran pembukaan stomata yang dipengaruhi oleh traspor K+ dan air ke dalam tubuh.
Letak stomata yang terlindung di dalam perlekukan daun dan struktur adaptasi lainnya memungkinkan tumbuhan tertentu bertahan hidup di dalam lingkungan kering.
Daun dewasa adalah sumber utama meskipun organ penyimpanan seperti umbi dapat berfungsi sebagai sumber selama musim tertentu. Ujung akar dan tunas yang berkembang adalah contoh dari sugar sink. Pengisian dan pembongkaran floem bergantung pada trasnpor aktif sukrosa. Sukrosa diangkut bersama dengan H+, yang berdifusi menuruni suatu gradien yang diberntuk oleh pompa proton.
Pengisian gula pada ujung sumber suatu pembuluh tapis dan pembongkaran pada ujung pembuangan merupakan upaya untuk mempertahankan suatu perbedaan tekanan yang menjaga agar getah dapat mengalir melalui pembuluh tersebut.
B. Saran
Kami sadari dalam penulisan ini banyak kekurangan karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna kemajuan penulisan makalah kami ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Langganan:
Postingan (Atom)